Menunggu Kepastian Nasib Atraksi ”Glow” di Kebun Raya Bogor
Kekhawatiran publik terkait pengembangan atau wisata malam di Kebun Raya Bogor bisa mengganggu ekosistem, konservasi, serta kepentingan riset Kebun Raya Bogor harus diletakkan secara obyektif dan ilmiah.

Pengunjung menikmati fasilitas peminjaman sepeda untuk berkeliling di Kebun Raya Bogor, Selasa (28/9/2021). Pihak pengelola Kebun Raya Bogor mulai melakukan pengembangan atraksi dan wisata edukasi untuk menarik minat pengunjung.
Pemerintah Kota Bogor di Jawa Barat bersama PT Mitra Natura Raya sepakat menunggu kajian Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN terkait dampak dari rencana atraksi sinar lampu atau Glow.
Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, ia menerima kunjungan PT Mitra Natura Raya (MNR) dan BRIN terkait perhatian publik terhadap rencana pengembangan Kebun Raya Bogor (KRB). Dari pertemuan tersebut mereka sepakat menunggu kajian dari BRIN terkait atraksi sinar lampu.
Pemkot Bogor memastikan koordinasi dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan KRB agar ada singkronisasi tata kota, fisik kota, dan pengembangan kebun raya. Kewenangan KRB menjadi otoritas dari LIPI yang sekarang menjadi BRIN.
”Saya menyepakati dari PT Mitra Natura Raya, Kebun Raya Bogor adalah pusat konservasi juga tempat kajian atau riset, selain untuk wisata. Oleh karena itu, konsep pengembangan Kebun Raya Bogor semestinya harus selalu berpedoman pada prinsip itu,” kata Bima, Selasa (28/9/2021).

Pengunjung saat melihat-lihat tanaman kantong semar (Nepenthes) yang menjadi koleksi di Taman Tematik Nepenthes di lingkungan Kebun Raya Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat, Minggu (28/3/2021).
Menurut Bima, beberapa isu yang menjadi perhatian dan kekhawatiran publik terkait pengembangan atau wisata malam di KRB bisa mengganggu ekosistem atau konservasi atau kepentingan riset kebun raya harus diletakan secara objektif dan ilmiah.
”Saya minta agar konsep Glow ini dikaji dengan melibatkan para pakar. Ada dari IPB dan BRIN untuk memberikan jawaban terkait kekhawatiran publik. Saya minta Dinas Lingkungan Hidup Kota Bogor berkoordinasi dengan BRIN dan IPB (IPB University). Karena semua harus punya datanya dan landasanya. Berapa spesies di kebun raya. Kalau malam seperti apa komunitasnya dan sejauh mana aktivitas itu bisa mengganggu itu semua harus lakukan kajian,” tuturnya.
Selama masih proses, lanjut Bima, wisata malam Glow belum bisa beroperasi sebelum ada data dan kajiannya. Dari informasi BRIN kajian secara internal sejalan dengan prinsip konservasi. Namun, karena sudah menjadi perhatian publik, kajian harus melibatkan IPB.
Wisata malam Glow belum bisa beroperasi sebelum ada data dan kajiannya.
”Kita lihat satu minggu ke depan. Sejauh mana nokturnal (kehidupan satwa maupun flora di malam hari) itu terganggu dan prinsip prinsip lainnya di dalam aktivitas,” tuturnya.

Wali Kota Bogor Bima Arya (tengah) bersama Komisaris Utama PT Mitra Natura Raya Ery Erlangga (kiri) dan Direktur Pengelolaan Koleksi Ilmiah Kedeputian Infrastruktur Riset BRIN Hendro Wicaksono (kanan), saat memberi keterangan pers terkait wisata malam atraksi sinar lampu (Glow), di teras Balai Kota Bogor, Selasa (28/9/2021).
Komisaris Utama PT MNR Ery Erlangga melanjutkan, MNR mengedepankan konservasi dan pemeliharaan situs-situs di KRB yang menjadi potensi warisan alam maupun budaya. Oleh karena itu, pihaknya menerima masukan dan akan memberikan data yang menunjukkan dampak terlaksananya edukasi wisata malam bernama Glow.
Ia mengatakan, memahami perhatian masyarakat mengenai konservasi dan penelitian di KRB. Namun, pihaknya sebagai operator memastikan tidak bisa bergerak semena-mena. Berdasarkan Peraturan LIPI Nomor 14 Tahun 2019, konsep hijau 80 persen dan kontruksi 20 persen.
”Tetap dijaga konservasi dan nokturnal. Kami tidak serta-merta meninggalkan rambu-rambu konservasi dan edukasi tersebut. Kami juga menjaga. Mudah-mudahan dengan adanya kajian dan data itu bisa menjawab semua kekhawatiran publik. Saat ini masih dalam proses kajian,” tutur Ery.
Ery menjelaskan, wisata malam seperti di KRB bukan sesuatu hal yang baru sudah sering dilakukan di pelosok dunia. Ery meyakini kebun raya di pelosok dunia itu pasti punya kajian mengenai wisata malam.
”Pertimbangannya sebagai wisata edukasi tanaman, konservasi. Narasi di dalam Glow itu adalah kita menceritakan tentang konservasi, sejarah Kebun Raya Bogor dan cerita tentang pentingnya tanaman,” lanjutnya.

