Belum Bisa Buka Mal, Kota Bogor Kejar Capaian Vaksin 100 Persen pada September
Meski menunjukkan tren penularan kasus dan berstatus zona oranye, Kota Bogor belum bisa membuka mal. Sementera itu, Satgas Covid-19 Kota Bogor terus mengejar target vaksinasi selesai pada September mendatang.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Kota Bogor, Jawa Barat, menargetkan vaksinasi mencapai 100 persen pada September. Untuk itu, Forkopimda Kota Bogor memperkuat tim satuan tugas vaksinasi dan meluncurkan bus wisata vaksin agar lebih menjangkau target sasaran.
Kepala Kepolisian Resor Kota Bogor Komisaris Besar Susatyo Purnomo Condro mengatakan, untuk mengejar target capaian vaksinasi, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Bogor membentuk tim Satgas Vaksinasi beranggotakan 18 kepala dinas di lingkungan Pemerintah Kota Bogor. Para kepala dinas masing-masing menduduki posisi sebagai direktur sentra vaksin di 18 lokasi.
”Tujuannya mempercepat target vaksinasi. Saat ini sudah sekitar 47 persen vaksinasi tercapai. Kita perkuat dengan tim Satgas Vaksinasi agar pada September bisa menuntaskan 100 persen warga yang memiliki kekebalan komunal terhadap Covid-19,” kata Susatyo, Rabu (18/8/2021).
Dari 3 indikator masih ada 1 indikator, yaitu tingkat keterawatan di rumah sakit yang masih agak tinggi. Namun, saya sudah sampaikan bahwa tingkat keterisian pasien di rumah sakit banyak dari luar wilayah Kota Bogor.
Susatyo menilai, kunci untuk mengejar target vaksinasi ialah kesiapan tenaga kesehatan serta mobilisasi serentak partisipasi aktif dan semangat masyarakat untuk mengikuti vaksinasi.
”Di titik checkpoint itu nanti juga akan berfungsi untuk melakukan pengecekan vaksin dan sekaligus sebagai tempat pendaftaran para peserta vaksin sehingga kita harapkan percepatan ini semakin masif,” lanjutnya.
Percepatan itu juga, kata Susatyo, untuk mempercepat Kota Bogor segera bisa kembali hidup normal dan segera keluar dari wabah Covid-19. Selain membentuk tim satgas vaksin, Satgas Covid-19 Kota Bogor juga meluncurkan bus vaksinasi. Ada tiga bus wisata uncal yang dijadikan bus antar-jemput untuk peserta vaksin menuju sentra-sentra yang ada.
”Maka, selain pendekatan pada kelurahan, RT atau RW, halte-halte peserta vaksin ini juga disiapkan sebanyak delapan halte sehingga masyarakat yang ingin ikut vaksin tidak usah mencari angkutan lagi, sudah disediakan bus untuk mengantar ke tempat vaksinasi terdekat,” katanya.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bogor, Senin (16/8/2021), dari target 819.444 sasaran vaksinasi, sebanyak 396.810 orang atau 48,42 persen warga telah menerima vaksin tahap pertama. Adapun penerima vaksin lengkap terdapat 207.873 orang (25,37 persen).
Dari data Dinkes Kota Bogor, juga tercatat angka konfirmasi kasus yang menunjukkan tren penurunan kasus. Data pada Selasa (17/8/2021), ada penambahan konfirmasi kasus sebanyak 56 kasus sehingga total mencapai 35.783 kasus. Adapun pasien selesai isolasi atau sembuh 34.359 kasus, masih sakit 952 kasus, dan meninggal 472 kasus.
Berdasarkan laporan tiga hari terakhir, penambahan konfirmasi kasus berada di bawah rata-rata 100 kasus. Meski menunjukan tren penurunan kasus dan berstatus zona oranye, Kota Bogor belum bisa membuka pusat perbelanjaan atau mal.
Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, jika merujuk data tren kasus, Kota Bogor bisa menerapkan sedikit relaksasi seperti kota di Jabodetabek lainnya. Namun, hal itu belum bisa karena, menurut Kementerian Perdagangan, tingkat keterawatan pasien Covid-19 di Kota Bogor masih tinggi.
”Saya sudah berkomunikasi dengan Pak Dirjen Perdagangan Dalam Negeri. Dari tiga indikator masih ada 1 indikator, yaitu tingkat keterawatan di rumah sakit yang masih agak tinggi. Namun, saya sudah sampai bahwa tingkat keterisian pasien di rumah sakit banyak dari luar wilayah Kota Bogor,” ujar Bima.
Berdasarkan data Dinkes Kota Bogor pada Senin, jumlah keterisian tempat tidur sebanyak 411 pasien atau 34 persen dari total 1.210 tempat tidur. Sementara jumlah pasien warga Kota Bogor sebanyak 232 orang atau 56,4 persen. Adapun pasien dari Kabupaten Bogor yang dirawat di 21 rumah sakit rujukan di Kota Bogor sebanyak 121 orang atau 29,4 persen dan pasien kota lainnya sebanyak 58 orang atau 14,1 persen.
Dari dari tersebut, kata Bima, ia meminta pemerintah pusat untuk mengevaluasi data dan metode penghitungan indikator. Hal itu penting agar data dilihat secara luas dan upaya-upaya penanganan yang sudah di lakukan di Kota Bogor.
”Saya minta dipertimbangkan untuk dihitung ulang metodenya sehingga skor Kota Bogor lebih membaik. Saya sudah sampaikan saran saya untuk mengubah atau mengevaluasi metode perhitungannya agar Kota Bogor bisa ke level 3 atau yang lain karena kabupaten (Bogor) sudah. Karena kabupaten pembaginya banyak, saya kira ada sesuatu yang harus dievaluasi dan Pak Dirjen menyampaikan akan melakukan pembahasan itu,” ujar Bima.