Kasus Covid-19 Jakarta Turun, Jangan Buru-buru Menyimpulkan
Pekan depan, evaluasi baru akan dilakukan untuk memastikan tren penurunan sejumlah indikator lonjakan kasus Covid-19.
Oleh
Helena F Nababan
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat, kasus aktif di Jakarta pada Minggu (25/7/2021) turun 9.120 kasus, positivity rate Jakarta juga mulai turun, sedangkan jumlah orang yang masih dirawat atau isolasi berkurang. Meski begitu, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan meminta jangan buru-buru membuat kesimpulan.
”Kita harus lihat. Jadi, jangan kita buru-buru menyimpulkan karena ini berbeda dengan aliran lalu lintas yang bisa diprediksi jam-jaman. Kalau ini waktunya perlu mingguan. Jadi, saya mohon jangan menyimpulkan sudah lewat puncak dan lain-lain. Nanti minggu depan baru kita simpulkan,” kata Anies, Minggu (25/7/2021).
Data Dinas Kesehatan DKI Jakarta menunjukkan, angka kasus di Jakarta masih fluktuatif. Pada 25 Juli 2021, angka kasus aktif turun 9.120 kasus sehingga saat ini ada 64.102 orang yang masih dirawat atau isolasi, tidak lagi di angka 100.000-an seperti awal Juli 2021.
Kasus konfirmasi positif harian juga turun. Dari 24.794 orang yang dites PCR pada hari Minggu ini, hasilnya 5.393 positif dan 19.401 negatif. Seiring penurunan kasus terkonfirmasi, jumlah kasus konfirmasi secara total di Jakarta sampai hari Minggu ini sebanyak 792.273 kasus.
”Disiplin pada protokol kesehatan tetap wajib dilakukan,” kata Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dwi Oktavia melalui keterangan resmi Pemprov DKI Jakarta, Minggu (25/7/2021).
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam acara deklarasi bersama prokes dan vaksinasi oleh Kadin Indonesia dan TNI-Polri menyatakan, soal tren kasus, angka positivity rate atau persentase kasus positif di DKI Jakarta pernah sampai 43 persen pada 1 Juli lalu. Tren menurun jadi 41 persen pada 16 Juli, lalu turun lagi menjadi 36 persen pada 18 Juli.
Pada 21 Juli, positivity rate turun menjadi 28 persen. Pada hari ini, angkanya 24 persen. ”Jadi, ada tren positif, tren menurun,” jelasnya.
Kemudian, untuk tingkat keterisian tempat tidur (bed occupancy rate/BOR), baik di ruang isolasi maupun ruang ICU, diakui Anies, sempat terjadi antrean saking banyaknya yang membutuhkan perawatan di rumah sakit.
”Jadi, banyak dari warga yang seharusnya mendapatkan pelayanan di rumah sakit, tidak bisa masuk rumah sakit karena tempatnya memang terbatas. Itulah yang kemudian salah satu sebab kontribusi terhadap kasus-kasus mereka yang isolasi tidak bisa terselamatkan karena seharusnya mereka berada di rumah sakit,” jelasnya.
Namun, hari-hari ini ruang di ICU dan isolasi sudah mulai menurun. ”Perkembangan terbaru, banyak yang kosong, sudah mulai ada ruang kosong di IGD kita. Jadi, bila melihat laporan dari rumah sakit, jumlah keterisian IGD tidak lagi full,” jelasnya.