Penyebab Gangguan Listrik MRT Jakarta Diinvestigasi Tim Independen
Hasil penyelidikan gangguan kelistrikan di MRT Jakarta akan diketahui Oktober mendatang.
Oleh
Helena F Nababan
·4 menit baca
MRT Bentuk Tim Investigasi, Selidiki Insiden Kelistrikan
JAKARTA, KOMPAS — Hampir tiga pekan berlalu setelah insiden kelistrikan mengganggu operasional dan layanan MRT Jakarta. PT MRT Jakarta membentuk tim investigasi internal dan eksternal untuk menyelidiki gangguan itu, serta menyempurnakan sistem kelistrikan supaya lebih andal.
Setelah insiden kelistrikan 10 September lalu diketahui adanya kerusakan pada satu titik sambungan atau joint kabel. Kini, MRT Jakarta memperkuat delapan jointing atau sambungan kabel.
Langkah lain, kata William P Sabandar, Direktur Utama PT MRT Jakarta dalam Forum Jurnalis MRT Jakarta yang digelar secara daring, Kamis (30/9/2021), bersama PLN, MRT Jakarta juga memeriksa kabel-kabel pada 20 sambungan.
Muhammad Effendi, Direktur Operasi dan Pemeliharaan PT MRT Jakarta yang dihubungi secara terpisah menjelaskan, pengecekan dan pemeriksaan secara berkala dilakukan sampai mendapatkan akar penyebabnya. ”Ini karena ada sambungan yang bermasalah, yang seharusnya bisa bertahan 20-30 tahun. Ini seharusnya belum bermasalah,” katanya.
Untuk pemeriksaan dan penyelidikan, Effendi menambahkan, MRT Jakarta juga melibatkan tim independen. Mereka adalah tim ahli atau tenaga ahli di luar MRT Jakarta. Ada akademisi, juga konsultan, yang memiliki kompetensi di bidang perancangan, konstruksi, dan operasi pemeliharaan.
William menambahkan, selain tenaga ahli yang kompeten, juga ada penelitian forensik. ”Kita akan melakukan penyelidikan secara ekternal, juga melibatkan Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT), juga dari pihak Jepang. Kita sudah berkoordinasi dengan JICA untuk menurunkan tim ahli guna melakukan evaluasi secara menyeluruh tentang apa yang tejadi,” ujarnya.
Secara terpisah, Ketua Dewan Transportasi Kota Jakarta (DTKJ) Haris Muhammadun menyampaikan, terkait insiden di MRT Jakarta yang kedua kali itu, DTKJ sudah memanggil pihak MRT Jakarta. Dari pertemuan, sementara diketahui disebabkan jaringan listrik internal MRT.
Terhadap jaringan yang bermasalah, jelas Haris, sudah ditangani dengan cepat sehingga operasional MRT bisa berjalan kembali dalam waktu yang relatif singkat atau kurang dari 3 jam setelah kejadian. Untuk memastikan keseluruhan jaringan kelistrikan internal MRT, dilakukan investigasi lanjutan dengan melibatkan semua ahli yang berkompeten.
”Pelibatan KNKT itu merupakan rekomendasi DTKJ kepada MRT Jakarta sebagai tim yang melakukan investigasi. Gangguan kemarin itu sebenarnya belum dalam kriteria KNKT harus turun, tetapi demi menjadi independensi, DTKJ memandang perlu melibatkan salah satu investigatornya dari KNKT,” kata Haris.
Pelibatan investigator dari KNKT juga untuk menjadikan investigasi yang dilakukan Tim Independen menjadi lebih komprehensif sehingga tidak terjadi kejadian berulang adanya gangguan kelistrikan tersebut.
Selain itu, DTKJ merekomendasikan supaya MRT memberikan kompensasi lebih kepada penumpang yang terdampak langsung pada saat gangguan terjadi dengan tidak hanya sekadar mengembalikan tiket yang tidak sampai tujuan, sebagai bentuk permohonan maaf yang riil kepada pelanggan. DTKJ juga meminta MRT Jakarta merilis laporan secara berkala dan terbuka hasil investigasi yang dilakukan serta penyempurnaan sistem jaringan kelistrikan secara keseluruhan, sebagai bentuk tanggung jawab publik.
William menambahkan, hasil penyelidikan tim ditargetkan akan diketahui pada Oktober mendatang. ”Hasilnya akan kami sampaikan karena ini tidak singkat. Namun, kami mau memastikan operasi MRT di fase 1 dan 2 tidak terganggu oleh kondisi-kondisi ini nantinya,” ujarnya.
Jumlah penumpang
Sementara itu, begitu DKI Jakarta dinyatakan berstatus level 3 pada kebijakan PPKM selama pandemi Covid-19 mulai akhir Agustus lalu, jumlah penumpang MRT Jakarta terus naik. Angka penumpang periode Agustus-September 2021 melonjak hingga 237 persen.
Bila pada Juli 2021 atau saat PPKM Darurat dan PPKM Level 4 jumlah rata-rata penumpang harian 4.324 orang, mulai Agustus naik menjadi 5.989 orang per hari. Kemudian pada September ini naik lagi menjadi 14.218 orang per hari.
Kenaikan jumlah penumpang MRT Jakarta bisa dilihat dari rata-rata penumpang harian per pekan. Dari database MRT Jakarta, pada pekan pertama September, rata-rata penumpang di angka 11.780 orang per hari. Lalu dari 7 September-13 September naik menjadi 12.619 orang. Di pekan ketiga, 14-20 September, naik lagi menjadi 15.081 orang per hari dan pada pekan keempat, 21-27 September, menjadi 17.020 orang.
”Dengan kenaikan jumlah penumpang ini, kita berharap kondisi pandemi Covid-19 bisa terkendali sehingga penumpang pada Oktober, November, dan Desember akan naik,” kata William.