Darurat Covid-19, Saat Rumah Sakit Pun Kehabisan Oksigen
Warga di Bekasi, Jawa Barat, kian kesulitan dalam mendapatkan akses layanan kesehatan. Kapasitas tampung rumah sakit makin terbatas dalam menangani pasien Covid-19.
Oleh
STEFANUS ATO
·4 menit baca
Rumah Sakit Umum Daerah Chasbullah Abulmadjid, Kota Bekasi, Jawa Barat, kian kesulitan dalam melayani pasien Covid-19. Sebagian warga terpaksa mencari oksigen sendiri untuk membantu keluarganya yang terbaring tak berdaya di tenda darurat halaman rumah sakit rujukan Covid-19 itu.
Dari pantauan pada Selasa (29/6/2021) siang, kondisi di halaman RSUD Kota Bekasi ramai dengan pasien yang keluar masuk. Keluarga para pasien juga tampak mondar-mandir untuk memenuhi kebutuhan anggota keluarga mereka yang sedang sakit.
Achmad Mulyono (50), salah satu keluarga pasien, saat ditemui tak jauh dari RSUD Kota Bekasi mengatakan, ia sedang menunggu adiknya yang sakit dan terbaring tak berdaya di salah satu tenda darurat di halaman RSUD Kota Bekasi. Adik kandungnya mengeluhkan sesak napas dan membutuhkan alat bantu pernapasan.
”Saya tadi diminta petugas cari oksigen sendiri. Katanya, rumah sakit sudah tidak ada oksigen,” ucapnya.
Dari 20 pasien itu, 10 orang meninggal karena tidak mendapatkan layanan medis yang semestinya. (Irma Hidayana)
Achmad menambahkan, saat ini keluarganya masih menunggu di tenda darurat karena masih menunggu hasil tes usap PCR. Hasil tes usap tersebut baru akan didapatkan setelah enam sampai delapan jam.
Kesulitan warga dalam mendapatkan layanan kesehatan ini juga terjadi saat ada keluarga yang membutuhkan layanan ambulans untuk mengambil jenazah anggota keluarga yang meninggal lantaran positif Covid-19 saat menjalani isolasi mandiri di rumah. Keluarga harus menunggu selama berjam-jam karena keterbatasan ambulans.
Adapun terkait kesulitan warga dalam mendapatkan layanan kesehatan, Direktur RSUD Chasbullah Abdulmadjid, Kusnanto, saat dihubungi tak merespons. Bagian Humas Pemerintah Kota Bekasi dihubungi secara terpisah berjanji akan mengeluarkan siaran pers terkait kondisi terkini di RSUD Kota Bekasi. Namun, hingga Selasa pukul 20.30, belum ada siaran pers yang dikeluarkan Humas Pemkot Bekasi.
Dari data Satuan Tugas Covid-19 Kota Bekasi, pada Selasa malam, akumulasi kasus Covid-19 di Kota Bekasi mencapai 53.768 kasus. Dari jumlah itu, sebanyak 3.405 kasus dalam perawatan, 690 kasus meninggal, dan 49.673 kasus sembuh.
Inisiator platform Laporcovid-19, Irma Hidayana, dihubungi secara terpisah mengatakan, situasi di Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi genting. Sejak 14 Juni sampai saat ini, sudah sekitar 20 pasien yang dibantu tim Laporcovid-19 untuk mendapatkan akses layanan kesehatan. Mayoritas warga yang mengeluhkan kesulitan mendapat layanan kesehatan tersebar di Jabodetabek.
”Dari 20 pasien itu, 10 orang meninggal karena tidak mendapatkan layanan medis yang semestinya. Ada yang meninggal karena saturasi oksigen rendah dan tidak dapat oksigen. Ada yang sudah di ruangan, tetapi perlu ventilator dan ICU,” kata Irma.
Sebagian pasien bahkan meninggal saat dalam perjalanan ke rumah sakit atau saat masih berada di rumah. Pihak Laporcovid-19 juga mendapat laporan dan permintaan tolong terkait kesulitan warga untuk mendapat layanan ambulans untuk mengangkut jenazah ke tempat pemakaman umum.
Di Bekasi, kata Irma, situasi serupa dialami sebagian warga. Salah seorang warga Kabupaten Bekasi kesulitan mendapat ruang perawatan. Padahal, kondisi saturasi oksigen warga tersebut terus menurun.
”Kami belum berhasil masuk ke rumah sakit. Kontak Dinas Kesehatan Kabupaten Bekasi sama sekali tidak responsif. Pasien itu suaminya meninggal karena Covid-19. Saat ini istrinya negatif berdasarkan hasil tes antigen, tetapi menderita sesak napas. Anak-anaknya juga diare dan hasil tes antigen mereka positif. Namun, sampai saat ini kami belum dapat rumah sakit,” tutur Irma.
Hentikan layanan non-Covid-19
Di RSUD Kabupaten Bekasi, pihak rumah sakit menghentikan pelayanan di instalasi gawat darurat (IGD) kepada pasien non-Covid-19. Hal itu dilakukan menyusul melonjaknya jumlah pasien Covid-19 di rumah sakit tersebut.
Direktur RSUD Kabupaten Bekasi Sumarti mengatakan, ketersediaan tempat tidur ruang rawat inap pasien Covid-19 telah terisi penuh walaupun pihaknya telah memfungsikan ruang IGD dan tenda darurat. Saat ini, ruang IGD dan area depan RSUD Kabupaten Bekasi sudah digunakan sebagai tempat tidur ruang rawat inap pasien Covid-19 lantaran sebagian besar pengunjung positif Covid-19.
”Banyak ibu melahirkan dan bersalin yang masuk ke RSUD itu sebagian besar juga positif Covid-19. Jadi, sementara IGD tidak menerima pasien non-Covid-19,” katanya.
RSUD Kabupaten Bekasi telah kembali menambah 20 tempat tidur perawatan pasien Covid-19. Dengan adanya penambahan itu, saat ini ada 200 tempat tidur yang disediakan untuk merawat pasien.
Di Kabupaten Bekasi, berdasarkan data satuan tugas Covid-19 daerah setempat pada Selasa malam, akumulasi kasus Covid-19 mencapai 32.292 kasus. Rinciannya, 29.579 kasus sembuh, 320 kasus meninggal, dan 2.393 kasus isolasi mandiri atau masih dalam perawatan.
Sudah darurat
Menurut Irma, kesulitan warga dalam mendapatkan akses layanan kesehatan di rumah sakit serta mulai minimnya ketersediaan fasilitas perawatan di rumah sakit menunjukkan bahwa kondisi saat ini sudah darurat. Pemerintah diminta segera mengambil kebijakan lockdown.
”Pemerintah harus lockdown karena ini sudah darurat. Rumah sakit sudah tak mampu menampung pasien, ICU sudah tidak mampu menampung pasien, akhirnya nyawa warga negara akan tidak diperhatikan dan bisa melayang,” kata Irma.
Situasi saat ini, tambah Irma, merupakan momentum bagi pemerintah untuk menjalankan lockdown atau karantina. Tujuannya, untuk membantu fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan yang sudah kewalahan.