Keterisian RS di DKI Mengkhawatirkan, Isolasi Mandiri Jadi Pertimbangan
Saat terkonfirmasi positif Covid-19 tanpa gejala, dengan situasi keterisian faskes penuh, bisa dilakukan isolasi mandiri di rumah dengan pendampingan ”telemedicine”.
Oleh
Helena F Nababan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Hingga Senin (21/6/2021), keterisian tempat tidur isolasi atau bed occupancy rate (BOR) di 106 rumah sakit rujukan di DKI Jakarta sudah mencapai 90 persen, sedangkan keterisian tempat tidur ICU mencapai 81 persen. DKI Jakarta terus berupaya menambah kapasitas tempat tidur meskipun penambahan kasus lebih cepat.
Saat ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta terus menambah kapasitas tempat tidur isolasi dan ICU. Sebelumnya, di awal Juni 2021, tempat tidur isolasi sebanyak 8.000 unit. Sekarang sudah 9.000-an unit.
”Kalau total dengan tempat tidur ICU, ada 10.000 tempat tidur yang kita siapkan. Jadi, artinya, mengingat keterpakaian semakin cepat sehingga perlu penambahan yang begitu cepat,” kata Widyastuti, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, Senin (21/6/2021), di Balai Kota.
Senin pagi ini, situasi kritis terjadi pada ruang operasi khusus pasien Covid-19. Ruang operasi khusus pasien korona sudah nol atau telah penuh.
Untuk ruang operasi khusus pasien Covid-19 ini, jelas Widyastuti, memang tidak tersedia di semua rumah sakit rujukan Covid-19. ”Kita melakukan penetapan, rumah sakit rujukan mana yang bisa melakukan tindakan operasi khusus pasien Covid-19. Jadi, di DKI Jakarta bukan hanya semata-mata menyiapkan tempat isolasi, tapi juga tindakan medis lain yang terkait dengan intervensi medis, yang pasiennya Covid-19,” ujarnya.
Untuk penambahan tempat tidur isolasi dan ICU, juga ruang operasi itu, Dinkes DKI melakukan evaluasi harian terlebih dahulu. ”Kemudian dinas kesehatan mengajak semua asosiasi rumah sakit, para direktur, untuk mencermati bagaimana kecepatan pengisian dibarengi tenaga ataupun tempat-tempat yang harus dilakukan pembukaan dan penambahan,” kata Widyastuti.
Meski penambahan-penambahan dilakukan Dinkes DKI Jakarta, upaya itu belum bisa menyamai kecepatan penularan kasus. Itu sebabnya, dengan keterisian tinggi, petugas akan memastikan tingkat kegawatdaruratannya.
”Artinya, semua kasus Covid-19 tidak harus berbondong-bondong ke rumah sakit. Ini yang perlu kita edukasikan kepada masyarakat yang sedang kita susun lebih rinci,” katanya.
Pada saat terkonfirmasi positif tanpa gejala, dengan situasi pandemi Covid-19 yang seperti ini, bisa dilakukan isolasi mandiri di rumah. Yaitu dengan telemedicine dari nakes yang disiapkan.
Keterisian tinggi juga terjadi di RS Darurat Covid-19 Wisma Atlet. Kepala Penerangan Kogabwilhan I Kolonel (Mar) Aris Mudian dalam keterangan tertulis, Senin (21/6/2021), menjelaskan, per Senin ini total pasien rawat inap di tower 4, 5, 6, dan 7 sebanyak 6.010 orang. Di empat tower itu ada tambahan 135 pasien. Sementara untuk tower 8, total pasien yang dirawat 1.329 orang.
Aris menjelaskan, untuk RSDC Wisma Atlet Kemayoran, saat ini kapasitas tinggal 18 persen dan masih menerima pasien. Namun, untuk RSDC Pademangan sudah terisi 99 persen sehingga per Minggu pagi sudah ditutup.
Rusun Nagrak dibuka
Dengan keterisian yang tinggi, Rusun Nagrak yang merupakan salah satu ruang isolasi terkendali yang disiapkan untuk dibuka pada tahap dua mulai dibuka untuk menerima pasien OTG. ”Hari ini dibuka,” kata Aris.
Sarjoko, Pelaksana Tugas (PLT) Kepala Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP) DKI Jakarta, juga menyatakan hal yang sama. Rusun Nargrak, yaitu tower 1-5, yang dibuka memiliki kapasitas 2.550 orang.
Data dari Dinkes DKI Jakarta pada Senin ini menyebutkan, tambahan kasus positif baru sebanyak 5.014 dan kasus negatif 10.410. Penambahan kasus itu adalah hasil pengetesan PCR kepada 15.424 orang.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Dwi Oktavia menjelaskan, untuk jumlah kasus aktif di Jakarta, naik 1.918 kasus. Dengan begitu, jumlah kasus katif sampai hari ini ada 32.060 orang yang masih dirawat atau isolasi.
Adapun untuk positivity rate atau persentase kasus positif sepekan terakhir di Jakarta sebesar 26,4 persen. Sementara persentase kasus positif secara total atau nasional 11,3 persen.
Terkait kasus di DKI Jakarta yang kian meninggi, Ketua Komisi A bidang Pemerintahan DPRD DKI Jakarta Mujiyono menegaskan, sekarang saatnya Pemprov DKI menerapkan PSBB di seluruh wilayah Jakarta, menggalakkan operasi penegakan protokol kesehatan di semua kegiatan, melakukan gerakan tes usap PCR massal selama PSBB, memperkuat peran puskesmas untuk melakukan traving dan testing, serta memaksimalkan peran Gugus Tugas Covid-19 RW untuk menegakkan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2020 tentang penanggulangan Covid-19 dan menyosialisasikan 3M.