45 Orang dengan Covid-19 Meninggal Saat Isolasi Mandiri di Rumah
Waspadai penurunan tiba-tiba kadar oksigen dalam darah yang memicu sesak napas. Tes usap antigen negatif idealnya diikuti tes PCR untuk akurasi status.
Oleh
Helena F Nababan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Isolasi mandiri di rumah karena berbagai sebab membawa kefatalan. Setidaknya 45 orang dengan konfirmasi positif Covid-19 di DKI Jakarta meninggal saat melakukan isolasi mandiri.
Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyatakan, isolasi mandiri di rumah terpaksa dilakukan banyak orang karena lonjakan kasus yang membuat keterisian tempat tidur rumah sakit di Jakarta penuh. Angka kematian juga terus naik.
Ngabila Salama, Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan DKI Jakarta, dalam webinar interaktif bertajuk ”Covid-19 Gelombang II: Positif? Gimana, Ya?”, Minggu (4/7/2021), menjelaskan, pada Sabtu kemarin terdapat 396 pemakaman dengan prosedur tetap Covid-19 untuk jenazah positif dan suspect (terduga).
Salah satu kefatalan saat isolasi mandiri terkait dengan happy hypoxia, kondisi saat kadar oksigen dalam darah (saturasi oksigen) yang awalnya bagus tiba-tiba mesorot di bawah 85 persen. Akibatnya, yang bersangkutan sesak napas mendadak dan berujung kefatalan.
Sementara itu, menurut Inggariwati, epidemiolog kesehatan Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang hadir dalam webinar tersebut, menuturkan, sejak kasus Covid-19 di DKI Jakarta melonjak tinggi, per hari ada 30-35 prosesi jenazah pulasara. Artinya, jenazah tidak meninggal di rumah sakit, tetapi di rumah.
”Memang ada yang terkonfirmasi positif Covid-19 dan ada yang probable atau belum terkonfirmasi,” ujar Inggariwati.
Penyebab warga isolasi mandiri di rumah salah satunya karena tingkat keterisian tempat tidur isolasi di rumah sakit di Jakarta yang saat ini penuh. Data Dinkes DKI Jakarta per 2 Juli 2021, untuk tempat tidur isolasi, dari 11.134 tempat tidur telah terisi 10.220 unit atau 92 persen. Adapun tempat tidur ICU, dari 1.344 tempat tidur sudah terisi 1.268 unit atau 94 persen.
Untuk pasien isolasi mandiri, kata Inggariwati, Dinkes DKI Jakarta sudah menginstruksikan kepada setiap puskesmas untuk memberikan paket obat. Paket obat itu yang akan diberikan kepada pasien yang tengah menjalani isolasi mandiri.
Ngabila menyebut, angka meninggal di rumah tinggal itu mengkhawatirkan. Ia pun meminta warga DKI Jakarta untuk tidak meremehkan hasil tes antigen karena hasil tes antigen negatif belum tentu berarti hasil PCR juga negatif.
Di tengah lonjakan kasus, ia menyarankan warga bergejala yang kontak erat dengan pasien kasus positif, sekalipun memiliki hasil tes antigen negatif, sebaiknya segera tes PCR. ”Sedini mungkin kita didiagnosis, kita bisa selamat. Karena kita bisa berkoordinasi dengan puskesmas, dengan tenaga kesehatan, agar kondisi kesehatan kita terpantau,” ujarnya.
Terkait tes PCR ini, warga bisa datang ke puskesmas untuk mendapatkan tes. Di DKI Jakarta ada 117 laboratorium dengan kapasitas pengujian 70.000 spesimen per hari.
Dengan dideteksi sedini mungkin, lanjutnya, warga akan diisolasi sedini mungkin sehingga virus tidak menyebar. ”Yang terjadi sekarang, kita suka telat mendiagnosis. Kita itu mendiagnosisnya sudah telat, bahkan sudah menyebarkan virus,” katanya.
Berdasarkan data Dinkes DKI Jakarta, 30 persen orang yang terkonfirmasi positif adalah mereka yang tidak bergejala. ”Jadi, benar-benar harus hati-hati sekali terkait hal ini,” ucap Ngabila.
Ia pun meminta masyarakat tidak dengan gampang menganggap seseorang itu bukan penderita Covid-19. ”Padahal, seharusnya kita punya effort lebih untuk mendiagnosis orang itu (penderita) Covid atau bukan,” ujarnya.
Tambah tempat tidur
Secara terpisah, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam kunjungan ke Gelora Bung Karno untuk meninjau kegiatan vaksinasi menyampaikan, DKI Jakarta berupaya menambah jumlah tempat tidur di rumah sakit. ”Yang sudah terpapar kami siapkan tempat isolasi. Yang gejalanya sedang-berat kami siapkan rumah sakit,” ujarnya.
Untuk penanganan, kapasitas tempat tidur isolasi ditambah, juga rumah sakit rujukan, supaya bisa menampung lebih banyak pasien. ”Tapi, ini semua ada batasnya,” kata Anies.
Melalui akun Youtube Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Jumat lalu, Anies dalam rapat virtual mengenai kondisi darurat DKI Jakarta memaparkan, meski secara data terlihat masih ada kapasitas rumah sakit, kenyataannya banyak warga yang tidak mendapat tempat untuk perawatan Covid-19. Antrean di ICU masih terlihat.
Dengan kasus yang tinggi, per 3 Juli ada tambahan 9.702 kasus positif di DKI Jakarta, secara kumulatif kasus Covid-19 di Jakarta per 3 Juli 2021 total mencapai 570.110 kasus. Dari jumlah kasus tersebut, 479.150 orang dinyatakan sembuh, 82.383 orang dalam perawatan atau isolasi, dan 8.577 orang meninggal.