”Kelompok Rentan” Juga Mendambakan Vaksinasi Covid-19
Kekurangan informasi, takut stigma, dan ketiadaan administrasi kependudukan merintangi kelompok rentan, seperti transpuan, untuk mendapatkan vaksinasi Covid-19.
Oleh
Fransiskus Wisnu Wardhana Dhany
·3 menit baca
Kelompok rentan, seperti transpuan, sama seperti warga lainnya yang masih menanti vaksinasi Covid-19. Bukan hanya perkara kesehatan, sertifikat atau keterangan sudah divaksin memudahkan transpuan yang sebagian besar pekerja informal untuk bermobilitas selama pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM.
Di lapangan, penantian mereka tak mudah terwujud. Kekurangan informasi, takut stigma, dan ketiadaan administrasi kependudukan merintangi transpuan, seperti di Banten.
Transpuan dari Kabupaten Serang, Kota Serang, dan Kota Cilegon mengikuti vaksinasi Covid-19 di Training Center Universitas Pendidikan Indonesia, Kota Serang, Senin (11/10/2021). Sedikitnya 30 orang menerima penyuntikan dosis satu atau dosis dua.
Ada yang mandiri, tapi sedikit karena cemas dengan pandangan orang lain. Makanya, kami dorong punya KTP supaya bisa didata dan koordinasi untuk ikut vaksinasi.
Jenny Rosa, pendamping transpuan, menuturkan, teman-teman transpuan sempat khawatir divaksin karena punya komorbid. Mereka ada yang menderita diabetes, hipertensi, dan lainnya. Beruntung penjelasan dari tenaga kesehatan saat pemeriksaan kesehatan menenangkan mereka.
”Masih banyak teman-teman (transpuan) yang tanya kapan lagi ada vaksinasi. Kami catat dan ajak supaya semakin banyak yang divaksin,” ujar pegiat dari Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Banten itu, Selasa (12/10/2021).
Jenny dan jejaringnya menyebarluaskan informasi vaksinasi Covid-19 untuk transpuan dari mulut ke mulut, jejaring, ataupun media sosial supaya cakupannya semakin luas. Mereka yang merespons diminta mengajak transpuan kenalannya supaya semakin banyak yang divaksin.
Selain itu, mereka juga meyakinkan kalau vaksinasi Covid-19 aman dan baik untuk daya tahan tubuh terhadap SARS-CoV-2 penyebab Covid-19. Karena itu, istirahat yang cukup atau tidak begadang dan sarapan sebelum datang ke lokasi vaksinasi.
”Informasi dari tenaga kesehatan dan dari jejaring sangat penting supaya mereka tidak takut vaksinasi dan kabar-kabar hoaks di sekitarnya,” katanya.
Vaksinasi pada Senin itu merupakan yang kedua. Sebelumnya, vaksinasi turut menyasar orang dengan HIV/AIDS dan komunitas jalanan.
Jenny menyebutkan, banyak transpuan belum terdaftar karena lokasi tinggal yang tersebar dan sebagian besar belum mengantongi administrasi kependudukan. Belum lagi mereka khawatir stigma sehingga urung sendiri-sendiri ke puskesmas atau sentra vaksinasi.
”Ada yang mandiri, tetapi sedikit karena cemas dengan pandangan orang lain. Makanya, kami dorong punya KTP supaya bisa didata dan koordinasi untuk ikut vaksinasi,” ucapnya.
Setidaknya 50 transpuan telah mengantongi administrasi kependudukan di Kabupaten Serang, Kota Serang, dan Kota Cilegon. Selain bisa ikut vaksinasi, mereka juga mendaftar BPJS Kesehatan dan bantuan sosial.
Keragu-raguan transpuan ke fasilitas kesehatan untuk ikut vaksinasi juga diakui Bidang Program KPA Provinsi Banten Khaerunisa. Kebanyakan mereka ikut vaksinasi setelah ada informasi dari kenalan, jejaring, atau rekomendasi dari tenaga kesehatan.
KPA Banten mendata sedikitnya ada 300 transpuan. Belum seluruhnya divaksinasi. ”Kami upayakan semuanya divaksin, termasuk menjaring yang belum terdata,” katanya.
Transpuan dan kelompok rentan lainnya sama seperti banyak warga yang masih antre giliran vaksinasi Covid-19. Pembedanya, mereka butuh informasi lebih, kelengkapan administrasi kependudukan, dan melawan stigma.