PPKM Level 4, dari Ganjil Genap hingga Kesiapsiagaan di Tingkat RT/RW
Pemerintah daerah di sekitar Ibu Kota berupaya menekan laju penularan Covid-19 dengan tetap membatasi mobilitas warga dan meningkatkan pengetesan di lingkungan RT dan RW.
Oleh
Aguido Adri/Stefanus Ato
·5 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Bogor, Jawa Barat, memutuskan memperpanjang kebijakan ganjil genap selama sepekan pada 26 Juli-2 Agustus 2021. Kepala Kepolisian Resor Kota Bogor Komisaris Besar Susatyo Purnomo Condro mengatakan, kebijakan ganjil genap selama 24 jam diperpanjang untuk tetap menekan mobilitas warga dalam upaya mengendalikan Covid-19.
”Sebelumnya berlaku pada akhir pekan. Kali ini penerapannya setiap hari kerja. Mulai Senin hingga 2 Agustus. Kita berharap peran serta masyarakat dan semua elemen bisa menyukseskan kebijakan ini agar angka Covid-19 semakin terkendali,” katanya, Senin (26/7/2021).
Susatyo menjelaskan, aturan ganjil genap di masa perpanjangan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM level 4 ini tetap sama. ”Kami tetap berlakukan 24 jam di 17 titik sekat,” katanya.
Jadi, kita fokus mengurangi mortality rate dengan fokus kepada perawatan warga isoman
Berdasarkan data satgas, sejak Jumat (23/7/2021) hingga Minggu (25/7/2021), tercatat 7.921 kendaraan roda empat dan 13.828 kendaraan roda dua yang diputar balik oleh petugas.
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Kota Bogor Bima Arya mengatakan, selain mengendalikan mobilitas warga, protokol kesehatan harus tetap ketat.
”Penyekatan membutuhkan energi yang besar. Juga tingkat keterpaparan yang tinggi di para petugas. Bukan berarti penyekatan ditinggalkan. Kota Bogor perkuat dengan ganjil genap agar lebih terpantau pengawasannya,” kata Bima.
Meski demikian, lanjut Bima, kebijakan ganjil genap akan terus terus dievaluasi.
Kasus kematian tinggi
Meski data menunjukkan ada tren penurunan kasus positif harian, Bima masih khawatir dengan angka kematian khususnya warga yang menjalani isolasi mandiri atau isoman. Tercatat sejak PPKM darurat ada 99 warga meninggal di rumah dari sekitar 3.000 warga yang menjalani isoman.
Ada tiga kriteria warga yang meninggal saat isoman, yaitu sekitar 85 persen adalah warga yang belum menerima vaksin, berusia di atas 50 tahun, dan memiliki komorbid atau penyakit penyerta.
”Warga yang memiliki tiga kriteria itu tidak boleh isoman di rumah. Semaksimal mungkin dibawa ke tempat isolasi atau rumah sakit,” ujar Bima, yang juga meminta camat, lurah, dan puskesmas memastikan kondisi warga di lingkungannya dari tiga kriteria itu.
Bima melanjutkan, jika saat dievakuasi dan kondisi rumah sakit penuh, pasien itu akan dibawa ke tempat isolasi. ”Jadi, kita fokus mengurangi mortality rate dengan fokus kepada perawatan warga isoman,” katanya.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bogor pada Minggu (25/7/2021), ada penambahan konfirmasi positif 301 orang sehingga total 30.726 kasus. Adapun pasien sembuh atau selesai isolasi 26.807 kasus, masih sakit 3.542, dan meninggal 377 kasus.
Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim mengatakan, ledakan kasus harian Covid-19 terjadi pada dua pekan pertama Juli. Begitu pula kasus kematian tinggi karena tingkat keterisian rumah sakit penuh dan kebutuhan tabung oksigen yang kritis.
Fase tren penurunan kasus terjadi pada 18-24 Juli. Keterisian rumah sakit kini sekitar 70 persen. ”Satgas siapkan masing-masing 6 kubik oksigen di enam kecamatan. Warga isoman dan membutuhkan bisa menggunakannya atau mengisi tabung di kantor kecamatan,” kata Dedie.
