RSUD DKI Jakarta Mulai Dirikan Tenda, Tambah Tempat Tidur Perawatan
Kenaikan kasus positif di Jakarta per Minggu kembali tinggi, mencapai 9.394 kasus, dan membuat pemprov harus menambah kapasitas tempat tidur perawatan. Sejumlah RSUD membangun tenda untuk tambahan ruang perawatan pasien.
Oleh
Helena F Nababan
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Keterisian tempat tidur khusus Covid-19 di rumah sakit-rumah sakit di DKI Jakarta terus penuh, terutama setelah kasus terkonfirmasi Covid-19 melonjak tajam pada Sabtu (26/6/2021). Untuk mengatasinya, setiap RSUD mulai mendirikan tenda darurat khusus pasien Covid-19. Bahkan, ada yang mendirikan tenda di halaman sekolah supaya bisa menampung pasien.
Direktur RSUD Koja IBN Banjar yang dihubungi, Minggu (27/6/2021), menjelaskan, untuk mengatasi kekurangan tempat tidur bagi pasien Covid-19, pihaknya mendirikan tenda darurat di depan intalasi gawat darurat (IGD) di blok khusus penanganan Covid-19. Namun, tenda yang saat ini sudah 70 persen dipasang itu tidak akan digunakan untuk perawatan.
”Tenda itu menjadi triase IGD atau menjadi lokasi pasien yang datang diperiksa lalu dipilah berdasarkan kondisinya. Di sana tim dokter akan melihat pasien mana yang bisa pulang, mana yang harus masuk untuk perawatan sehingga triase kita ada di luar,” ujar Banjar.
Situasi IGD di RSUD Koja, lanjut Banjar, saat ini sangat padat. IGD sebetulnya berkapasitas 30 tempat tidur, tetapi kemudian ditambah tempat tidur lipat sehingga sekarang siap sekitar 70 tempat tidur di IGD. Selain itu, ada juga pasien yang menggunakan kursi roda.
”Mepet-mepet. Belum lagi kalau ada pasien datang, makin padat. Saat ini antrean tunggu pasien bisa sampai 160-an pasien. Potensi crowded sekali. Triase di luar salah satunya bertujuan mengurangi kepadatan. Pemeriksaan awal menjadi lebih cepat dan lebih terbuka. Kasihan kalau di dalam umpel-umpelan,” jelas Banjar.
Selain tenda triase yang direncanakan siap pada Senin atau Selasa ini, RSUD Koja juga tengah menunggu bantuan tenda lagi dari Dinas Kesehatan DKI Jakarta. Tenda itu akan dipakai untuk melayani vaksinasi. Sementara lobi di blok yang selama ini melayani pasien non-Covid-19 akan digunakan sebagai pengembangan IGD bagi pasien non-Covid-19. ”Pasien non-Covid-19 juga banyak sekali,” jelas Banjar.
RSUD Tarakan, juga milik Pemprov DKI Jakarta, Minggu siang juga mulai mendirikan tenda. ”Tenda darurat kami dirikan di halaman sekolah, SDN yang ada di belakang rumah sakit. Sedang persiapan,” ujar Direktur RSUD Tarakan Dian Ekowati.
Tenda bantuan dari Dinas Kesehatan DKI itu bisa menampung 10 tempat tidur lipat. Untuk RSUD Tarakan, pemilahan pasien dilakukan di IGD. Pasien yang membutuhkan perawatan khusus akan dirawat di dalam, sedangkan pasien yang tak memerlukan perawatan khusus ditempatkan di tenda darurat.
”Kami rencananya akan menambah 20 velbed lagi, untuk itu perlu tambahan tenda. Kami sudah berkoordinasi dengan Dinkes DKI Jakarta,” kata Dian.
Selain ruang perawatan tambahan, DKI Jakarta juga mulai membuka lokasi isolasi terkendali. Salah satunya memanfaatkan rumah susun.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman DKI Jakarta Sarjoko mengatakan, untuk lokasi isolasi terkendali, pihaknya sudah membuka Rusun Nagrak sejak Senin (21/6/2021). Saat ini pihaknya tengah menyiapkan pembukaan Rusun Pasar Rumput Manggarai.
Untuk Rusun Pasar Rumput Manggarai yang dibuka untuk lokasi isolasi terkendali, ada tiga tower dengan total 1.984 unit. Unit sebanyak itu bisa menampung 3.986 orang karena per unit bisa diisi dua pasien.
”Sesuai hasil peninjauan bersama minggu lalu, saat ini Kementerian PUPR sedang menyiapkan kelengkapan sarananya,” jelas Sarjoko.
