Ada Kasus Positif dan Pelanggaran Protokol, Tujuh Sekolah di Jakarta Ditutup
Di enam dari tujuh sekolah itu ditemukan kasus positif Covid-19. Namun, hanya satu dari enam sekolah yang dipastikan muncul kluster kasus. Hal ini mengonfirmasi berita viral yang menyebut ada 25 kluster sekolah di DKI.
Oleh
Helena F Nababan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dinas Pendidikan DKI Jakarta menyatakan, selama penyelenggaraan pembelajaran tatap muka terbatas campuran, ada tujuh sekolah yang ditutup karena ada temuan kasus positif Covid-19 dan pelanggaran protokol kesehatan. Di sisi lain, terkait beredarnya informasi ada 25 kluster pembelajaran tatap muka, Disdik DKI memastikan tidak pernah merilis data itu.
Kepala Bagian Humas Dinas Pendidikan DKI Jakarta Taga Radja Gah, Kamis (23/9/2021), saat dihubungi menegaskan, dari evaluasi yang dilakukan dinas pendidikan atas penyelenggaraan pembelajaran tatap muka (PTM) terbatas campuran yang digelar mulai 30 Agustus sampai 22 September 2021 terdapat tujuh sekolah yang ditutup sementara.
Dari tujuh sekolah tersebut, enam sekolah ditutup karena di tiap sekolah ditemukan satu kasus positif Covid-19. Selanjutnya, satu dari enam sekolah itu didapati menjadi kluster penularan Covid-19. Selain itu, ada satu sekolah lagi yang ditutup karena melanggar protokol kesehatan atau prokes.
Selama PTM berlangsung, kasus positif pasti ada. Tapi, apakah itu murni berasal dari sekolah tentu perlu investigasi lebih intens.
Taga menjelaskan, kluster sekolah itu terjadi di SD Klender 03. Ada satu siswa yang terpapar Covid-19 dan positif, kemudian siswa itu menulari satu siswa lainnya dan positif.
”Dari satu siswa tertular satu siswa sehingga ada dua siswa positif. Namun, itu sudah dilacak dan tidak ada lagi penyebarannya,” kata Taga.
Sekolah lain yang ditemukan kasus positif adalah SMK 66. Di sana satu guru ditemukan positif yang tertular dari kluster rumah bukan dari sekolah.
Kemudian di SDN Pondok Rangon 02, satu siswa diketahui positif setelah tertular di rumah. Di SMP PGRI 20, satu orang guru positif. Di SMA 25, satu orang guru positif dan di SMA 20 ada satu siswa yang positif.
Sementara sekolah yang melanggar protokol kesehatan adalah SDN 05 Jagakarsa. Sampai saat ini sekolah tersebut belum dibuka kembali karena masih dalam pemantauan.
”Prokes itu habit, pembiasaan bagaimana hidup sehat. Jadi sekolah yang melanggar prokes masih dalam pemantauan terus,” kata Taga.
Sesuai dengan Peraturan Gubernur No 3 Tahun 2021, ketika ada temuan kasus positif, kegiatan PTM di sekolah dihentikan selama tiga hari. Selama penghentian kegiatan di sekolah dilakukan disinfeksi.
”Walaupun itu kluster rumah, sesuai standar operasi prosedur (SOP), kita langsung segera menutup selama tiga hari, melakukan disinfeksi, dan dilacak langsung,” kata Taga.
Ketua Fraksi Partai Gerindra DPRD DKI Jakarta Rany Mauliani juga menegaskan, data penutupan sekolah yang ia dapatkan dari Dinas Pendidikan DKI Jakarta berbeda dengan yang dirilis Kementerian Pendidikan. Kementerian Pendidikan merilis ada 25 kluster PTM di Jakarta yang lantas ramai diberitakan.
Rany mengatakan, apabila ada perbedaan data, itu perlu diinvestigasi. ”Pastinya kita berharap memang harus ada keterbukaan dalam setiap kasus yang ada di sekolah karena ini menyangkut hal nyawa anak. Tapi, kita juga harus berprasangka baik kepada Disdik DKI yang tidak mungkin ceroboh dalam hal ini karena terkait pastinya ada kredibilitas yang dijaga,” ujarnya.
Hal senada juga disampaikan Taga. Untuk 25 kluster PTM yang banyak diberitakan, ia memastikan Dinas Pendidikan DKI sama sekali tidak pernah merilis data tersebut.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti menegaskan, terkait 25 kluster PTM yang dirilis Kementerian Pendidikan, perlu dipahami indeks kasus bisa berasal dari mana pun.
”Kita tahu bahwa mungkin dari keluarga dulu, atau saat interaksi di jalan karena tidak semuanya mempunyai kendaraan pribadi, atau mungkin komunitas sekolah ada interaksi dengan yang kebetulan masuk. Jadi untuk mengatakan apakah itu murni kluster sekolah diperlukan pembuktian,” katanya.
Untuk itu, tim dari Dinkes DKI sedang mendalami awal indeksnya dari mana. ”Selama PTM berlangsung, kasus positif pasti ada. Tapi, apakah itu murni berasal dari sekolah tentu perlu investigasi lebih intens sehingga bisa kita nyatakan bahwa itu memang kluster,” tutur Widyastuti.
Taga melanjutkan, dengan adanya enam sekolah yang ditutup karena kasus positif dan satu sekolah masih belum dibuka, ia optimistis sekolah-sekolah tetap bisa menerapkan protokol kesehatan ketat selama PTM selanjutnya.
”Kalau prokes dari awal ketat. Ada atau tidak ada kasus prokes ketat kita akan optimalkan karena ini kunci dari dinas pendidikan mengawal PTM terbatas. Kalau kendor sedikit, berbahaya,” kata.
Itu ditunjukkan, dari 610 sekolah yang menyelenggarakan PTM terbatas campuran sejak 30 Agustus silam, hanya enam sekolah yang ditutup. ”Ini menunjukkan komitmen prokes dijaga betul,” ujar Taga.