Hadapi Musim Hujan, Jakarta Aktifkan Gerebek Lumpur
Gembong Warsono mengkritik kegiatan pengerukan lumpur yang menurut dia kegiatan rutinitas tiap tahun dalam rangka merawat atau memelihara aliran sungai di DKI. Menurut dia, gerebek lumpur bukan program penanganan banjir.
Oleh
Helena F Nababan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta bersiap menghadapi musim hujan. Dinas SDA melakukan gerebek lumpur di sejumlah sungai dan waduk demi mencegah terjadinya genangan.
Kepala Dinas SDA DKI Jakarta Yusmada Faizal, Senin (4/10/2021), melalui keterangan tertulis menjelaskan, gerebek lumpur dilakukan bertahap. Pada Minggu (3/10/2021), Dinas SDA mengeruk Kali Sunter, tepatnya di segmen depan Pompa Rawa Badak sepanjang 495 meter dan depan Artha Gading sepanjang 210 meter.
”Gerebek lumpur di dua segmen ini dilaksanakan untuk pencegahan genangan pada lokasi sekitar, yaitu pada 14 RT dan 15.700 meter persegi wilayah terdekat dari daerah aliran sungai yang dikeruk,” kata Yusmada.
Dalam gerebek lumpur di Jakarta Utara itu, Dinas SDA mengerahkan amphibi besar 3 unit, ekskavator long arm 2 unit, ekskavator standar 1 unit pada segmen depan Pompa Rawa Badak. Lalu dinas mengerahkan amphibi besar 2 unit dan ekskavator long arm 2 unit pada segmen depan Artha Gading. Total alat berat 10 unit serta dump truck 18 unit untuk kedua lokasi tersebut.
Pengerukan lumpur di kali atau waduk merupakan kegiatan rutinitas setiap tahun dalam rangka merawat atau memelihara aliran sungai. Ini bukan program penanganan banjir.
Pada gerebek lumpur di dua segmen itu, dinas menargetkan bisa mengeruk sebanyak 17.920 meter kubik pada segmen Rawa Badak dan 8.400 meter kubik pada segmen Artha Gading. Kerukan lumpur yang didapatkan dibuang di tempat pembuangan milik dinas, untuk segmen Pompa Rawa Badak di kawasan Beting dan segmen Artha Gading di kawasan Ancol.
Adapun pada Senin (4/10/2021), Yusmada melanjutkan, pengerukan lumpur dilakukan di Waduk Munjul, Jakarta Timur. Sebanyak 10 alat berat dikerahkan, terdiri dari 3 ekskavator long arm, 6 ekskavator standar, dan 1 ekskavator amphibi kecil.
”Ada 100 personel lintas dinas untuk melakukan pengerukan sedimen lumpur dan sampah di Waduk Munjul ini,” katanya.
Lumpur yang bisa dikeruk di Waduk Munjul ditargetkan sebanyak 163.163,57 meter kubik. Sebagian hasil kerukan lumpur yang didapatkan dari Waduk Munjul akan dibuat tanggul dan sebagian akan dikirim ke tempat pembuangan di daerah TPU Bambu Apus, Jakarta Timur.
”Kegiatan pengerukan yang dilakukan pada segmen Waduk Munjul dilaksanakan untuk mengurangi beban kali yang diharapkan dapat mengurangi risiko banjir di lokasi sekitar, hingga di Kelurahan Cipinang Melayu, Jakarta Timur,” ujar Yusmada.
Secara terpisah, Gembong Warsono, Ketua Fraksi PDI-P DPRD DKI Jakarta yang pernah menjadi anggota panitia khusus banjir DPRD DKI menyatakan, apa yang dikerjakan Dinas SDA dengan pengerukan lumpur itu merupakan program kerja rutin yang memang sewajarnya mereka kerjakan.
Apabila berkaitan dengan penanganan banjir Jakarta, program normalisasi atau naturalisasi kali seharusnya dilakukan.
”Kalau merunut kepada Perda Nomor 1 Tahun 2018 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah DKI Jakarta 2017-2022, dalam konteks penanganan banjir, DKI Jakarta tidak melakukan apa pun terhadap persoalan 13 aliran sungai. Pengerukan lumpur di kali atau waduk merupakan kegiatan rutinitas setiap tahun dalam rangka merawat atau memelihara aliran sungai. Ini bukan program penanganan banjir,” tuturnya.
Oleh karena itu, untuk antisipasi banjir, Gembong meningatkan Pemprov DKI Jakarta dan warga untuk tetap siaga apabila hujan deras dengan intensitas tinggi terjadi.