Seminggu Buka, Kunjungan di Pusat Grosir Cililitan Masih Rendah
Mobilitas warga Jakarta ke pusat ritel dan rekreasi turun hingga 30 persen sejak pertengahan Juni dan pemberlakuan PPKM darurat. Situasi ini berdampak ke pasar grosir PGC yang sudah kembali buka.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Beberapa pasar rakyat dan pasar grosir di Jakarta sudah kembali dibuka seminggu terakhir selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM level 4 minggu kedua. Di tengah antusiasme pemilik toko kembali berdagang, jumlah kunjungan masih sangat rendah.
Pusat Grosir Cililitan (PGC) di Cililitan, Jakarta Timur, salah satu pusat perdagangan yang kembali buka sejak 31 Juli 2021 dengan pembatasan. Pedagang dan pengunjung yang hendak masuk PGC harus sudah divaksin Covid-19, minimal dosis pertama, yang ditunjukkan sertifikat vaksinasi. PGC yang dibuka pukul 10.00-15.00 WIB juga hanya dapat dikunjungi maksimal 50 persen total kapasitas.
Senin (9/8/2021) siang, PGC yang banyak diisi pedagang produk tekstil dan garmen serta elektronik tampak lengang, meski sebagian toko buka. Sejumlah pengunjung berbagai usia juga mendatangi lokasi belanja murah tersebut. Data menunjukkan, jumlah pengunjung jauh lebih rendah dari tren kunjungan sebelum PPKM yang sudah berkurang setengah dari normal.
”Dari sekitar 3.350 tenant di tempat kami, awalnya hanya 515 tenan yang buka. Tapi, terakhir sudah 1.400 lebih tenan atau sekitar 45 persen toko yang buka. Sementara jumlah pengunjung dari normalnya bisa 80.000-100.000 pengunjung per hari, sekarang baru 7.000 sampai 8.000 orang atau cuma 9 persen,” kata Akub Sudarsa, General Manager PCG yang dihubungi hari ini.
Jumlah pengunjung per hari bahkan bisa lebih rendah dari pekerja toko yang rata-rata tiga penjaga. Akub menduga hal itu terjadi karena masyarakat secara umum tahu bahwa pusat perbelanjaan ditutup selama PPKM level 4. Ketakutan akan penularan Covid-19 yang sempat tinggi sebelumnya juga jadi penyebab berikutnya, diikuti kecenderungan daya beli masyarakat yang lemah.
Laporan Polda Metro Jaya yang mengambil analisis Google Mobility menunjukkan, selama PPKM diberlakukan mulai 17 Juni sampai 29 Juli lalu, mobilitas warga DKI Jakarta ke pusat ritel dan rekreasi minus 37 persen dibanding sebelum adanya PPKM mikro. Penurunan mobilitas ini memang tidak sedalam yang terjadi di tempat kerja (-43 persen), taman (-53 persen), dan stasiun transit (-55 persen).
Namun, pengelola PGC berharap pemerintah pusat bisa memberi putusan untuk melonggarkan aktivitas ekonomi di Jakarta. Sejauh ini, PGC diizinkan buka atas dasar Keputusan Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Provinsi DKI Jakarta Nomor 402 Tahun 2021 tanggal 26 Juli 2021 tentang PPKM Level 4 Covid-19 pada Sektor Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah.
Kegiatan di pasar rakyat dengan syarat ketat juga belakangan diatur Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang mewajibkan seluruh pengunjung hingga pegawai mal divaksinasi Covid-19. Ini tertuang dalam Keputusan Gubernur Nomor 966 Tahun 2021 tentang PPKM Level 4 Covid-19, yang ditandatangani Anies Baswedan pada 3 Agustus 2021.
Di Jakarta Pusat, Mal Thamrin City juga sudah mulai beroperasi sejak Rabu (4/8) dengan protokol kesehatan ketat, sebagai salah satu syarat pembukaan kegiatan usaha. ”Ini harapan semua, baik pihak kami selalu pengelola, pedagang, dan karyawan. Paling tidak ada pergerakan ekonomi, walau ini bisa jadi buah simalakama juga karena biaya operasional, SDM, dan utilitas tidak rendah, bahkan bertambah pada masa pandemi. Kalau tutup saja kan sama sekali tidak ada kehidupan,” ujarnya.
Vaksinasi
Di satu sisi, pengelola pasar rakyat dan grosir seperti PGC berkomitmen akan membantu penanganan kesehatan di Jakarta. Salah satunya dengan menyediakan sentra vaksinasi untuk karyawan dan pengunjung umum.
Setiap hari, PGC mendapat 200 dosis vaksin dari Dinas Kesehatan untuk didistribusikan ke masyarakat mulai pukul 10.00 sampai 16.00 WIB. PGC tinggal menyediakan tenaga vaksin yang bekerja sama dengan rumah sakit swasta untuk melayani masyarakat di stan mini. Sejauh ini sudah ada sekitar 8.000 vaksin yang disalurkan.
”Mungkin banyak pegawai toko yang jumlahnya sekitar 12.000 belum divaksin. Tapi, dengan adanya sentra ini, diharapkan kami bisa membantu mereka, juga pengunjung dan masyarakat umumnya. Kami tidak akan membatasi selama masih ada kuotanya,” kata Akub.
Don Peter, warga yang berdomisili di sekitar Kalimalang, bersyukur dengan adanya sentra vaksinasi di sana. Sebelumnya, ia sampai mencari tahu lewat teman-temannya mengenai lokasi vaksinasi yang mudah dan cepat.
”Saya mau vaksin karena kasus Covid-19 sekarang makin ngeri, sampai banyak yang meninggal. Tapi, untuk dapat vaksinasi enggak mudah juga. Kemarin, saya ditolak untuk vaksin di dekat rumah karena alasan tidak ada ’link, padahal saya sudah menunggu berjam-jam,” kata pria yang kini menganggur karena Covid-19.
Sampai hari ini, sebanyak 850.763 warga (95 persen) dari target 8.941.211 warga di Jakarta sudah menerima vaksin Covid-19 dosis pertama. Adapun warga yang sudah menerima dosis kedua baru 3.532.646 warga atau 39 persen.
Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) DKI Jakarta juga mendukung kebijakan syarat vaksinasi bagi pengunjung mal untuk mengejar target tersebut. ”Apalagi pengunjung juga diharuskan sudah divaksin,” kata Ketua APPBI DKI Jakarta Ellen Hidayat secara terpisah.
APPBI juga telah ikut mendukung dengan memfasilitasi kegiatan vaksinasi di 11 pusat perbelanjaan yang tersebar di berbagai wilayah di Jakarta.