Jumlah Penumpang Turun, Operasional Perjalanan KRL Dikurangi
Virus korona jenis baru gunakan manusia sebagai inangnya. Mobilitas manusia tinggi berarti penyebaran virus pun sama. Agar penyebaran virus turun, mobilitas manusia harus turun 50 persen bahkan lebih besar lagi.
Oleh
AGUIDO ADRI
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Selama pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat atau PPKM darurat, penumpang KRL commuter line turun hingga 43 persen. Dari penurunan itu, PT Kereta Api Indonesia Commuter mulai akhir pekan ini (17-18 Juli 2021) menyesuaikan operasional KRL Jabodetabek dengan mengurangi perjalanan.
Vice President Corporate Secretary KAI Commuter Erni Sylvianne Purba mengatakan, penyesuaian operasional KRL ini dilakukan di masa berlakunya PPKM darurat untuk mengurangi mobilitas masyarakat di tengah meningkatnya penyebaran Covid-19.
Pada akhir pekan ini, kata Anne, PT KAI Commuter mengoperasikan 839 perjalanan per hari dari sebelumnya 959 perjalanan per hari. Pengurangan perjalanan KRL dilakukan pada rentang waktu pukul 09.00-15.00. Sementara pada jam sibuk pagi dan sore jadwal perjalanan KRL tidak ada perubahan.
Virus ini inangnya manusia. Kalau inangnya masih jalan-jalan, virusnya juga. Survei mengatakan, agar penyebaran virus turun, mobilitas harus turun 50 persen. Namun, di Jakarta belum turun 50 persen.
”Selama penerapan PPKM darurat, volume pengguna KRL terus berkurang. Sejak 3 Juli hingga 15 Juli, KRL commuter line melayani 2.351.025 orang atau rata-rata 180.848 orang per hari. Angka ini berkurang hingga 43 persen dibandingkan sebelum penerapan PPKM darurat yang mencapai 4.146.318 orang atau rata-rata 318.948 orang per hari,” kata Anne dalam keterangan tertulisnya yang diterima Kompas, Sabtu (17/7/2021).
Selain mengurangi perjalanan, KAI Commuter juga akan menyiapkan rekayasa pola operasi mulai 19 Juli 2021. Rekayasa pola operasi ini menurut rencana akan diumumkan pada 18 Juli. Penumpang KRL commuter line bisa memantau atau mengikuti informasi terbaru dari berbagai kanal media sosial resmi KCI, @commuterline.
Selama penyesuaian operasional tersebut berlaku, KAI Commuter akan memaksimalkan perawatan sarana pada 1.196 unit KRL. Perawatan bertujuan untuk meningkatkan keandalan sarana agar dapat melayani pengguna KRL dengan maksimal saat nanti kembali beroperasi dengan frekuensi perjalanan yang ditingkatkan kembali.
Selain itu, kata Anne, KAI Commuter juga bertanggung jawab atas kesehatan awak sarana yang bertugas dengan memaksimalkan waktu istirahat sehingga saat berdinas awak sarana memiliki kesehatan yang prima dan meminimalisasi kemungkinan mereka terinfeksi Covid-19.
Penerapan protokol kesehatan tetap dilakukan petugas di stasiun, seperti menjaga jarak, memakai masker ganda, dan mencuci tangan. Hal itu juga berlaku untuk seluruh pengguna KRL. Petugas juga akan melakukan penyekatan baik di stasiun maupun di dalam KRL apabila sudah memenuhi kuota.
”Kami juga mengajak para calon pengguna untuk mengikuti aturan yang berlaku. KRL dapat digunakan bagi masyarakat yang khusus bekerja di sektor esensial dan kritikal dengan membawa dokumen perjalanan yang sah,” tutur Anne.
Penyekatan
Diberitakan sebelumnya, Kepolisian Daerah Metro Jaya memutuskan untuk menambah titik penyekatan kendaraan untuk membatasi mobilitas masyarakat di wilayah DKI Jakarta mulai Kamis (15/7/2021). Total 100 titik dari sebelumnya 75 titik penyekatan akan memperketat pergerakan masyarakat, khususnya di ruas jalan dalam kota.
Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Sambodo Purnomo Yogo, di Jakarta, Rabu (14/7/2021), menjelaskan keputusan ini diambil setelah evaluasi pergerakan masyarakat selama PPKM darurat bersama TNI dan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Keputusan itu sudah disosialisasikan kepada satuan instansi dan dinas terkait.
”Operasi penyekatan di 100 titik akan dilaksanakan Kamis besok mulai pukul 06.00. Ini terdiri dari 19 titik di dalam kota, 15 titik di jalan tol, 10 titik di batas kota yang sudah existing. Lalu, 29 titik di wilayah penyangga, seperti Bekasi, Tangerang, dan Depok. Ada juga 27 titik di dua jalan ikon PPKM darurat, Sudirman-Thamrin,” ujarnya.
Penambahan titik penyekatan di dalam kota, menurut Sambodo, dilakukan karena selama PPKM berlangsung, tingkat mobilitas kendaraan fluktuatif bahkan cenderung meningkat. Berdasarkan analisis data Google Mobility, Facebook Mobility, dan indeks cahaya malam NASA, mobilitas lebih tinggi di jalan-jalan dalam kota daripada batas kota. Selain itu, banyak kendaraan penumpang yang masuk ke jalur-jalur tikus.
”Mohon dipahami bahwa apa yang kami lakukan bersama TNI dan pemprov ini untuk kepentingan masyarakat, yaitu untuk menurunkan angka kasus harian Covid-19 yang terus tinggi. Virus ini inangnya manusia. Kalau inangnya masih jalan-jalan, virusnya juga. Survei mengatakan, agar penyebaran virus turun, mobilitas harus turun 50 persen. Namun, di Jakarta belum turun 50 persen,” tuturnya.
Sambodo menjelaskan, pada 5 Juli mobilitas turun 30 persen. Namun, pada 11 Juli penurunannya hanya 20 persen. Padahal, target penurunan 30-50 persen. Artinya, tetap ada peningkatan mobilitas di Jakarta walaupun pada masa PPKM darurat.
Total 1.649 personel gabungan dalam satu sif akan dikerahkan setiap hari untuk melakukan penyekatan mulai pukul 06.00 hingga pukul 10.00, lalu dilanjutkan sampai pukul 20.00 kecuali untuk pekerja di sektor esensial, kritikal, termasuk darurat seperti TNI dan polisi, atau masyarakat dengan kebutuhan darurat lainnya. Masyarakat umum dapat kembali bermobilitas pada pukul 22.00-06.00.
Berdasarkan evaluasi, sebanyak 18 titik baru di dalam kota ditambahkan ke daftar lokasi penyekatan. Titik itu ada di ruas tol Fatmawati, Jalan Pangeran Antasari, lintas bawah Mampang, dan lintas bawah Basura. Lalu, The Green Garden, tol Coca Cola Cempaka Putih, Jembatan Merah, Megaria, dan Jalan Benyamin Sueb Kemayoran.
Ada juga di Jalan DI Panjaitan arah Casablanca, fly over Pesing arah timur, fly over Ladogi, Jalan Cassa Kemayoran, Jalan Apron, Hasyim Ashari, Medan Merdeka Timur, Jalan Veteran 3, dan Joglo Raya. Adapun satu titik penyekatan dalam kota yang sudah ada berlokasi di Jalan Pasar Rebo, Cijantung.
”Untuk penyekatan di underpass, seperti Mampang, pekerja sektor kritikal dan esensial bisa masuk underpass. Bagi yang tidak, akan dikeluarkan ke arah Tendean, tetapi tidak bisa berputar arah, termasuk juga yang dari arah Tendean ke Rasuna Said, kami sekat. Yang bukan pekerja sektor kritikal dan esensial bisa naik fly over dari kantor Trans terus putar balik,” imbuh Sambodo.
Situasi tersebut terjadi meski 63 titik penyekatan kendaraan pada jam kerja disebar di sejumlah ruas jalan utama dan tol di wilayah DKI Jakarta serta daerah penyangga, yaitu Bekasi, Depok, dan Tangerang. Sambodo menyebut mobilitas kendaraan justru tinggi di wilayah dalam kota.
”Jakarta ini unik karena daerahnya hybrid concentric. Kami jadi sulit membedakan mana residensial, down town, mana pusat kota, dan sebagainya. Ketika ada pembatasan di batas kota, ternyata pergerakan atau mobilitas di dalam kota masih tinggi,” kata Sambodo.