Lelang Koleksi Pribadi Bima Arya untuk Anak-anak Korban Pandemi
Donasi yang terkumpul dari lelang koleksi pribadi Bima Arya sebesar Rp 53.750.000. Dana yang terkumpul dari solidaritas warga Bogor itu akan didonasikan kepada anak-anak yang kehilangan orangtua karena Covid-19.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
Di akun Instagram @bimaaryasugiaryo, Wali Kota Bogor Bima Arya silih berganti mengenakan jaket koleksinya. Tidak lupa ia menyapa dan berinteraksi dengan warga yang berkunjung atau menyaksikan Live Instagram-nya.
Bima beberapa kali menawari 46 koleksi pribadinya, seperti batik, kemeja, jaket, tas, sepatu, jam tangan, dan sepeda. Warga yang menyaksikan Live Instagram cukup antusias berpartisipasi menawarkan harga tertinggi untuk memiliki koleksi-koleksi Bima itu.
”Seluruh dana hasil dari kegiatan lelang ini kita donasikan untuk membantu biaya pendidikan dan kebutuhan lainnya bagi anak-anak yatim piatu yang orangtuanya meninggal akibat Covid-19,” kata Bima, saat Live Instagram, Minggu (15/8/2021).
Koleksi pribadi pria berusia 48 itu dilelang mulai dari Rp 100.000. Dalam proses lelang hampir 3 jam itu, sepeda lipat menjadi barang dengan penawaran tertinggi dan laku Rp 6,5 juta.
Sejumlah koleksi pribadi itu memiliki cerita tersendiri bagi Bima. Misalnya, jaket yang dipakai saat blusukan dengan Presiden Joko Widodo hingga batik khas Bogor yang dipakai saat mengikuti berbagai pertemuan, baik di dalam maupun luar negeri.
”Donasi yang terkumpul dari lelang Rp 53.750.000 juta. Ini merupakan solidaritas warga Bogor. Mereka antusias. Batik-batik saya ada yang laku Rp 500.000, ada yang laku Rp 1 juta. Ada juga jaket kampanye yang mengantarkan saya menjadi wali kota, ada jaket yang mendampingi Pak Jokowi terjual Rp 2 juta, ada juga baju saat umrah. Agak sedih juga melepasnya, tapi ikhlas untuk bantu anak yatim,” kata Bima.
Donasi ini, kata Bima, untuk membantu anak yatim piatu yang orangtuanya meninggal akibat Covid-19. Di Kota Bogor, menurut data terakhir, ada 331 anak dari 115 keluarga yang kehilangan ayah/ibu atau keduanya sekaligus akibat paparan Covid-19. Rinciannya, 199 anak yatim, 121 anak piatu, dan 11 anak yatim piatu.
Visi Kota Bogor adalah kota keluarga. Nanti 17 Agustus kita luncurkan paket terpadu untuk fokus pada pemulihan keluarga terdampak Covid-19 karena keluarga yang meninggal.
Bima berterima kasih kepada warga yamg sudah bergabung dalam lelang koleksi pribadinya. Hasil lelang akan disalurkan bersama-sama Temanco dan Salamaid untuk membantu anak yatim piatu.
”Kita koordinasikan juga dengan camat, lurah, dan dinas terkait untuk pendataannya, dikumpulkan juga dengan donasi lainnya untuk memastikan anak-anak yatim piatu di Kota Bogor kita perhatikan pendidikannya, kesehatannya dan semuanya. Semoga Allah ridai, semoga berkah untuk semua,” ujar Bima.
Bima berharap, bantuan kepada warga terdampak dan khususnya kepada anak-anak yang kehilangan orangtua karena pandemi bisa terus mengalir. Kepedulian, solidaritas, dan kolaborasi di masa pandemi menjadi modal bersama untuk berperang melawan pandemi.
”Anak-anak ini juga masuk dalam program khusus yang harus mendapat atensi khusus. Visi Kota Bogor adalah Kota Keluarga. Nanti 17 Agustus kita luncurkan paket terpadu untuk fokus pada pemulihan keluarga terdampak Covid-19 karena keluarga yang meninggal,” kata Bima.
Beberapa program yang akan diluncurkan pada hari kemerdekaan ke-76 Republik Indonesia itu seperti pendidikan, kesehatan konseling, dan jika ada rumah yang perlu diperbaiki, pemkot akan membantu memperbaikinya.
Penanganan khusus anak-anak terdampak, kata Bima, erat kaitannya dengan bonus demografi. Dalam keadaan ideal atau normal, bonus demografi dari anak-anak harus disiapkan agar produktif dan memberikan kontribusi besar melalui ilmu dan kondisi kesehatan yang baik.
”Saat ini kondisinya berbeda. Ada anak-anak yang kehilangan kesempatan belajar. Mereka terpaksa harus belajar daring. Namun, ada yang paling tidak beruntung, yaitu anak-anak yang kehilangan orangtuanya. Artinya fokusnya perlu diperkuat. Kita tidak ingin kehilangan generasi penerus masa depan,” lanjut Bima.
Pengamat kebijakan publik Trubus Rahardiansyah mengatakan, dalam kebijakan publik, pemimpin harus memiliki empati melihat dinamika permasalahan warga. Empati itu akan muncul ketika pemimpin mau turun ke lapangan, mendengar dan melihat apa yang dirasakan oleh warga.
”Apa yang dirasakan warga, kesusahan warga harus dirasakan pemimpin. Karena dari situlah muncul kebijakan-kebijakan populis yang bisa langsung dirasakan warga. Terutama dalam kondisi pandemi seperti ini. Sudah sepatutnya pemimpin turun melihat geliat dan dinamika warga yang terdampak. Jika tidak begitu, sulit rasanya pandemi akan dilewati dan beban warga akan semakin berat,” kata Trubus.
Dari turun ke lapangan langsung itulah, kata Trubus, terlihat keteladanan dan cara pemimpin mengatasi permasalahan warganya. Kapasitas kepemimpinan ditentukan salah satunya melalui keteladanan.
Sehebat apa pun pemimpin jika ia tidak mau dan terjun ke bawah atau berhadapan dengan warga, jabatan yang ia pegang tidak lagi bermakna. Jabatannya itu hanya untuk pribadi, bukan untuk kepentingan publik yang melayani warganya. Pemimpin juga harus menjadi contoh atau model baik sehingga staf jajaran bahkan warga lainnya untuk ikut bergerak bersama.