Stasiun Terpadu Tebet dan Palmerah Kian Memudahkan Penumpang Transit
Penataan stasiun terintegrasi terus berlanjut dengan tujuan meningkatkan kenyamanan dan memudahkan pergerakan penumpang berganti moda.
Oleh
Helena F Nababan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Menjalani penataan setahun lebih, dua stasiun terintegrasi diresmikan Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Kedua stasiun itu adalah Stasiun Tebet dan Palmerah, yang menambah jumlah stasiun terintegrasi menjadi enam stasiun.
Pada acara peresmian di Stasiun Tebet, Rabu (29/9/2021), Direktur Utama PT Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek Tuhiyat menjelaskan, dua stasiun yang diresmikan pada hari ini bagian dari penataan stasiun tahap kedua. Penataan tahap pertama yang meliputi Stasiun Juanda, Stasiun Pasar Senen, Stasiun Tanah Abang, dan Stasiun Sudirman sudah selesai pada tahun lalu. Peresmian sebagai stasiun terintegrasi juga sudah dilakukan pada Juni 2020.
Penataan stasiun tahap dua ini, jelas Tuhiyat, dilakukan sebagai kelanjutan penataan tahap pertama. Itu meliputi Stasiun Palmerah, Stasiun Manggarai, Stasiun Gondangdia, Stasiun Tebet, dan Stasiun Jakarta Kota.
Penataan stasiun sebagai kawasan terintegrasi antarmoda ini dilakukan PT MITJ berdasarkan perjanjian kerja sama antara Pemerintah Provinsi DKI, Dishub DKI, KAI Persero, dan PT MRT Jakarta. Penataan sejumlah stasiun KAI Commuter dengan kawasan sekitar dan dengan angkutan umum pendukung diharapkan memudahkan penumpang saat hendak meneruskan perjalanan ataupun saat hendak berganti moda. Ada perjalanan menerus yang muncul dengan adanya penataan stasiun sebagai stasiun integrasi.
Tuhiyat menambahkan, dalam penataan tahap dua ini, pembangunan Stasiun Tebet dan Palmerah sudah selesai 100 persen. Adapun progres penyelesaian pembangunan tiga stasiun yang lainnya ialah Manggarai 95 persen dan Stasiun Gondangdia 69 persen. Kedua stasiun itu ditargetkan selesai pembangunannya pada tahun ini, sementara Stasiun Jakarta Kota ditargetkan selesai pada 2022.
”Penataan stasiun ini diikuti dengan penataan kawasan stasiun untuk kenyamanan dan keamanan pengguna,” ujarnya.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjelaskan, peresmian stasiun bukan hanya menjadi batu loncatan munculnya pelayanan yang baik, melainkan juga membuktikan apabila kolaborasi yang dikerjakan tuntas bisa menghasilkan manfaat yang baik untuk masyarakat.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menambahkan, tergabung dalam kawasan aglomerasi Jabodetabek, Jakarta tidak mungkin dibiarkan sendiri. Harus ada koneksi dengan kota-kota lain di sekitarnya. Apalagi ke depan Stasiun Manggarai akan berfungsi sebagai central station. Dengan adanya Manggarai, koneksi warga yang hendak ke Jawa Tengah dan Jawa Timur lebih mudah.
"Kita tidak sekadar menyatakan, tetapi kita nyata membuat konsep dan mengeksekusi, membuat TOD, ataupun mengerjakan sistem sarana dan prasarananya,” kata Budi. Ia pun melihat, penataan akan membangun pelayanan yang lebih baik.
Sementara itu, Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan, stasiun bukan hanya tempat pelayanan jasa, melainkan juga tempat pertumbuhan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Ia berharap penataan stasiun bukan hanya menumbuhkan pelayanan yang lebih baik. Namun, juga menumbuhkan usaha-usaha di sekitar stasiun.
Tuhiyat menambahkan, selain peresmian Stasiun Tebet dan Palmerah, juga ada pencanangan kartu dan aplikasi JakLingko sebagai sistem pertiketan dan tarif integrasi. Juga ada pencanangan pembangunan jembatan penyeberangan multiguna (JPM) dan revitalisasi Stasiun Sudirman.
Kemenhub melalui BPTJ, jelas Tuhiyat, menugaskan PT MRTJ dan KAI Persero, kemudian kedua usaha itu menugaskan MITJ untuk membangun JPM yang akan menghubungkan Stasiun LRT Jabodebek Dukuh Atas ke Stasiun Sudirman dan melakukan revitalisasi Stasiun Sudirman.
Proyek terakhir yang dikerjakan adalah penandatanganan dokumen integrasi transportasi Jabodetabek. Ini nantinya menjadi dasar bagaimana pengelolaan transportasi umum saling terintegrasi.