Program Konversi Angkot ke Bus di Kota Bogor Dimulai
Program BTS dinilai baik dalam konteks penataan transportasi karena mewujudkan program konversi 3:1 atau tiga angkot menjadi satu bus, sehingga diharapkan akan mengurangi kemacetan di Kota Bogor.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS - Sebanyak 20 bus dari program buy the service atau BTS mulai beroperasi awal Agustus mendatang di enam koridor di Kota Bogor, Jawa Barat. Program ini diharapkan menata transportasi publik di kota yang selama ini berjuluk sejuta angkot menjadi lebih baik, terintegrasi, dan mengurangi kemacetan lalu lintas.
Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) menandatangani perjanjian kerjasama dengan Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat, terkait penyelenggaraan pengoperasian angkutan umum perkotaan melalui skema pembelian layanan atau buy the service (BTS). Dalam perjanjian tersebut BPTJ menghibahkan 20 bus dari total 75 bus.
“Tahap awal ada 20 bus. Dari perjanjian bersama Pemkot Bogor melalui program BTS dari Kemenhub, pengelolaan transportasi publik ke depan bisa lebih tertata dan saling terintegrasi dengan moda transportasi lainnya sehingga bermanfaat bagi warga,” kata Plt Direktur Angkutan BPTJ Saptandri Widiyanto, Selasa (27/7/2021) kemarin.
Awal Agustus kita coba untuk enam koridor. Dalam pelaksanaan nanti kita evaluasi agar semakin baik dan bermanfaat
Saptandri mengatakan, pelaksanaan BTS ini merupakan salah satu program dari Kemenhub dan sudah berjalan di kota-kota lain. Sedangkan BTS di Kota Bogor merupakan pilot project yang diharapkan dapat diikuti oleh kota-kota lain se-Jabodetabek.
Bus-bus hibah rencananya akan menggantikan angkutan kota atau angkot. Bus dengan kapasitas penumpang lebih banyak akan didisiplinkan dengan mengikuti rute-rute tertentu dan naik-turun penumpang hanya di halte. Pemerintah membayar operator dengan patokan harga per kilometer sesuai standar sehingga pengemudi bus tidak dikejar-kejar harus membawa penumpang sebanyak-banyaknya serta berhenti atau ngetem di sembarang tempat.
“Diharapkan segera ada tandatangan kontrak antara BPTJ dengan pemenang lelang penyedia layanan untuk operator. Sebelumnya ada tujuh peserta dan akan ditunjuk satu yang memang memenuhi syarat, baik secara administratif, teknis, legal maupun rencana operasi,” katanya.
Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, ada dua hal yang harus terus dikawal agar program BTS ini bisa berjalan dengan baik di Kota Bogor. Pertama, memastikan pengadaan sampai meluncurnya semua unit itu bisa berjalan baik, termasuk mengevaluasi konsep koridor.
“Awal Agustus kita coba untuk enam koridor. Dalam pelaksanaan nanti kita evaluasi agar semakin baik dan bermanfaat,” kata Bima.
Poin kedua, lanjut Bima, harus ada persiapan sosialisasi membuat konsep yang rapi dan sistematis sehingga nanti disambut antusias dan layanan BTS diterima warga.
“Ini bukan sekadar sosialisasi adanya bus itu, tetapi secara keseluruhan. Sehingga kultur naik angkot yang bisa berhenti di mana saja itu mulai sama-sama kita kikis, kita bangun kultur baru. Ini sosialisasi yang harus masif,” tutur Bima.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Bogor Eko Prabowo mengatakan, BTS ini memanfaatkan bus berukuran mikro bus dan akan beroperasi di enam koridor. Adapun koridor layanan BTS seperti koridor 1, Terminal Bubulak - Yasmin - Warung Jambu - Baranangsiang / Cidangiang; koridor 2, Terminal Bubulak - Stasiun Bogor - KRB - Baranangsiang / Cidangiang – Ciawi; koridor 3, Terminal Bubulak - Stasiun Bogor - KRB - Suryakencana / Empang - Sukasari - Lawanggintung – Ciawi; koridor 4, Ciawi - Baranangsiang / Cidangiang - KRB - Warung Jambu - Pomad / Ciparigi; koridor 5, Ciparigi - Stasiun Bogor; koridor 6: Parung Banteng - Warung Jambu (melalui R3).
“Untuk operasi, kita masih tunggu operator pemenang lelang. Sekarang masih proses akhir dari lelang. Nanti akhir Juli ada pengumuman pemenang lelang yang akan melaksanakan BTS di Kota Bogor,” lanjut Eko.
Menurut Eko, program ini dinilai baik dalam konteks penataan transportasi yang sesuai dengan perda Kota Bogor, yakni mewujudkan program konversi 3:1 (tiga angkot menjadi satu bus).
“Program ini sesuai koridor yang ada harus menyesuaikan dengan aturan main, yaitu busnya ada berapa, akan menghilangkan angkot. Kalau busnya ada 75 unit berarti angkot yang akan berkurang 225 unit. Jadi harapnya selain penataan, Kota Bogor tidak macet,” katanya.
Ke depan, kata Eko, akan mengusulkan program subsidi untuk angkot menjadi feeder atau penghubung. “Jadi tidak ngetem atau kejar setoran lagi para sopir angkot. Sehingga ada kepastian pelayanan tentang angkutan, penumpang juga nyaman di dalam angkutan. Karena semua standar pelayanannya dihitung,” ujarnya.