Suasana saat beberapa wisatawan berjalan di salah satu bulevar Kebun Raya Bogor, Kota Bogor, Jawa Barat, Sabtu (26/12/2020).
Sejumlah kebun raya yang memiliki program sejenis Glow, antara lain, terdapat di Desert Botanical Garden (Phoenix, Arizona), Singapore Botanic Gardens (Singapura), Fairchild Tropical Botanic Garden (Miami, USA), Atlanta Botanical Garden (Atlanta), dan Botanical Garden Berlin (Jerman).
Direktur Pengelolaan Koleksi Ilmiah Kedeputian Infrastruktur Riset BRIN Hendro Wicaksono melanjutnya, pihaknya akan mengkaji terlebih dahulu bahaya dan pengaruh Glow di KRB. Hendro pun membantah jika saat ini konsep hijau 80 persen dan konstruksi 20 persen di KRB sudah melampaui Peraturan LIPI Nomor 14/2019. Konsep hijau dan konstruksi tetap konsisten atau berubah.
”MNR ini untuk meningkatkan wisata agar Bogor jadi lebih menarik buat masyarakat. Untuk itu proposal sudah ada. Itu, kan baru animasi, dampaknya akan dikaji, dampak nokturnalnya seperti apa, serangga-serangganya seperti apa. Proses kajian itu tidak bisa satu dua hari. Sedang dilakukan pusat riset konservasi tumbuhan untuk tumbuhannya, penelitian riset biologi untuk hewannya,” katanya.
Hendro mengaku sudah ada kajian sebelumnya oleh peneliti, tapi belum bisa dipublikasi hasilnya karena masih data sekunder. Oleh karena itu, pihaknya akan mengemas data kajian agar publik tidak bingung.

Wali Kota Bogor Bima Arya Sigiarto turut hadir untuk melihat bunga bangkai Amorphophallus titanun Becc yang mekar di Kebun Raya Bogor, Bogor, Jawa Barat, Sabtu (4/1/2020).
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam keterangan tertulisnya mengatakan, kegiatan komersial di Kebun Raya sudah ada sejak dulu seperti kafe, guest house, fotografi komersial, bahkan hotel. Hal itu menandakan bisnis berlangsung dan sudah tidak asing lagi bagi publik.
”Saat ini sama, tetapi untuk hotel sudah ditutup sejak sebelum pandemi. Namun, saat ini seluruh kegiatan komersial dikelola oleh mitra dengan relasi bisnis yang jelas sehingga pendapatan negara lebih optimal, serta pengelolaannya transparan dan akuntabel,” ujarnya.
Handoko menjelaskan, ada tiga pihak pengelola di dalam kebun raya. Pertama, Pusat Riset Konservasi Tumbuhan Kebun Raya untuk unit riset dan periset. Kedua, Deputi Infrastruktur melalui Direktorat Laboratorium dan Kawasan Sains dan Teknologi BRIN untuk pengelolaan laboratorium riset. Ketiga, Deputi Infrastruktur melalui Direktorat Koleksi untuk pemeliharaan koleksi.
Pembagian pengelola ini sebagai upaya untuk menempatkan semua pihak sesuai porsi dan fungsinya dan yang terpenting memastikan para periset dan unit riset dapat fokus melakukan riset tanpa dibebani pengelolaan infrastruktur secara keseluruhan.
Kebun raya merupakan platform riset untuk botani. Dalam melakukan pemeliharaan platform berupa kebun nonkoleksi, BRIN menggandeng mitra swasta sebagai operator untuk mengelola kebun di luar area koleksi, serta menjalankan dua fungsi kebun raya, yaitu edukasi dan wisata. Sementara fungsi riset konservasi dan botani dilakukan oleh para periset, serta direktorat koleksi untuk pemeliharaan koleksi sehari-hari.

