Covid-19 Mereda, Kasus Pencurian di Jakarta Kembali Meningkat
Pihak kepolisian memastikan tetap melakukan pemetaan dan patroli di wilayah rawan serta menindak pelaku kriminal terkait.
Oleh
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kasus pencurian cenderung kembali meningkat setelah kasus positif Covid-19 melandai. Pihak kepolisian memastikan tetap melakukan pemetaan dan patroli di wilayah rawan serta menindak pelaku kriminal terkait.
Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Yusri Yunus di Jakarta, Selasa (5/10/2021), menyampaikan, dibandingkan dengan tahun lalu, kasus pencurian dengan kekerasan (curas), pencurian dengan pemberatan (curat), dan pencurian kendaraan bermotor (curanmor) tahun 2021 cenderung meningkat.
”Memang di masa pandemi ini ada beberapa kejadian yang sempat mengalami peningkatan. Kalau kita bandingkan tahun lalu dengan bulan sama, misalnya September kemarin saja, kasus curat, curas, dan curanmor mengalami penurunan. Namun, setelah Covid-19 melandai, memang ada peningkatan,” katanya di Jakarta.
Contoh kasus yang sedang ditangani polisi adalah curas atau begal yang membuat Jefry (30), seorang pegawai pencucian motor, terluka parah, Minggu (3/10/2021) dini hari, di Jalan Meruya Utara, Kembangan, Jakarta Barat. Korban diserang oleh empat pelaku pada saat berusaha mengambil telepon genggam korban. Saat ini, polisi masih mengejar para pelaku bersenjata tajam tersebut.
Awal bulan ini, polisi berhasil menangkap pelaku kasus begal yang menyebabkan perempuan berinisial RA (26) meninggal di daerah Pulogadung, Jakarta Timur. Minggu (26/9/2021) subuh, korban naik ojek daring dari daerah Cipete menuju arah Kelapa Gading. Lalu, di Jalan Kayuputih, Pulogadung, korban dipepet oleh pengendara sepeda motor yang hendak menjambret barangnya.
Sayangnya, pengemudi ojek kehilangan keseimbangan saat melakukan perlawanan, lalu korban terpental ke belakang hingga kepalanya menabrak trotoar jalan. RA kemudian meninggal ketika dirawat di rumah sakit. Dari pengungkapan polisi diketahui, pelaku merupakan bekas tahanan kasus pengeroyokan.
Menanggapi kembali maraknya kasus serupa, Kepala Polda Metro Jaya Inspektur Jenderal Fadil Imran memerintahkan jajarannya, yang didukung Direktorat Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, untuk membuat tim dalam rangka mengendalikan daerah dan waktu-waktu rawan aksi curat, curas, dan curanmor.
”Kami lakukan pencegahan. Kami patroli di tempat-tempat (rawan) tersebut. Tim-tim ini bergerak lagi untuk patroli. Kehadiran polisi diharapkan bisa membuat tenang masyarakat,” lanjut Yusri.
Selain pengawasan, polisi juga akan tetap mengungkap kasus terkait. Sejauh ini, Yusri menyebut, polisi sudah banyak mengungkap kasus kejahatan. Adapun pengungkapan kasus seperti curanmor, yang terbilang tinggi, biasanya melibatkan beberapa puluh laporan polisi.
Sebelumnya, survei dwitahunan oleh The Economist Intelligence Unit bertajuk Indeks Kota Aman 2021 melaporkan, Jakarta berada di peringkat ke-52 dengan skor 47,6 pada indikator keamanan pribadi. Prestasi itu menurun dibandingkan dengan tahun 2019, di mana Jakarta mendapat peringkat ke-43 dengan skor 71,7 dari skor maksimal 100.
Indikator keamanan pribadi, antara lain, mencatat prevalensi kejahatan ringan, terorganisasi, dan dengan kekerasan. Hasil dari perhitungan tersebut juga termasuk ketidaksetaraan pendapatan dan jumlah penduduk dalam ketidakstabilan pekerjaan, yang tidak dihitung dalam survei 2019.
Dosen Sosiologi Universitas Negeri Jakarta, Asep Suryana, berpendapat, aksi kriminalitas seperti itu mungkin kembali meningkat karena masyarakat berusaha melawan keterbatasan dalam mencari penghasilan atau kebutuhan hidup selama masa pandemi.
Untuk itu, seiring menurunnya kasus penularan Covid-19, ia mendukung pemerintah agar melakukan pelonggaran aktivitas warga. Pelonggaran pembatasan ini pun harus diperlakukan seperti gelang karet, artinya pengetatannya menyesuaikan kebutuhan kesehatan dan ekonomi.
”Saya setuju dengan teknik itu karena pemerintah tidak bisa menjamin kebutuhan warga. Faktor itu kemungkinan bisa mendorong tingkat kriminalitas kembali tinggi karena orang lapar akibat sulit beraktivitas mencari pemasukan,” tuturnya saat dihubungi secara terpisah.