Kota Bekasi Makamkan 230 Jenazah dengan Protokol Covid-19 dalam Dua Hari
TPU Padurenan Kota Bekasi mencatatkan jumlah pemakaman jenazah protokol Covid-19 tertinggi selama dua hari terakhir. Selain itu, ketersediaan oksigen di daerah itu juga mulai menipis.
Oleh
STEFANUS ATO
·4 menit baca
BEKASI, KOMPAS — Kota Bekasi, Jawa Barat, mencatatkan jumlah pemakaman tertinggi selama dua hari terakhir. Dalam kurun waktu dua hari itu, total ada 230 jenazah yang dimakamkan dengan protokol Covid-19 di Tempat Pemakaman Umum Padurenan, Kota Bekasi.
Kepala Dinas Pertamanan, Kawasan Permukiman, dan Pemakaman Kota Bekasi Jumhana Lutfi mengatakan, selama dua pekan terakhir jumlah jenazah yang dimakamkan dengan protokol Covid-19 di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Padurenan Kota Bekasi rata-rata 72 jenazah per hari. Angka itu melonjak tajam dalam kurun waktu dua hari, yakni pada Senin (5/7/2021) dan Selasa (6/7/2021).
”Selama dua hari ini melonjak. Senin ada 117 jenazah dan kemarin sebanyak 113 jenazah,” kata Jumhana, saat dihubungi, Rabu (7/7/2021), di Bekasi.
Ada yang meninggal di rumah dan lain-lain. Kami alihkan ke tempat pemulasaran jenasah (RSUD Kota Bekasi) supaya (jenazah) tidak dimandikan oleh pihak yang tidak tepat agar tidak menambah penyebaran Covid-19. (Rahmat Effendi)
Wali Kota Bekasi Rahmat Effendi mengatakan, ratusan pasien yang meninggal itu rata-rata merupakan pasien positif Covid-19 yang memiliki penyakit penyerta. Sebagian jenazah lain berstatus suspect dan probable.
”Ada yang meninggal di rumah dan lain-lain. Kami alihkan ke tempat pemulasaran jenasah (RSUD Kota Bekasi) supaya (jenazah) tidak dimandikan oleh pihak yang tidak tepat agar tidak menambah penyebaran Covid-19,” kata Rahmat, di Stadion Patriot Candrabhaga, Kota Bekasi, Rabu sore.
Rahmat menambahkan, sebagian pasien positif Covid-19, suspect, dan probable kemungkinan meninggal ketika menjalani isolasi mandiri di rumah atau dalam perjalanan ke rumah sakit karena kekurangan oksigen ketika terjadi perburukan secara tiba-tiba, terutama sesak napas. Pasien isolasi mandiri yang mengalami perburukan sering terlambat mendapat perawatan dari petugas kesehatan karena keterbatasan petugas dan penuhnya rumah sakit.
”Tenaga kesehatan kami (terpapar Covid-19) juga sekarang banyak. Makanya, saya sedang mendatangkan sukarelawan perawat dan bidan atau minimal yang paham kesehatan,” kata Rahmat.
Tak menolak pasien
Rahmat menambahkan, kondisi Rumah Sakit Umum Daerah dr Chasbullah Abdulmadjid Kota Bekasi, Jawa Barat, kini penuh dengan pasien Covid-19. Meski demikian, RSUD tak menolak pasien yang datang dan membutuhkan pertolongan.
”Kondisinya memang seperti ini, tetapi jangan ditolak. Kalau rumah sakit rujukan utama saja sudah menolak, apalagi tempat yang lain,” ucapnya.
Dari pantauan pada Rabu siang, kondisi RSUD Kota Bekasi padat dengan pasien dan keluarga pasien. Tenaga kesehatan juga sibuk mendata dan membantu pasien yang terus berdatangan.
Pasien yang didata itu kemudian ada yang dirawat sementara di tenda darurat. Sebagian pasien lain bahkan berbaring di luar tenda karena terbatasnya fasilitas perawatan.
Mariam (45), warga Kelurahan Jatibening, Kecamatan Pondok Gede, saat ditemui tak jauh dari RSUD Kota Bekasi mengatakan, ia sedang menunggu ambulans untuk mengangkut jenazah adiknya yang meninggal pada Rabu pagi. Keluarganya itu meninggal saat tengah menjalani perawatan di tenda darurat halaman rumah sakit.
”Kemarin adik saya dibawa ke sini sore. Sempat nunggu beberapa jam sebelum dapat tempat tidur di tenda. Kami juga tadi malam keliling cari oksigen. Tadi pagi, adik saya sudah tidak ada,” kata Mariam.
Sementara itu, Bayu (60), warga Pondok Ungu Permai, Kelurahan Kaliabang Tengah, Bekasi Utara, yang juga sedang menunggu tetangganya yang dirawat di RSUD Kota Bekasi, mengatakan, tetangganya itu mengalami sesak napas pada Rabu pagi. Bayu lalu bergegas membawa tetangganya itu ke RSUD Kota Bekasi.
”Cepat tadi, sudah dapat perawatan di tenda. Ini tinggal menunggu hasil tes korona. Oksigen juga disiapkan dari rumah sakit,” katanya.
Oksigen menipis
Wali Kota Rahmat Effendi menambahkan, di Kota Bekasi, ketersediaan oksigen di rumah sakit-rumah sakit di kota itu mulai mendekati kelangkaan. Bahkan, ada satu rumah sakit anak di Kota Bekasi yang baru saja melapor terkait kekurangan oksigen di rumah sakit tersebut.
”Barusan saya didatangi (pihak) rumah sakit anak. Ada 50 pasien, kalau empat jam ini tidak ketemu oksigen, akan ada kefatalan-kefatalan yang luar biasa,” ucap Rahmat.
Politisi Partai Golkar itu sudah mengirim tim ke PT Samator Gas Industri untuk menjaga distribusi pasokan oksigen medis ke rumah sakit-rumah sakit yang ada di kota itu. Pihak Samator diminta untuk menjaga ketersediaan pasokan oksigen di wilayah Kota Bekasi.
”Alhamdulillah mereka (Samator) siap. Kami juga segera melakukan MOU (perjanjian) dengan Samator untuk mengikat itu,” katanya.