Wajah Kebun Raya Bogor pada hari ulang tahunnya yang ke-175, Senin (18/5/1992).
Plt Deputi bidang Infrastruktur Riset dan Inovasi BRIN Yan Rianto menerangkan, hingga saat ini tidak ada bangunan tambahan, kecuali rumah anggrek yang sudah direncanakan oleh para periset sejak beberapa tahun sebelumnya dibangun Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Bahkan, untuk meningkatkan resapan air, saat ini direncanakan pembongkaran lapangan tenis berbeton serta sebagian bangunan rumah yang dibangun belasan tahun lalu.
Perbaikan dilakukan pada jalan dengan batu gico yang terbentang. Perbaikan tersebut dilakukan karena sudah rusak dan berlubang-lubang. ”Jalanan berbatu gico tersebut tidak sepenuhnya peninggalan lama. Jalur tersebut diperbaiki dan tetap ditampilkan batunya agar memenuhi standar keselamatan pengunjung,” ujar Yan.
Baca juga : Revitalisasi Kebun Raya untuk Tingkatkan Edukasi
Yan menjelaskan, fungsi edukasi dan wisata di KRB akan menampilkan inovasi guna menggandeng publik seluas-luasnya agar datang berkunjung ke kebun raya.
”Program inovatif yang dinamakan Glow tersebut terinspirasi dari berbagai kebun raya di luar negeri yang mengadakan wisata malam. Beberapa negara sudah lebih dulu memiliki program wisata malam di kebun rayanya,” tuturnya.
”Glow juga tidak diselenggarakan setiap hari, saat ini hanya Sabtu dan Minggu, dan ke depan maksimal hanya empat kali dalam satu minggu,” tambahnya.

Bangunan peringatan untuk Olivia Raffles, istri Gubernur Jenderal Inggris Hindia Belanda Sir Thomas Stamford Raffles, di Kebun Raya Bogor, Selasa (22/11/1977).
Marwah Kebun Raya
Mantan Kepala Kebun Raya Indonesia, yang terdiri dari Made Sri Prana (1981-1983), Usep Soetisna, Suhirman (1990-1997), Dedy Darnaedi (1997-2003), dan Irawati (2003-2008), mengirimkan surat terbuka atas rencana atraksi sinar lampu.
Dalam surat itu mereka mengatakan, berbagai kegiatan dan program yang dikembangkan di Kebun Raya Indonesia selalu berpegang pada lima tugas dan fungsi sekaligus fungsi marwah kebun raya.
Lima tugas dan fungsi penting itu adalah konservasi tumbuhan, penelitian, pendidikan, wisata ilmiah, dan jasa lingkungan. Ketiga fungsi pertama merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dan menjadi acuan bersama seluruh Kebun Raya di dunia (Jackson, PW, 1999).
Menurut mereka, rencana Glow membuat atraksi sinar lampu di waktu malam berpotensi mengubah keheningan malam KRB. Nyala dan kilau lampu dikhawatirkan akan mengganggu kehidupan hewan dan serangga penyerbuk. Nature Communication melaporkan, penggunaan lampu berlebihan di waktu malam akan mengganggu perilaku dan fisiologi serangga penyerbuk, nokturnal maupun diurnal.

Setelah istirahat enam tahun, anggrek raksasa (Grammatophylum speciosum BL) di Kebun Raya Bogor berbunga lagi, Minggu (10/1/1988).
Lebih jauh Knop et al (2017) melaporkan, kunjungan polinator berkurang sampai 62 persen pada komunitas tumbuhan yang diteliti dan pada tumbuhan tertentu menyebabkan terjadinya penurunan produksi buah sebanyak 13 persen.
”Kita belum mengetahui secara pasti kehidupan malam serangga penyerbuk tumbuhan tropika, tetapi dampak yang sama besar kemungkinan akan terjadi di Kebun Raya,” demikian salah satu kaliman dalam surat itu.
Tidak hanya itu, jalan setapak yang tersusun oleh batu kali khas KRB, kini di banyak bagian telah dicor dengan semen. Tidak hanya mengurangi keindahan jalan batu gico, tapi juga mengurangi resapan air. Air yang tidak meresap, mengalir di selokan dan langsung menuju sungai. Akibatnya, volume sungai akan meningkat. Besar kemungkinan akan berkontribusi pada luapan sungai penyebab banjir di Jakarta.
Mereka menilai, memelihara ekohidrologi di KRB sangat penting. Hal itu sudah lama dilakukan dengan mengurangi jumlah bangunan dan menggantinya dengan koleksi tumbuhan, sesuai dengan Peraturan LIPI Nomor 4/2019 tentang Pembangunan Kebun Raya, batas luas maksimal pembangunan fisik (pengerasan lahan) di KRB yaitu 20 persen dari luas total kebun raya.

Dengan pengecoran jalan batu gico dan pemadatan di berbagai tempat diperkirakan akan melebihi batas maksimal 20 persen. Berkurangnya resapan air juga dikhawatirkan mempengaruhi debit lima mata air alami di KRB.
Kelima mantan Kepala Kebun Raya Indonesia itu memberikan masukan agar segera mendapat perhatian. Masukan itu seperti, pertama, perlunya meninjau kembali rencana Glow di KRB yang pasti akan mengusik keheningan malam kebun raya itu dan mengganggu fungsi serangga polinator dan hewan penyerbuk lainnya.
Kedua, sebaiknya segera dihentikan pembangunan fisik, termasuk pengecoran jalan gico, yang akan mengurangi resapan air yang diperlukan oleh tumbuhan dan untuk usaha mengurangi kontribusi air penyebab banjir di Jakarta.
Baca juga : Kebun Raya di Seluruh Dunia Hadapi Ancaman Lingkungan