Berkaca dari Ambruknya Atap SDN Otista Bogor, Kelayakan Sekolah Harus Diperhatikan Jelang PTM
Menjelang PTM, tidak hanya kesiapan protokol kesehatan, tetapi juga kelayakan bangunan sekolah harus diperhatikan agar tidak membahayakan siswa dan guru.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Setelah ambruknya atap ruang kelas Sekolah Dasar Negeri Otista, Bogor Timur, Dinas Pendidikan Kota Bogor segera menganggarkan Rp 37 miliar untuk perbaikan sekolah tersebut bersama 21 sekolah lain yang masuk kategori rusak ringan dan berat. Wali Kota Bogor Bima Arya memperingatkan agar menjelang pembelajaran tatap muka, tidak hanya memperhatikan protokol kesehatan ketat, tetapi juga bangunan sekolah harus layak dan baik.
Kepala Dinas Pendidikan Kota Bogor Hanafi mengatakan, anggaran sebesar Rp 37 miliar dialokasikan untuk memperbaiki total 22 sekolah. Saat ini mereka sedang menyusun data kelengkapan perbaikan serta infrastruktur pendukung, seperti bangku, meja, dan lemari.
2020 rencananya untuk memperbaiki SDN Otista, tetapi ada bencana Covid-19.
Untuk perbaikan dua ruang kelas SDN Otista yang ambruk pada Kamis (16/9/2021) siang lalu, pihaknya akan menggunakan anggaran biaya tak terduga (BTT). SDN Otista diketahui berdiri pada 1967.
”Kondisi SDN Otista sudah lapuk, pihak sekolah pun sudah melaporkan kepada kami. Kami akan segera memperbaiki sekolah itu,” kata Hanafi, Selasa (21/9/2021).
Hanafi melanjutkan, pihaknya sudah mendata sejumlah sekolah yang masuk dalam rencana perbaikan pada 2021. Namun, perbaikan terkendala karena pandemi Covid-19 sehingga proses perbaikan menjadi lambat dan tidak kunjung diperbaiki.
Selain itu, anggaran Disdik Kota Bogor juga kena dampak refocusing pada 2021. Anggaran sebesar Rp 50 miliar harus dipotong sekitar Rp 30 miliar. Anggaran tersebut akan digunakan untuk memperbaiki sekolah-sekolah kategori rusak ringan dan berat, termasuk pembangunan sekolah satu atap di Tanah Sareal.
”Dua tahun kemari kena refocusing. Saat ini tidak. 2020 rencananya untuk memperbaiki SDN Otista, tetapi ada bencana Covid-19. Kami akan kembali fokus pada perbaikan sekolah,” ujarnya.
Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, peristiwa robohnya dua bangun kelas 6A dan 6B di SDN Otista menjadi peringatan bagi semua, tidak saja memastikan protokol kesehatan ketat, tetapi juga kelayakan bangunan sekolah sebelum dimulainya PTM.
”Saya minta Dinas Pendidikan untuk memeriksa kembali semua bangunan sekolah di Kota Bogor jelang pelaksanaan PTM awal Oktober nanti. Harus dipastikan tidak saja sistem protokol kesehatan, tetapi bangunan sekolah dan semua fasilitas pendukung dalam keadaan baik,” kata Bima.
Bima Arya menjelaskan, sudah ada laporan ke Dinas Pendidikan Kota Bogor sejak Juni 2021 bahwa ada kondisi kelas yang mengkhawatirkan. Setelah itu, Dinas Pendidikan merespons dengan melakukan perencanaan untuk dianggarkan perbaikan pada 2022.
”Kami akan segera anggarkan gerak cepat melalui BTT di BPBD agar ini diperbaiki dulu. Kadis pendidikan untuk mendata kelayakan bangunan SD-SMA dan fasilitas pendukung lainya sebelum PTM Oktober. Ini memberikan peringatan kepada kita, mungkin saja selama PJJ ada kondisi-kondisi yang tidak termonitor. Maka itu, satu dua minggu ke depan kita fokus mengecek lagi sekolah secara menyeluruh jangan sampai kemudian terjadi sesuatu yang tidak diinginkan ketika PTM,” ujarnya.
Ketua DPRD Kota Bogor Atang Krisnanto melanjutkan, selama dua tahun pandemi Covid-19, banyak sekolah tidak digunakan. Oleh karena itu, sebagai persiapan PTM, ia meminta Disdik Kota Bogor untuk memeriksa dan memetakan semua sekolah agar layak untuk digunakan selama proses PTM.
Selain itu, kata Atang, Disdik Kota Bogor agar mengevaluasi penyerapan anggaran perbaikan sekolah-sekolah dalam beberapa tahun terakhir, baik karena gagal lelang maupun penyebab lainnya. Dengan demikian, kejadian atap ambruk karena tidak terlaksananya perbaikan bisa diantisipasi dan diminimalisasi.
”Seingat saya di tahun 2020 dan 2021 sudah dianggarkan untuk perbaikan beberapa sekolah. Namun, beberapa gagal dilaksanakan. Jangan sampai, kegagalan ini terus berulang sehingga menyebabkan kerusakan bertambah dan berbahaya bagi keselamatan jiwa,” ujar Atang.
Pembangunan sekolah baru pun harus menjadi prioritas. Hal ini dinilai penting karena pertambahan jumlah penduduk sehingga perlu ada penambahan sekolah baru. Jangan sampai wajib belajar 12 tahun tidak tercapai. Melalui sistem zonasi, jangan sampai pula banyak siswa tidak tertampung karena kurang sekolah atau hanya terkonsentrasi di pusat Kota Bogor.
”SD Otista harus segara diperbaiki. Begitu pula sekolah lainnya. Jika menunggu perbaikan menggunakan APBD Perubahan 2021 akan lama dan tidak keburu terlaksana. Jika dengan dana BTT, bisa langsung diproses,” ujarnya.