Pasokan Oksigen Rumah Sakit di Kota Bogor Terus Dipenuhi
Kondisi yang dihadapi bukan hanya masalah kekurangan oksigen medis, tapi juga kekurangan nakes. Jumlah nakes tidak sebanding dengan penambahan kasus yang pada Senin mencapai 562 kasus, tertinggi selama pandemi.
Oleh
AGUIDO ADRI
·5 menit baca
BOGOR, KOMPAS – Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kota Bogor menyalurkan 100 tabung oksigen berukuran 6 meter kubik ke rumah sakit rujukan Covid-19. Kini, setelah stok oksigen mulai teratasi, Kota Bogor terkendala kekurangan tenaga kesehatan akibat terus meningkatnya konfirmasi positif 562 kasus pada Senin (6/7/2021). Penambahan kasus harian itu tertinggi selama pandemi.
Wali Kota Bogor Bima Arya mengatakan, pemakaian oksigen untuk kebutuhan medis di rumah sakit di Kota Bogor terus meningkat. Hal ini disebabkan lonjakan kasus positif dalam beberapa minggu terakhir. Tingginya permintaan itu tidak bisa diimbangi dengan ketersediaan oksigen dari pemasok.
Satgas Covid-19 Kota Bogor bergerak cepat dan berkoordinasi kepada Kementerian Kesehatan dan Kementerian BUMN. Hasilnya, Kota Bogor mendapat bantuan isi ulang oksigen oleh PT Krakatau Steel di Cilegon, Banten, sebanyak 100 tabung oksigen berukuran 6 meter kubik. Bantuan oksigen medis tersebut tiba di Posko Logistik PPKM Darurat di Jalan Sudirman, Bogor Tengah, Senin (5/7/2021) dini hari.
“Stok di lapangan menipis, banyak penyuplai yang tidak mampu lagi memasok. Kami data berapa RS memerlukan pasokan tambahan oksigen. Ada beberapa RS menyampaikan kepada kami bahwa akan habis per Senin. Karena itu kami bergerak cepat, akhirnya bisa dibantu oleh Pak Menkes dan Pak Menteri BUMN,” kata Bima, Selasa (6/7/2021), yang juga ikut memantau pendistribusian oksigen, Senin dinihari.
Bima menjelaskan, penyaluran oksigen untuk tiga rumah sakit, yakni Rumah Sakit Azra sebanyak 16 tabung, Rumah Sakit Hermina 5 tabung, dan Rumah Sakit Medika Dramaga 20 tabung. Selanjutnya, Selasa pagi, tabung oksigen didistribusikan ke Rumah Sakit Lapangan, Pusat Isolasi Asrama IPB, dan rumah sakit lainnya.
“Jadi, Krakatau Steel siap untuk memberikan bantuan 100 tabung besar oksigen. Kami kirim truk ke sana oleh Satpol PP dibantu BPBD, kemudian didistribusikan ke beberapa RS yang memang sudah habis stok oksigennya,” tuturnya.
Setiap harinya, Satgas Covid-19 Kota Bogor mengusahakan selalu mengambil pasokan baru oksigen di Krakatau Steel. Stok tabung oksigen itu bisa bertahan beberapa hari ke depan.
“Tapi tadi berdasarkan rakor dengan Pak Menko Luhut, disampaikan bahwa diperkirakan tiga hari ke depan distribusi oksigen harusnya bisa kembali normal. Tapi, kita tetap mengantisipasi. Setiap hari akan kami coba memaksimalkan tambahan oksigen ini ke RS-RS,” lanjut Bima.
562 kasus positif
Dinas Kesehatan Kota Bogor kembali mencatat adanya lonjakan penambahan kasus positif pada Senin (5/7/2021), mencapai 562 kasus positif baru. Penambahan kasus ini rekor tertinggi selama pandemi. Adapun total konfirmasi positif mencapai 22.664 kasus, masih dirawat 5.378 kasus, sembuh 16.995 kasus, dan meninggal 291 kasus.
“Memang situasinya masih darurat. Terus merangkak naik, angka kematian tinggi. Terkonfirmasi ada varian delta di Kota Bogor. Jadi dengan kondisi seperti ini kami mengingatkan kepada masyarakat untuk ekstra hati-hati dan Pemkot Bogor terus maksimal untuk menambah semua fasilitas. Nakes ditambah, tempat tidur di tambah di RS, kemudian juga pusat isolasi,” tutur Bima.
Ia menambahkan, tenaga kesehatan banyak yang terpapar dan kelelahan dalam menghadapi situasi darurat pandemi. Hal itu sangat mengkhawatirkan karena rumah sakit tidak akan mampu mengimbangi lonjakan kasus.
Bima pun meminta dan berharap kesadaran semua warga, karena jika lonjakan semakin tinggi, para tenaga kesehatan akan semakin banyak yang terpapar dan rumah sakit akan kolaps. “Mobilitasnya harus ditekan minimal 50 persen, Kota Bogor masih 20 persenan lah. Harus lebih ditekan lagi. Kami sedang berpikir melakukan kebijakan yang lebih ketat lagi terkait dengan arus Jakarta-Bogor. Formatnya nanti akan kita umumkan,” kata Bima.
Sementara itu, Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim mengatakan, kondisi darurat Covid-19 membuat Kota Bogor masih membutuhkan tenaga kesehatan. Kelengkapan peralatan tenaga kesehatan saat ini sudah memadai. Hanya saja, sumber daya manusia tenaga kesehatan belum tercukupi. Para tenaga kesehatan yang ada saat ini terbagi atau berbagi tugas. Beban tugas dan kerja semakin bertambah sementara kasus terus meningkat.
"Jadi yang kita hadapi bukan hanya masalah oksigen, tapi juga masalah nakes. Ini tantangan bagaimana kita bisa mendapat nakes. SDMnya langka, sedangkan kebutuhan penanganan banyak yang harus dilakukan. Ada yang menjadi swaber, vaksinator, ditambah kebutuhan rumah sakit tidak hanya di Bogor tapi seluruh RS di Indonesia," tutur dia.
Saat ini, Kota Bogor membutuhkan lebih dari 200 orang nakes. Namun, target yang tercapai baru sekitar 20 orang. Pemkot Bogor akan terus mencari sumber tenaga kesehatan yang kompeten.
"Kalau 200 itu yang untuk kebutuhan isolasi, sementara kebutuhan di RSUD juga tinggi. Semua sama masalahnya, SDMnya. Aktivasi RSUD (RS Perluasan seperti RS Lapangan) saja mungkin butuh berapa puluh lagi, itu juga belum terpenuhi," lanjutnya Dedie.
Direktur Utama RSUD Kota Bogor Ilham Chaidir menambahkan, para tenaga kesehatan memiliki moril dan semangat tinggi. Tenaga kesehatan masih siap berjuang untuk pelayanan Covid-19. Hanya jumlah kecepatan kapasitas penambahan pasien dibandingkan penambahan SDM dan ruangan tidak sebanding.
Kondisi itu, kata Ilham, tidak ideal. Seharusnya, satu perawat menangani enam pasien. Apalagi, penanganan pasien Covid-19 lebih berat karena harus menggunakan baju hazmat. Saat ini, satu perawat bisa melakukan penanganan untuk 15 pasien.
"Kalau SDM kita naikkan dengan kontingensi. Jadi yang rawat inap kita kurangi. Mau tidak mau sekarang hanya tersisa 56 (nakes) untuk rawat umum non-Covid19. Nanti kita target menjadi 341 nakes untuk Covid-19. Kita bertahap dulu," kata Ilham.