Tak Ada Lagi Pasien Covid-19 Diisolasi di Rusun Nagrak dan Pasar Rumput
Pasien Covid-19 terus berkurang di DKI Jakarta. Isolasi pasien kembali dipusatkan di RSDC Wisma Atlet.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pengelola Rumah Sakit Darurat Covid-19 terpusat di Jakarta menutup sementara tempat isolasi Rusun Nagrak, Cilincing, Jakarta Utara, dan Rusun Pasar Rumput, Manggarai, Jakarta Selatan. Penutupan dilakukan karena menurunnya kasus baru Covid-19. Namun, layanan isolasi dan tenaga kesehatan tetap disiagakan.
Kepala Humas Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet Kemayoran Kolonel Mintoro Sumego mengatakan, penutupan ini telah disepakati pihak RSDC, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), serta Komando Tugas Gabungan Terpadu (Kogasgabpad).
”RSDC Rusun Nagrak dan Rusun Pasar Rumput ditutup karena sudah hampir tidak ada lagi pasien. Pasien yang masih ada di Pasar Rumput kemarin juga dipindahkan ke RSDC Wisma Atlet Kemayoran,” kata Mintoro saat dihubungi, Rabu (1/9/2021).
Rusun Nagrak sudah tidak lagi merawat pasien isolasi baru sejak lima pasien sembuh pada Minggu (29/8/2021). Adapun Rusun Pasar Rumput terakhir merawat 17 pasien Covid-19 pada Senin (30/8/2021). Pasien ini lalu dipindah ke RSDC Wisma Atlet Kemayoran di Jakarta Pusat, yang per hari ini menampung 1.055 pasien.
Jumlah pasien Covid-19 yang dirawat di tiga RS itu terus berkurang seiring menurunnya kasus baru di Jakarta. Dinas Kesehatan DKI Jakarta melaporkan, pada Selasa (31/8/2021) kemarin, sebanyak 399 orang terkonfirmasi positif Covid-19.
Baik RSDC Rusun Nagrak maupun Pasar Rumput dibuka sebagai tempat isolasi pasien Covid-19 ketika terjadi gelombang tinggi kasus baru medio Juni 2021. Pembukaan ini juga bertujuan mengalihkan pasien dari RSDC Wisma Atlet Kemayoran yang keterisiannya sempat melonjak sampai sekitar 90 persen.
Selama beroperasi, Rusun Pasar Rumput sudah merawat 1.094 pasien Covid-19 tanpa gejala (OTG) dan gejala ringan. Adapun Rusun Nagrak telah merawat 9.419 pasien Covid-19 tanpa gejala dan gejala ringan. Di dua RSDC tersebut tidak ada pasien yang dilaporkan meninggal.
Untuk sementara, relawan tenaga kesehatan (nakes) yang ditugaskan di dua rusun itu akan ditarik kembali ke RSDC Wisma Atlet Kemayoran. Kedua rusun akan dioperasionalkan kembali jika ada lonjakan kasus positif Covid-19.
Kesiapsiagaan nakes
Di tengah pelandaian kasus Covid-19, sekitar 2.000 relawan tenaga kesehatan yang bekerja untuk RSDC terpusat di Jakarta masih akan disiagakan. Kesehatan mereka juga akan tetap diawasi dan dijaga agar tidak terinfeksi.
”Kami selalu mengadakan pemeriksaan rutin pada relawan nakes kita. Kita juga selalu ingatkan agar mereka pakai APD (alat perlindungan diri) dengan benar dan jangan lengah. Kita juga selalu pantau berapa nakes yang sakit dan dari bagian mana,” kata Mintoro.
Prosedur ini perlu tetap dijalankan mengingat nakes rentan tertular pasien. Pada saat Jakarta mengalami lonjakan kasus baru tertinggi pada Juni, hampir 10 persen nakes terkonfirmasi positif Covid-19. Bahkan, dua di antaranya meninggal.
Nakes pertama yang meninggal adalah Liza Putri Noviana (34) pada Kamis (24/6/2021). Ibu dua anak itu meninggal setelah seminggu dirawat di unit perawatan insentif RSDC Wisma Atlet Kemayoran. Menyusul kemudian Bayu A Purnama (21) yang meninggal di Rumah Sakit Yarsi, Cempaka Putih, Minggu (29/8/2021) malam setelah terinfeksi pada 5 Juli lalu.
Selain pemeriksaan rutin dan perawatan, vaksinasi Covid-19 dosis ketiga untuk nakes juga diupayakan. Sejak dua minggu lalu, RSDC Wisma Atlet Kemayoran membuka layanan vaksinasi booster itu dengan target 200-300 dosis vaksin per hari.
”Kami menyesuaikan dinamika mereka di lapangan. Jadi, sejauh ini kuota harian itu memang belum tercapai, rata-rata hanya 100-200 dosis per hari karena para nakes masih sibuk melayani pasien. Tapi, targetnya semua nakes sudah harus dilaksanakan booster,” lanjutnya.
Dokter Spesialis Paru Rumah Sakit Penyakit Infeksi Prof Dr Sulianti Saroso, Pompini Agustina, dalam bincang daring hari ini mengatakan, setiap rumah sakit (RS) perlu tetap mendeteksi dini atau menapis para nakes, terutama yang melayani Covid-19. Ini perlu dilakukan RS selain menyediakan sistem triase dan deteksi gejala pada pasien baru agar mengurangi risiko penularan.
”RS bisa melakukan screening aktif dan pasif. Screening aktif dilakukan kalau di satu lingkungan ada yang positif, lalu dilacak jika ada kontak erat. Adapun screening pasif dilakukan ketika di RS angka positivity rate-nya,” ujarnya.
Terkait dosis tambahan vaksin Covid-19, itu juga diperlukan sebagai usaha melindungi nakes. ”Bisa dibayangkan kalau banyak nakes yang terinfeksi, siapa lagi yang akan menangani kasus-kasus Covid-19. Vaksin booster adalah langkah untuk melindungi nakes, yang ujungnya untuk masyarakat,” pungkasnya.