Kota Bogor dan Depok Dampingi Anak Tanpa Orangtua akibat Covid-19
Lebih dari 1.000 anak di Kota Bogor dan Depok kehilangan salah satu atau kedua orangtua akibat Covid-19. Program yang sistematis dan kontinyu menentukan masa depan mereka.
Oleh
AGUIDO ADRI / ERIKA KURNIA
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Pemerintah Kota Bogor dan Pemerintah Kota Depok segera meluncurkan skema program bantuan bagi anak-anak terdampak pandemi Covid-19. Setidaknya ada 1.000 anak yatim, piatu, atau yatim piatu akibat pandemi hampir 1,5 tahun ini.
Di Kota Bogor, menurut data terakhir, ada 331 anak dari 115 keluarga yang kehilangan ayah/ibu atau keduanya sekaligus akibat paparan Covid-19. Rinciannya, 199 anak yatim, 121 anak piatu, dan 11 anak yatim piatu. Data itu bisa bertambah.
Wali Kota Bogor Bima Arya meminta camat, lurah, dan dinas-dinas terkait terus mendata perkembangan kasus agar anak-anak terdampak tak terlewatkan mendapat bantuan.
”Anak-anak ini masuk program khusus yang harus mendapat atensi. Visi Kota Bogor adalah kota keluarga. Nanti 17 Agustus kami luncurkan paket terpadu fokus pada pemulihan keluarga terdampak Covid-19 karena keluarga yang meninggal,” kata Bima, Jumat (13/8/2021).
Beberapa program yang akan diluncurkan pada HUT Kemerdekaan Republik Indonesia itu adalah pendidikan, kesehatan, konseling, dan jika ada rumah yang perlu diperbaiki, pemkot akan membantu. Bantuan-bantuan itu akan dipetakan lebih dahulu untuk menentukan kebutuhan setiap anak.
”Dari data itu harus dipelajari kasus per kasus. Pendataan ini sangat penting. Namun, lebih penting negara harus hadir, seperti menjamin pendidikan dan kesehatan,” lanjut Bima. Di Kota Bogor, pusat pemberdayaan keluarga siap berkolaborasi dengan dinas terkait untuk mencegah anak-anak telantar.
Kota Depok juga sudah menyiapkan dan segera meluncurkan program bantuan kepada anak-anak terdampak. Seperti di Kota Bogor, program Kota Depok fokus pula pada pemenuhan hak-hak dasar anak-anak yang kehilangan orangtua.
Kepala Dinas Perlindungan Anak, Pemberdayaan Masyarakat, dan Keluarga Kota Depok Nessi Handari mengatakan, bantuan yang akan diberikan, antara lain, pendidikan, kesehatan, pengurusan surat-surat, dan membantu mencarikan keluarga inti agar anak-anak tak kehilangan hak asuh. Jalan terakhir, perawatan khusus di panti asuhan.
Untuk menentukan kebutuhan 740 anak yang terdampak, menurut Nessi, pemkot bekerja sama dengan dinas-dinas terkait agar tepat sasaran. Anak berusia 0-18 tahun akan mendapat prioritas bantuan. Namun, itu tidak kaku.
”Berbagai upaya perlindungan dan perhatian akan kami lakukan untuk anak-anak pejuang ini, anak-anak kita. Ini jadi kewajiban semua untuk saling membantu. Masa depan mereka harus dijaga,” katanya.
Bima juga mengajak kepala daerah di wilayah lain memberi perhatian dan atensi khusus kepada keluarga dan anak-anak terdampak pandemi. Berbagai skema bantuan harus disusun dan dirumuskan agar anak-anak segera dibantu.
Bantuan sembako atau bantuan sementara tidaklah cukup. Perlu program terpadu atau jangka panjang membantu anak-anak, yang ditopang data. ”Bantuan harus sistematis dan jangka panjang. Berapa ribu anak-anak di Indonesia, jika tidak diberikan perhatian khusus, masa depan mereka seperti apa,” ujarnya.
Masih didata
Saat Kota Bogor dan Kota Depok melangkah pasti untuk segera membantu penanganan anak-anak yang kehilangan orangtua, sejumlah daerah di Kota Bekasi, Jakarta, dan Tangerang Selatan belum memiliki data pasti terkait jumlah anak-anak terdampak.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, dan Keluarga Berencana Kota Tangerang Selatan Khairati mengatakan, ia belum bisa menginformasikan jumlah anak-anak terdampak karena masih didata. Sejumlah anak sudah dalam penanganan, seperti AY (10), yang tinggal di rumah salah satu kepala dinas.
”Sejumlah anak yang orangtuanya meninggal biasanya langsung diasuh keluarga terdekatnya. Jika tidak ada keluarga dekat, diasuh keluarga pengganti. Jika tidak ada keluarga pengganti, akan diasuh di lembaga pengasuhan (panti asuhan/LKSA). Kami tak akan lepas perhatian kepada anak-anak ini,” kata Khairati.
Sementara itu, Kepala Dinas Pemberdayaan, Perlindungan Anak, dan Pengendalian Penduduk DKI Jakarta Tuty Kusumawati mengatakan, data terkait masih dikumpulkan. Pemetaan dan pengumpulan data dilakukan atas koordinasi bersama Asisten Kesejahteraan Rakyat.
Sejauh ini belum diketahui jumlah anak-anak di Jakarta yang orangtuanya meninggal karena Covid-19. Yang pasti, tingkat penularan dan kematian di Jakarta pernah mencapai ribuan orang per hari.
Meski demikian, Pemprov DKI Jakarta secara simultan mulai menentukan intervensi bagi anak-anak yang kehilangan orangtua. ”Bisa juga dengan bantuan-bantuan lain jika masih ada yang belum dapat terpenuhi dari program yang ada,” ujar Tuty.
Kota Bekasi juga belum punya data terkait anak-anak yang menjadi yatim, piatu, atau yatim piatu akibat Covid-19. Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi Tanti Rohilawati mengatakan masih perlu koordinasi dengan dinas lain. Hingga Jumat (13/8/2021), jumlah kematian Covid-19 di Kota Bekasi sebanyak1.080 kasus.
Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Bekasi Chairoman J Putro mengakui belum adanya data anak-anak yang kehilangan orangtua karena Covid-19 berkaitan dengan masalah dalam pendataan kematian karena infeksi virus SARS-CoV-2.
Menurut dia, pendataan ini bisa dimulai dari dinas kependudukan dan catatan sipil yang memverifikasi data kematian yang sudah valid, termasuk karena Covid-19 atau bukan. ”Mudah-mudahan koordinasi bisa membantu kita membuat kebijakan ke depan, termasuk bagaimana masalah anak-anak ini,” katanya.