Penurunan kasus Covid-19 di Kota Bekasi tak berarti wilayah tetangga Jakarta itu sudah aman. Pemerintah daerah serta masyarakat harus kian waspada dan tak lagi lengah.
Oleh
STEFANUS ATO
·4 menit baca
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Pasien beristirahat di ruang IGD tambahan berupa tenda darurat di halaman RSUD dr Chasbullah Abdulmadjid, Kota Bekasi, Jawa Barat, Sabtu (26/6/2021).
Sebaran kasus Covid-19 sempat mengganas di Kota Bekasi sejak akhir Juni 2021. Sejumlah rumah sakit di kota tetangga Jakarta itu sampai kewalahan menampung pasien. Kasus kematian warga akibat Covid-19 terjadi di mana-mana, baik di rumah maupun rumah sakit. Kota Bekasi bahkan pernah mencatatkan pemakaman tertinggi, yakni 118 jenazah dalam sehari.
Satu bulan lebih telah lewat, keterisian rumah sakit, sebaran kasus, dan angka kematian akibat Covid-19 perlahan melandai. Pelandaian kasus itu harus kian meningkatkan kewaspadaan seluruh masyarakat bersama pemerintah daerah untuk tak kembali lengah menghadapi virus Covid-19.
Pada 1 Agustus 2021, tingkat keterisian pasien isolasi Covid-19 di seluruh rumah sakit di wilayah Kota Bekasi kembali pada standar aman atau keterisiannya saat ini 53,57 persen. Satgas Covid-19 Kota Bekasi pun berharap pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4 di wilayah itu diturunkan.
Saya juga masih sesalkan kalau ada orang yang sekarang ini tidak percaya kekuatan vaksin. Bagaimanapun untuk mencapai herd immunity itu dibutuhkan vaksinasi massal.
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengatakan, tingkat keterisian pasien isolasi di seluruh rumah sakit (BOR) Kota Bekasi sudah di bawah batas aman yang ditentukan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). BOR isolasi pasien di seluruh rumah sakit di kota itu kini 53,57 persen dari kapasitas 2.496 tempat tidur tersedia. Standar aman BOR, menurut WHO, berada pada kisaran 60-80 persen.
KOMPAS/STEFANUS ATO
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi
”Artinya sudah jauh dari standar WHO, sudah turun. Mudah-mudahan turun, tetapi siapa yang menduga kasus ini. Mungkin kami sudah melandai, sudah lewat ke daerah lain. Kami tidak bisa memprediksi,” kata Rahmat, Senin (2/8/2021), di Bekasi.
Meski BOR isolasi pasien menurun, tingkat keterisian BOR ICU di semua rumah sakit di kota itu masih tinggi, mencapai 83,40 persen dari kapasitas 240 ICU yang tersedia. Keterisian BOR ICU di Kota Bekasi tinggi lantaran pasien yang dirawat tak hanya berasal dari wilayah Kota Bekasi.
”Sampai 1 Agustus 2021, warga dengan identitas penduduk Kota Bekasi yang dirawat di rumah sakit-rumah sakit Kota Bekasi mencapai 66,81 persen. Warga luar Kota Bekasi ada 33,8 persen. Artinya, memang banyak pasien menjalani perawatan di sini karena mungkin fasilitasnya lebih baik,” ucap Rahmat.
Sebaran kasus
Saat keterisian BOR rumah sakit di Kota Bekasi terus menunjukkan penurunan, jumlah kasus harian Covid-19 di Kota Bekasi masih cenderung fluktuatif selama satu pekan terakhir. Berdasarkan data Satuan Tugas Covid-19 Kota Bekasi, pada 26 Juli, jumlah kasus baru yang ditemukan 7 kasus sehingga total kasus aktif pada hari itu 477 kasus. Sementara 27 Juli sampai 1 Agustus, rata-rata kasus harian yang ditemukan setiap harinya mulai yang terendah 73 kasus dan paling tinggi 315 kasus.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Petugas memasukkan jenazah Covid-19 ke dalam kantong jenazah di Jatiasih, Kota Bekasi, Jawa Barat, Selasa (13/7/2021). Tim gabungan di bawah kendali Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi itu sudah menjemput 200 jenazah Covid-19 yang menjalani isolasi mandiri di rumah sejak 6 Juli 2021.
Data laman corona.bekasikota.go.id, pada Senin, akumulasi kasus Covid-19 di Kota Bekasi mencapai 80.317. Rinciannya, 4.559 orang dalam perawatan, 1.038 orang meninggal, dan 74.720 orang sembuh.
Rahmat mengatakan, meski data menunjukkan tren pelandaian, pemerintah daerah dan warga harus tetap waspada. Ia berharap lonjakan kasus yang sempat terjadi di wilayah itu menyadarkan masyarakat yang selama ini tak percaya Covid-19.
”Saya juga masih sesalkan kalau ada orang yang sekarang ini tidak percaya kekuatan vaksin. Bagaimanapun untuk mencapai herd immunity itu dibutuhkan vaksinasi massal,” katanya.
Pemerintah Kota Bekasi berharap seiring melandainya sebaran kasus di daerah itu, pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) level 4 di wilayah tersebut bisa diturunkan. Ia tak menampik jika Kota Bekasi masih dalam kondisi level 4 penularan karena kasus kematian dan kasus aktif di wilayahnya tinggi.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Anggota keluarga mengumandangkan azan dalam pemakaman protokol Covid-19 di TPU Padurenan, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (16/7/2021).
”Kasus aktif kami masih dianggap tinggi kalau perbandingannya per 100.000 penduduk. Sudah pasti, karena kami dekat Jakarta, kami daerah aglomerasi, episentrum, penduduk kami banyak,” tutur Rahmat.
Selain itu, Kota Bekasi diklaim cukup masif dalam melakukan tes dan pelacakan kasus. Rahmat tak menyebut secara detail jumlah tes harian yang dilakukan di wilayah tersebut.
Buka semua data
Ketua Asosiasi Rumah Sakit Swasta Indonesia (ARSSI) Kota Bekasi Eko Nugroho mengatakan, sejak pekan lalu, pihaknya bersama Dinas Kesehatan Kota Bekasi sudah fokus membahas tentang vaksinasi Covid-19 di Kota Bekasi. Hal ini berarti ARSSI dan pemerintah daerah sepakat kalau kasus Covid-19 di daerah itu sudah menurun.
”Ini bisa kami maknai kalau kasus Covid-19 di rumah sakit menurun. Tetapi, perlu jadi catatan juga, kalau sudah mulai menjadi tren masyarakat untuk terbiasa dengan layanan isolasi mandiri di rumah,” katanya.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Petugas pemakaman menunggu kedatangan ambulans dalam pemakaman protokol Covid-19 di TPU Padurenan, Kota Bekasi, Jawa Barat, Jumat (16/7/2021).
Epidemiolog Universitas Indonesia, Tri Yunis Miko, mengatakan, perpanjangan PPKM darurat di sejumlah daerah perlu diperkuat dengan upaya tracing atau pelacakan kasus. Ia menilai, tidak hanya di Jabodetabek, tetapi di seluruh wilayah Indonesia masih lemah dalam hal pelacakan kasus. Padahal, tracing menjadi salah satu kunci kuat dalam penanganan kasus dan menekan penyebaran.
”Upaya pemerintah untuk tracing harus kuat. Pemerintah daerah juga sebaiknya membuka semua data agar penanganan Covid-19 semakin maksimal,” kata Miko.