50 persen
Di Kota Bekasi, kasus positif Covid-19 selama masa PPKM darurat menurun hampir 50 persen. Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi pun mengatakan, pihaknya ikut menerapkan perpanjangan PPKM level 4.
”Meski kasus kematian tidak tinggi, kasus dari pelacakannya tinggi. Kemampuan tes kami tinggi karena untuk warga yang mau vaksin saja kami tes dulu,” ucap Rahmat di Stadion Patriot Candrabhaga, Kota Bekasi, Senin sore.
Rahmat tak menyebut secara detail target tes Covid-19 bagi warga di kota itu setiap harinya. Adapun pelacakan kepada warga sebelum menjalani vaksinasi Covid-19 dilakukan dengan alat tes antigen.
Temuan kasus baru harian Covid-19 di daerah itu pada Senin kemarin, berdasarkan data laman corona.bekasikota.go.id, ada 481 kasus. Minggu (25/7/2021) jumlah kasus harian 477 kasus. Jika dibandingkan data 12-17 Juli 2021, jumlah temuan kasus tertinggi terjadi pada 12 Juli sebanyak 1.388 kasus dan 15 Juli sebanyak 1.201 kasus.
Penurunan kasus di Kota Bekasi berdampak pada menurunnya keterisian tempat tidur di rumah sakit (bed occupancy rate/BOR) isolasi pasien di seluruh rumah sakit. Minggu (25/7/2021), BOR pasien isolasi seluruh rumah sakit di kota itu 65,53 persen dari 2.486 tempat tidur tersedia. Adapun BOR ruang rawat intensif (ICU) seluruh rumah sakit masih tinggi, mencapai 82,63 persen dari total 236 ICU.
Fokus di RT
Rahmat menambahkan, penurunan kasus Covid-19 di Kota Bekasi tidak terlepas dari pembatasan ketat, tes, pelacakan, dan perawatan yang digencarkan di wilayah terkecil di RT dan RW. Kebijakan ini diperkuat sejak Kota Bekasi menetapkan status darurat Covid-19 pada 1 Juli 2021.
”Pasien atau orang yang positif Covid-19 itu adanya di RT dan RW. Jadi, kami lacaknya di situ, dari hulu,” ucapnya.
Penanganan dan penguraian kasus di tingkat RT dan RW dilakukan Satgas Covid-19 tingkat RW. Satgas itu dibantu petugas pengawas dan monitoring (pamor) dari kelurahan. Pamor ini penyambung informasi penanganan Covid-19 antara Satgas Covid-19 tingkat RT dan RW dengan pemerintah daerah.
Salah satu wilayah yang berhasil menurunkan kasus Covid-19 di satuan wilayah terkecil di tingkat RT dan RW, yakni wilayah RW 011, Kelurahan Jatimekar, Kecamatan Jatiasih. Wilayah itu mulai mengalami kenaikan kasus pasca-Lebaran 2021.
”Di wilayah saya, orang yang terpapar Covid-19 itu yang pulang dari mudik. Kemudian ditemukan juga dari kluster majelis taklim dari ibu-ibu. Dari situ, jumlah kasus awal di wilayah kami ada enam kasus,” kata Ketua RW 011 Samsudin.
Dari berbagai temuan itu, kasus Covid-19 di wilayah RW 011 dari akhir Juni hingga awal Juli 2021 terus menyebar dan mencapai 30 kasus. Pihak RW lalu berkoordinasi dengan pemerintah kelurahan dan kecamatan untuk membatasi aktivitas di wilayah itu.
”Kegiatan kami batasi semua dan memang awalnya lonjakan kasus sangat sulit dibendung. Warga yang kontak dengan pasien Covid-19 juga kami isolasi semua. Total ada 15 keluarga yang kami isolasi,” ucapnya.
Pembatasan yang dilakukan di tingkat RW, kata Samsudin, efektif menurunkan kasus Covid-19 di wilayahnya. Hingga saat ini tersisa tiga orang yang masih positif Covid-19.
”Pembatasan kerumunan dan acara warga di lingkungan itu efektif. Memang benturannya luar biasa, kami habis dibuli. Tetapi, kami sebagai pelaku pembatasan, dampaknya sangat berhasil,” katanya.