Polisi Bergerak Cepat Identifikasi Korban Kebakaran Lapas Tangerang
Pos Ante Mortem didirikan polisi di RS Polri, Kramat jati, Jakarta Timur. Keluarga korban diminta segera melapor agar memudahkan proses identifikasi korban.
Oleh
STEFANUS ATO
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kepolisian Republik Indonesia mendirikan Pos Ante Mortem di Rumah Sakit Polri, Kramat Jati, Jakarta Timur. Pos ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder maupun primer dalam proses identifikasi korban kebakaran di Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Tangerang, Banten. Polri memastikan akan bekerja cepat mengidentifikasi para korban kebakaran demi memberi kepastian bagi keluarga korban.
Pada Rabu (8/9/2021) siang sekitar pukul 14.12, belasan mobil jenazah beriringan memasuki halaman kamar jenazah Rumah Sakit Polri, Kramat Jati. Petugas dengan sigap menurunkan 41 kantong jenazah korban tewas akibat kebakaran di Lapas Kelas I Tangerang yang terjadi pada Rabu dini hari.
Keluarga para korban terus berdatangan saat mobil jenazah yang membawa para korban kebakaran tiba. Sebagian keluarga bahkan berupaya menembus barikade polisi demi melihat lebih dekat anggota keluarganya.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigadir Jenderal (Pol) Rusdi Hartono mengatakan, RS Polri sudah menerima kantong jenazah berisi 41 jenazah korban kebakaran. Selanjutnya, Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polri akan bekerja mengidentifikasi 41 jenazah tersebut.
”Tim DVI bekerja berdasarkan keilmuannya dan berdasarkan pengalaman. Apa yang dihasilkan oleh Tim DVI dapat dipertangungjawabkan,” kata Rusdi.
Rusdi menambahkan, untuk mempermudah kerja dari Tim DVI, pihaknya membutuhkan bukti-bukti dari para korban tersebut. Oleh karena itu, polisi mendirikan Pos Ante Mortem di RS Polri yang berfungsi mencari data-data korban sebelum meninggal dunia. Data-data itu berupa data primer dan data sekunder.
”Kami memohon kepada keluarga untuk segera ke Pos Ante Mortem untuk memberikan data-data yang terkait dengan 41 korban. Tim akan bekerja cepat menuntaskan kejadian ini, dan tentu saja memberi kepastian pada keluarga,” katanya.
Diduga korsleting
Rusdi menambahkan, polisi masih terus bekerja menyelidiki penyebab kebakaran itu. Tim dari Puslabfor Polri sudah ke lokasi kejadian dan menyelidiki kasus itu.
”Menurut data dan beberapa saksi, diinformasikan ada korsleting listrik. Itu baru dugaan sementara,” kata Rusdi.
Seperti diketahui, pada Rabu pukul 01.45 terjadi musibah kebakaran Lapas Kelas I Tangerang tepatnya di Blok C2 yang dihuni 122 napi.
Kami memohon kepada keluarga untuk segera ke Pos Ante Mortem untuk memberikan data-data yang terkait dengan 41 korban. Tim akan bekerja cepat menuntaskan kejadian ini, dan tentu saja memberi kepastian pada keluarga. (Rusdi Hartono)
Sebanyak 27 orang mengalami luka ringan, 8 orang luka berat, dan 41 orang meninggal. Lapas itu dihuni 2.072 napi dari beragam kasus tindak pidana, antara lain, narkoba, terorisme, dan kejahatan umum lainnya. Kewarganegaraan para napi bukan hanya Indonesia, melainkan juga warga asing.
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Yasonna H Laoly, saat meninjau Lembaga Pemasyarakatan Kelas I Tangerang, mengatakan, pihaknya bakal bekerja sama dengan semua pihak terkait penyelidikan sebab-sebab kebakaran. Pihaknya juga membuka masukan terkait strategi pencegahan agar musibah berat seperti ini tidak terjadi lagi. Yasonna juga menyampaikan keprihatinan dan duka mendalam atas kejadian tersebut.