Kebijakan ganjil genap selama 24 jam diperpanjang untuk tetap menekan mobilitas warga dalam upaya mengendalikan Covid-19. Perpanjangan kebijakan itu juga mengubah dari melarang menjadi mengatur warga tidak keluar rumah.
Oleh
AGUIDO ADRI
·4 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Bogor memutuskan memperpanjang kebijakan ganjil genap selama sepekan pada 26 Juli-2 Agustus 2021. Kebijakan ini dinilai cukup efektif menekan mobilitas warga dan diharapkan semakin menurunkan angka kasus positif di Kota Bogor, Jawa Barat.
Kepala Kepolisian Resor Kota Bogor Komisaris Besar Susatyo Purnomo Condro mengatakan, kebijakan ganjil genap selama 24 jam diperpanjang untuk tetap menekan mobilitas warga dalam upaya mengendalikan Covid-19. Perpanjangan kebijakan itu juga mengubah dari melarang menjadi mengatur warga agar menahan diri tidak keluar rumah, termasuk berbelanja kebutuhan dan kegiatan lainnya.
”Tidak seperti ganjil genap sebelumnya yang berlaku pada akhir pekan. Kali ini penerapannya setiap hari kerja. Mulai hari ini (Senin) hingga 2 Agustus mendatang. Kita berharap peran serta masyarakat dan semua elemen bisa menyukseskan kebijakan ini agar angka Covid-19 semakin terkendali,” kata Susatyo, Senin (26/7/2021).
Susatyo menjelaskan tidak ada yang berbeda dari aturan ganjil ganjil di masa perpanjangan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM level 4. ”(Aturan) masih sama. Kami tetap berlakukan 24 jam di 17 titik sekat,” katanya.
Berdasarkan data satgas, sejak Jumat (23/7/2021) hingga Minggu (25/7/2021), tercatat ada total 7.921 kendaraan roda empat dan 13.828 kendaraan roda dua yang diputar balik oleh petugas.
Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Kota Bogor Bima Arya mengatakan, Presiden Joko Widodo sudah mengumumkan perpanjangan PPKM level 4. Sejalan dengan perpanjangan itu Kota Bogor masih melanjutkan kebijakan ganjil genap karena penanganan Covid-19 belum signifikan meski tren kasus positif sedikit melandai. Oleh karena itu, mobilitas warga masih perlu ditekan lagi karena arah tren penurunan kasus sudah cukup bagus dan protokol kesehatan harus tetap ketat.
Kota Bogor perkuat dengan ganjil genap agar lebih terpantau pengawasannya. Sistem ganjil genap diapresiasi Pak Menhub Budi dan Pak Menko Airlangga, mungkin akan juga dijalankan di kota-kota lain.
”Penyekatan membutuhkan energi yang besar. Juga tingkat keterpaparan yang tinggi di para petugas. Bukan berarti penyekatan ditinggalkan. Oleh karena itu, Kota Bogor perkuat dengan ganjil genap agar lebih terpantau pengawasannya. Sistem ganjil genap diapresiasi Pak Menhub Budi dan Pak Menko Airlangga, mungkin akan juga dijalankan di kota-kota lain,” kata Bima.
Meski demikian, lanjut Bima, kebijakan ganjil genap akan terus terus dievaluasi berdasarkan kebijakan PPKM dari pemerintah pusat dengan melihat indikator dan tingkat level penanganan.
Kasus meninggal tinggi
Meski data menunjukan ada penurunan tren kasus positif harian, Bima masih khawatir dengan angka kematian khususnya warga yang menjalani isolasi mandiri. Tercatat sejak PPKM darurat ada 99 warga meninggal di rumah dari sekitar 3.000 warga yang menjalani isolasi mandiri.
Ada tiga kriteria warga yang meninggal saat isolasi mandiri, yaitu sekitar 85 persen adalah warga yang belum menerima vaksin, kasus meninggal sebagian besar di atas 50 tahun, dan memiliki komorbid atau penyakit penyerta.
Upaya meningkatkan angka kesembuhan dan menekan kematian, lanjut Bima, harus lebih diperkuat dan ektra kerja keras. Upaya pemantauan tim di lapangan juga perlu diperkuat hingga kebutuhan logistik dan obat-obatan bagi warga yang sedang isolasi mandiri.
”Karena itu, kami saat ini ekstra kerja keras untuk mengurangi warga yang isoman. Warga isoman yang memiliki tiga kriteria itu tidak boleh isoman di rumah. Semaksimal mungkin dibawa ke tempat isolasi atau rumah sakit,” ujar Bima yang juga sudah meminta camat, lurah, dan puskesmas memastikan kondisi warga dari tiga kriteria itu.
Bima melanjutkan, jika saat dievakuasi dan kondisi rumah sakit penuh, pasien itu akan dibawa ke tempat isolasi. Jadi, kita fokus mengurangi mortality rate dengan fokus kepada perawatan warga isoman,” lanjutnya.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bogor pada Minggu (25/7/2021), ada penambahan konfirmasi positif sebanyak 301 orang sehingga total mencapai 30.726 kasus. Adapun pasien sembuh atau selesai isolasi mencapai total 26.807 kasus, masih sakit 3.542, dan meninggal 377 kasus.
Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim mengatakan, ledakan kasus harian Covid-19 terjadi pada dua pekan pertama. Begitu pula dengan kasus kematian masih tinggi karena tingkat keterisian rumah sakit penuh dan kebutuhan tabung oksigen yang kritis.
Fase tren penurunan kasus terjadi pada 18 Juli sampai 24 Juli. Hal itu pun berpengaruh pada penurunan tingkat keterisian rumah sakit hingga sekitar 70 persen. Indikator lainnya, seperti kesembuhan, terus meningkat. Meski ada penurunan kasus, satgas belum bisa menyimpulkan bahwa pengendalian Covid-19 berhasil.
”Satgas siapkan masing-masing 6 kubik oksigen di enam kecamatan. Warga isoman dan membutuhkan bisa menggunakan itu atau mengisi tabung di kantor kecamatan,” kata Dedie.