838 Anak di Kota Tangerang Kehilangan Orangtua Selama Pandemi Covid-19
Dinas Sosial Provinsi Banten akan memberikan layanan dukungan psikososial untuk anak-anak yang kehilangan orangtua karena Covid-19.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·2 menit baca
Kompas/Priyombodo
Anak-anak menyaksikan proses pemakaman di lahan baru pemakaman khusus Covid-19, di Jombang, Tangerang Selatan, Banten, Selasa (27/7/2021). Selama pandemi Covid-19 ini, ribuan anak kehilangan ayah, ibu, atau keduanya karena terpapar SARS-CoV-2.
TANGERANG, KOMPAS — Pandemi Covid-19 membuat ratusan anak di Kota Tangerang, Banten, kehilangan orangtua. Sebanyak 838 anak di Kota Tangerang, Banten, kehilangan ayah, ibu, atau keduanya karena Covid-19. Selain bantuan dari Kementerian Sosial, mereka akan dapatkan layanan dukungan psikososial dari dinas sosial.
Dinas Sosial Kota Tangerang mendata anak-anak tersebut dengan syarat berusia maksimal 16 tahun, orangtua meninggal karena positif Covid-19 berdasar hasil tes reaksi rantai polomerase (PCR), memiliki kartu tanda penduduk Kota Tangerang, dan berdomisili di Kota Tangerang.
”Selain itu tidak kami data. Kalau data yang ada sebanyak 838 anak akan diajukan ke Provinsi Banten untuk diteruskan ke Kementerian Sosial,” kata Kepala Seksi Data Linjamsos Dinsos Kota Tangerang Arif Rahman, Minggu (29/8/2021).
Secara terpisah, Pelaksana Tugas Sekretaris Dinas Sosial Banten Budi Darma Sumapradja mengatakan, pihaknya masih menunggu data anak yatim piatu karena Covid-19 dari kabupaten dan kota se-Banten. Tenggat pengumpulan data itu hingga pekan pertama September.
”Targetnya awal September. Nanti kami teruskan ke Kementerian Sosial untuk penyaluran bantuan,” ucapnya.
Di sisi lain, data anak-anak tersebut akan diidentifikasi untuk kebutuhan layanan dukungan psikososial dari Provinsi Banten. Budi memastikan dinas sosial akan menerjunkan tenaga layanan terkait untuk membantu keluarga atau pengasuh dan anak-anak itu.
Layanan dukungan psikososial merupakan kegiatan yang fokus pada penguatan resiliensi (aspek psikologis) anak dan interaksi sosial (aspek sosial) antar-individu dengan lingkungannya. Hal itu guna memastikan anak tetap sehat secara mental, psikologis, dan sosial. Bentuknya antara lain terapi bermain, edukasi bagi anak, dan psiko-edukasi bagi orangtua sebagai faktor penting dalam pemulihan kondisi anak ke ambang batas wajarnya.
Kompas/Totok Wijayanto
Anak-anak di perkampungan nelayan, Kali Baru, Cilincing, Jakarta Utara, memberi hormat saat mengikuti upacara penurunan bendera HUT Ke-76 RI, Selasa (17/8/2021).
Sebelumnya, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak bekerja sama dengan Unicef mengembangkan aplikasi Rapidpro. Aplikasi itu untuk pendataan anak yang salah satu atau kedua orangtuanya meninggal akibat Covid-19.
Hingga Rabu (25/8), jumlah anak-anak kehilangan orangtua karena Covid-19 sebanyak 9.496 orang. Mereka terdiri dari anak yatim (4.601 anak), piatu (3.056 anak), yatim piatu (475 anak), dan tanpa keterangan (364 anak).
Sementara itu, Kementerian Sosial mengajukan anggaran bantuan sosial sebesar Rp 3,2 triliun untuk 4 juta anak yatim piatu, termasuk mereka yang kehilangan orangtua karena Covid-19. Anak-anak yang belum sekolah akan menerima bantuan Rp 200.000 dan yang duduk di bangku sekolah menerima Rp 300.000.