Penambahan ruang perawatan dengan mendirikan tenda darurat itu sesuai dengan surat Dinas Kesehatan DKI Jakarta yang ditandatangani Kepala Dinas Kesehatan DKI Widyastuti pada 21 Juni 2021. Melalui surat yang ditujukan kepada direktur/kepala rumah sakit se-DKI Jakarta itu, Widyastuti meminta semua direktur/kepala rumah sakit mengidentifikasi dan memanfaatkan ruangan berkapasitas besar menjadi ruang perawatan pasien Covid-19 dengan memperhatikan zonasi rumah sakit dan alur pelayanan pasien Covid-19 sesuai kaidah pencegahan dan pengendalian infeksi.
Widyastuti juga meminta setiap direktur/kepala rumah sakit mendirikan tenda darurat berkapasitas besar di ruang terbuka di lingkungan rumah sakit. Setidaknya ada 140 rumah sakit di DKI Jakarta yang saat ini menjadi rumah sakit perawatan Covid-19.
Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta Marullah Matali dalam Rapat Koordinasi Satuan Tugas Penanganan Covid-19 yang disiarkan secara daring menyampaikan, permintaan penambahan ruang perawatan juga tenda untuk perawatan itu karena kasus di DKI Jakarta sepekan terakhir melonjak drastis. Angka kasus positif pada Sabtu (26/6/2021) sebanyak 9.271 kasus, sementara pada Minggu mencapai 9.394 kasus.
Menurut Marullah, angka kasus tinggi membuat keterisian tempat tidur, baik isolasi ataupun ICU, sangat tinggi. Untuk tempat tidur isolasi, angka keterisian sudah 92 persen dan tempat tidur ICU 87 persen.
Widyastuti menambahkan, meski ada upaya penambahan ruang perawatan di rumah sakit dan ruang isolasi di sejumlah lokasi, masyarakat diminta memahami kriteria pasien yang bisa dirawat di rumah sakit. Tidak semua penderita Covid-19 harus dirawat di rumah sakit.
Kementerian Kesehatan juga telah mengeluarkan kriteria prioritas pasien yang bisa dirawat di rumah sakit, terutama yang bergejala sedang, berat, dan kritis. ”Untuk yang bergejala ringan, seperti batuk, pilek, sakit kepala, radang tenggorokan, dan tidak sesak napas, maupun yang tanpa gejala bisa menjalani isolasi mandiri saja di rumah atau fasilitas isolasi terkendali,” terang Widyastuti melalui keterangan tertulis.
Adapun kriteria prioritas pasien yang perlu dirawat di rumah sakit antara lain jika saturasi oksigen berada di bawah 95 persen, mengalami sesak napas, kesulitan/tidak dapat berbicara, penurunan kesadaran, terdapat komorbid, dan bergejala sedang dengan pneumonia. ”Untuk itu, masyarakat sebaiknya tidak panik saat dinyatakan positif Covid-19. Jika terkonfirmasi positif, segera lapor ke satgas Covid-19 tingkat RT dan puskesmas terdekat agar dapat dilakukan pemeriksaan awal dan diberikan pengantar apabila memerlukan isolasi terkendali,” tuturnya.
Selain itu, Widyastuti meminta masyarakat mengenali gejala pada tubuh masing-masing. ”Jika kondisi masih dalam skala tidak berat, cukup menjalani isolasi mandiri atau isolasi di fasilitas isolasi terkendali, tidak perlu dirawat di rumah sakit,” ujarnya.
Distribusi oksigen
Marullah Matali dalam rapat koordinasi itu menjelaskan, dengan kenaikan kasus di DKI Jakarta, ketersediaan oksigen di fasilitas kesehatan aman. Kendala ada pada bongkar muat dan distribusi.
”Dua mitra penyedia, yaitu PT Samator dan PT Tirto Bumi, tidak ada masalah dengan stok. Hanya, mereka kesulitan tenaga dan alat transportasi,” ujar Marullah.
Dari rapat koordinasi Pemprov DKI, lanjut Marullah, DKI akan memanfaatkan kendaraan dinas dari Dinas Pertamanan dan Hutan Kota, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Sumber Daya Air, Satpol PP, serta Dinas Bina Marga untuk mengangkut dan menyediakan tenaga bongkar muat dari penyedia ke titik-titik fasilitas kesehatan untuk distribusi.
Terkait ketersediaan oksigen dan tabung oksigen ataupun ventilator, baik Banjar maupun Dian juga menyatakan ketersediaan oksigen aman. Namun, untuk ventilator, seperti dijelaskan Banjar, sesuai ketersediaan yang ada di rumah sakit saja.