Ganjil Genap dan Penguatan 3T demi Menurunkan Kasus di Kota Bogor
Untuk mencapai level 3, Kota Bogor harus bisa menurunkan kasus harian positif berkisar 50-100 kasus. Untuk itu, perlu penguatan penanganan seperti pembatasan kegiatan dengan ganjil genap dan pelacakan kontak erat.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Hari pertama kebijakan ganjil genap di Kota Bogor, Jawa Barat, sebanyak 8.034 kendaraan diputar balik oleh petugas di masa pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM level 4. Selain menekan mobilitas, ganjil genap dan upaya penguatan testing, tracing, dan treatment atau 3T diharapkan mampu semakin menekan angka kasus positif Covid-19 sehingga level penanganan di Kota Bogor naik ke level 3.
Kepala Kepolisian Resor Kota Bogor Komisaris Besar Susatyo Purnomo Condro menjelaskan, dari hasil evaluasi sementara kedisiplinan warga di Kota Bogor dalam hal mobilitas semakin baik. Data menunjukan ada penurunan mobilitas kendaraan mencapai 17 persen. Ganjil genap dinilai cukup mampu untuk menekan mobilitas kendaraan warga pada masa pandemi Covid-19.
”Semakin hari kita lihat bersama, mobilitas warga tidak padat. Kesadaraan kedisipinan ini perlu ditingkatkan agar penanganan kasus di Kota Bogor semakin membaik dan kasus turun. Hari pertama kemarin (Rabu), ada total 8.034 kendaraan yang petugas putar balik. Rinciannya 5.120 roda dua dan 2.914 roda empat,” kata Sustyo, Kamis (5/8/2021).
Ada 263 tracer yang tersebar di 25 puskesmas di Kota Bogor
Berdasarkan data, kata Susatyo, penurunan rata-rata kendaraan bisa dilihat dari pemberlakuan ganjil genap mulai dari PPKM darurat hingga perpanjangan ke dua PPKM level 4. Awal PKKM darurat mobilitas di Kota Bogor masih tinggi. Rata-rata petugas memutarbalik kendaraan sebanyak 20.000 kendaraan. Lalu turun rata-rata 8.000 hingga 10.000 kendaraan pada PPKM level 4.
”Di awal itu Kota Bogor masuk level zona hitam, mobilitasnya masih tinggi. Saat ini sudah turun di level zona merah. Rata-rata kendaraan yang petugas putar balik sudah jauh menurun. Penurunan itu juga perlahan membuat kasus di Kota Bogor juga turun. Namun, itu belum menurunkan level penanganan, masih di level 4. Kita bersama jaga disiplin ini agar bisa turun ke level 3,” tuturnya
Kebijakan ganjil genap akan berakhir pada 9 Agustus mendatang itu, kata Susatyo, diharapkan mampu memberikan dampak penurunan kasus sehingga level penanganan di Kota Bogor bisa naik ke level 3. Namun, ganjil genap tidak bisa menjadi satu-satunya cara perlu ada penguatan kebijakan lainnya dan kepatuhan protokol kesehatan tetap menjadi kunci menekan peningkatan kasus positif.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bogor, Rabu (4/8/2021), ada penambahan konfirmasi positif sebanyak 265 kasus sehingga total mencapai 33.786 kasus. Adapun pasien sembuh atau selesai isolasi mencapai 30.350, masih sakit 2.996 kasus, dan meninggal 440 kasus. Untuk mencapai level 3, angka kasus di Kota Bogor harus mencatat kasus harian positif berkisar 50-100 kasus.
Wali Kota Bima Arya mengatakan, selain ganjil genap, pihaknya sudah menambah personel dari Polri dan TNI untuk membantu tim lacak melakukan tracing. Tim itu saat ini sudah mulai bekerja. Bima meminta agar terus menguatkan testing, tracing, dan treatment (3T) dalam penanganan Covid-19 selain penerapan protokol kesehatan.
Total ada 136 petugas polisi yang tersebar di 68 kelurahan. Sementara petugas TNI menerjunkan 68 personel yang tersebar di setiap kelurahan. Petugas polisi dan TNI itu akan membantu tim lacak Dinas Kesehatan Kota Bogor di tingkat kecamatan dan puskesmas.
”Utamanya kuatkan tracing agar bisa mencegah penularan, karena itu kuncinya. Ada 263 tracer yang tersebar di 25 puskesmas di Kota Bogor,” kata Bima.
Bima mengakui, saat ini tugas tracer itu tidaklah mudah. Dibutuhkan skill atau kemampuan dan sistem yang kuat. Tugas tracer melakukan tracing 1 orang positif 15 kontak erat. Tracer memiliki tugas mengidentifikasi kontak erat, melakukan isolasi kontak erat terkonfirmasi positif Covid-19 dan melakukan pemantauan.
”Tracing kita perkuat lebih tajam 1 x 24 jam terkonfirmasi positif harus diisolasi dan yang terlacak dari kontak erat sudah teridentifikasi dan kemudian dilanjukan tindakan tes usap 1 x 72 jam,” tutur Bima.
Tim pakar Satgas Penanganan Covid-19 Kota Bogor, Masdalina Pane melanjutkan, saat ini jumlah tracer di Kota Bogor terhitung cukup. Menurutnya, hanya tinggal penguatan dan perbaikan manajemen tracer di lapangan. Jika itu berjalan maksimal, pengawasan dan penanganan kasus akan semakin baik dan berpengaruh pada penekanan penularan kasus.
”Supaya resources yang banyak ini bisa efektif untuk melakukan tracing di lapangan. Jumlah 263 tracer ini dinilai cukup sekali. Satu puskesmas bisa 10-15 tracer,” kata Masdalina.