Vaksinasi ”booster” bukan tidak penting, tetapi saat ini belum prioritas.
Oleh
STEFANUS ATO
·4 menit baca
Wacana Pemerintah Kota Bekasi memberikan vaksinasi dosis tiga bagi guru dan tenaga pendidik masih menimbulkan pro dan kontra. Vaksinasi dosis tiga atau booster di Indonesia sejauh ini hanya diperuntukan bagi kalangan tenaga kesehatan. Sebagian pakar menilai vaksinasi booster bagi guru untuk saat ini belum menjadi prioritas.
Dinas Kesehatan Kota Bekasi masih berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan terkait rencana vaksinasi dosis tiga atau booster bagi guru dan tenaga pendidikan. Vaksinasi booster untuk guru dinilai penting karena mereka merupakan pelayan publik yang bersentuhan dengan siswa.
”Kami konsultasi ke Kemenkes untuk memastikan itu (guru) termasuk kelompok yang sama dengan tenaga kesehatan atau bagaimana. Teknisnya kami konsultasikan dulu karena guru ini berhadapan dengan anak-anak sehingga perlu antisipasi kekuatan fisik dan imunitasnya,” kata Tanti, Selasa (5/10/2021) di Bekasi.
Jadi memperluas vaksinasi (dosis satu dan dua) saat ini lebih penting ketimbang booster.
Sebelumnya, juru bicara vaksinasi Kementerian Kesehatan, Siti Nadia Tarmizi mengatakan, vaksinasi booster sejauh ini hanya diperuntukkan bagi tenaga kesehatan. Vaksinasi booster tidak seharusnya diberikan di luar peruntukan. Meski demikian, pengaturan penggunaan vaksin merupakan kewenangan pemerintah daerah.
”Ini sudah kewenangan pemerintah daerah setempat. Pemerintah daerah memastikan penggunaaan vaksin sesuai dengan sasarannya,” kata Siti, Senin (4/10/2021).
Demi kelancaran PTM
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi, secara terpisah mengatakan, alokasi vaksin yang tersedia cukup untuk vaksinasi booster bagi guru. Kuota vaksin yang tersedia antara lain vaksin Pfizer dan Moderna.
”Vaksin kami banyak. Kami baru bertemu ormas, karang taruna, KNPI, untuk membantu jemput bola. Kalau untuk guru relatif lebih mudah karena di bawah instruksi dinas pendidikan,” kata Rahmat.
Vaksinasi booster dinilai penting lantaran guru berisiko tinggi terpapar Covid-19. Vaksinasi booster itu juga untuk memastikan agar pelaksanaan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas di Kota Bekasi berlangsung lancar dan aman.
Dari data Dinas Pendidikan Kota Bekasi, hingga Selasa (5/10/2021), jumlah sekolah menengah pertama yang menggelar PTM terbatas sebanyak 226 sekolah. Sementara jumlah sekolah tingkat dasar (SD) yang telah menggelar PTM terbatas sebanyak 612 SD, dan tingkat pendidikan anak usia dini (PAUD) mencapai sekitar 1.000 PAUD.
”Sementara vaksinasi untuk guru (terutama untuk tingkat SMP, SD, dan PAUD), itu sudah 85 persen menerima vaksinasi Covid-19 dosis satu dan dosis kedua. Mereka yang belum divaksin itu karena ada yang punya penyakit bawaan, ada alasannya. Tetapi jika ditambah dengan guru tingkat SMA, jumlah keseluruhan guru yang belum vaksin ada sekitar 1.000 orang,” kata Kepala Dinas Pendidikan Kota Bekasi Inayatullah.
Sementara itu, untuk pelajar dari tingkat SD, SMP, dan SMA atau yang sudah berusia 12 tahun ke atas, lanjut Inayatullah, total pelajar sasaran vaksinasi Covid-19 di Kota Bekasi mencapai 170.000 pelajar. Dari jumlah itu, capaian vaksinasi pelajar hingga akhir September 2021 telah mencapai 70 persen.
Vaksinasi bagi pelajar dan guru juga sampai saat ini masih terus dikebut untuk segera mencapai sasaran vaksinasi baik itu dosis satu dan dosis dua. Guru-guru di Kota Bekasi juga disebut sudah siap dan antusias untuk menerima vaksinasi booster.
”Guru-guru menyambut baik rencana vaksinasi booster. Bahkan guru-guru sudah meminta untuk mendapatkan vaksinasi booster,” kata Inayatulllah.
Belum jadi prioritas
Menurut Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman Amin Soebandrio, prioritas vaksinasi saat ini adalah menyelesaikan vaksinasi dosis satu dan dosis dua. Tujuannya untuk segera mencapai herd immunity atau kekebalan kelompok.
”Semakin cepat herd immunity itu dicapai, kita akan bisa memperlambat kecepatan virus bermutasi. Jadi, target pencapaian penyuntikan itu harus segera diselesaikan,” ucap Amin.
Selain itu, lanjut Amin, ketersediaan vaksin juga cukup terbatas. Vaksinasi booster nantinya memang diperlukan, tetapi sampai saat ini belum ada kepastian waktu kapan vaksinasi booster itu harus diberikan. Pedoman internasional juga belum ada terkait vaksinasi booster.
”WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) pun rekomendasinya adalah vaksinasi pertama dan kedua sebaiknya diselesaikan dulu. Jadi memperluas vaksinasi (dosis satu dan dua) saat ini lebih penting ketimbang booster. Vaksinasi booster bukan tidak penting, melainkan saat ini belum prioritas,” ucap Amin.
Vaksinasi booster sebaiknya hanya diberikan kepada pihak-pihak yang sehari-hari dalam beraktivitas berisiko sangat tinggi terhadap penularan Covid-19 atau tenaga kesehatan. Kalangan di luar tenaga kesehatan juga berisiko tetapi mereka yang paling berisiko sejauh ini merupakan tenaga kesehatan.
”Kalau ada gagasan untuk memberikan booster pada guru-guru, yang paling penting pastikan semua guru dan murid yang sudah di atas 12 tahun sudah divaksinasi,” ucapnya.
Amin menambahkan, jika saat ini stok vaksin di Kota Bekasi tersedia dan tak bisa dialihkan ke tempat lain serta dikhawatirkan kedaluwarsa, pemerintah daerah disarankan sebaiknya membantu warga di daerah sekitar yang belum mendapat akses vaksinasi. Kebijakan ini dinilai dapat membantu daerah lain yang masih minim distribusi vaksin.