Sebanyak 16 Persen Kasus Positif di Jakarta Menimpa Anak-anak
Terjadi lonjakan kasus harian 4.144 orang positif atau dua kali lipat sebelumnya di DKI. Dari jumlah itu, 661 kasus atau 16 persen di antaranya adalah anak usia 0-18 tahun.
Oleh
Helena F Nababan/Aguido Adri/Fransiskus Wisnu Wardhana Dhany
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kasus Covid-19 di Jakarta meningkat tajam per Kamis (17/6/2021). Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan DKI Jakarta Dwi Oktavia, kemarin, melalui keterangan resmi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjelaskan, pada 17 Juni dilakukan tes PCR kepada 16.499 orang. Hasilnya, 4.144 kasus positif dan 12.355 kasus negatif.
”Apabila dalam beberapa hari ini angka kasus positif berkisar 1.000-2.000 kasus, dalam sehari (Kamis) melonjak menjadi 4.144 kasus positif,” kata Dwi Oktavia.
Melihat catatan Dinas Kesehatan DKI, angka kasus setinggi itu pernah dialami Jakarta pada 7 Februari 2021 dengan 4.213 kasus.
Adapun 4.144 kasus positif pada 17 Juni merata di seluruh Jakarta. Dengan ledakan kasus positif ini, jumlah kasus aktif di Jakarta sampai kemarin sebanyak 22.611 orang, baik yang dirawat maupun isolasi. Dari jumlah itu, 25 persen adalah orang tanpa gejala, 35 persen bergejala ringan, 30 persen bergejala sedang, serta 10 persen bergejala berat dan kritis.
Sebanyak 144 dari 661 kasus menimpa anak usia di bawah lima tahun.
Total jumlah kasus konfirmasi di Jakarta sampai kemarin sebanyak 458.815 kasus. Dari jumlah itu, yang dinyatakan telah sembuh 428.487 kasus dan 7.717 orang meninggal dengan tingkat kematian 1,7 persen. Adapun tingkat kematian Indonesia sebesar 2,8 persen.
Dwi melanjutkan, dari 4.144 kasus positif pada Kamis, 16 persen di antaranya atau 661 kasus terjadi pada anak-anak usia 0-18 tahun. Sebanyak 144 dari 661 kasus menimpa anak usia di bawah lima tahun.
”Tren kasus positif aktif pada anak di bawah usia 18 tahun meningkat. Kami mengingatkan warga untuk menghindari keluar rumah membawa anak-anak,” kata Dwi.
1.172 kluster
Berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI, terungkap pula telah terjadi perkembangan jumlah kluster penularan Covid-19 di Jakarta. Untuk kluster mudik, 21 Mei-17 Juni, tercatat kini ada 1.172 kluster dengan total 2.458 kasus positif. Untuk kluster perkantoran, seminggu terakhir dari 64 kasus menjadi 227 kasus positif. Semua lapisan masyarakat diminta untuk tidak menyepelekan Covid-19.
”Penanggulangan pandemi ini butuh kerja bersama. Kami imbau masyarakat terus waspada terhadap penularan Covid-19 yang semakin cepat dan selalu menerapkan 5M di mana pun dan kapan pun,” kata Dwi.
Kewaspadaan itu perlu ditingkatkan terus karena saat ini DKI menghadapi mutasi virus baru yang lebih mudah menular dan menimbulkan gejala yang lebih berat. Jakarta secara aktif melakukan pemeriksaan sampel whole genome sequencing (WGS) dan telah mengirim 980 sampel terduga mutasi virus. Dari jumlah itu, 289 dinyatakan bukan variant of concern (VoC), 33 VoC, 438 masih menunggu hasil, 216 negatif Covid-19, 3 sampel tidak dapat dianalisis, dan 1 invalid.
”Kami sudah menerima data 33 VoC dari Kemenkes. Dari data tersebut, kami identifikasi bahwa 25 kasus berasal dari orang yang melakukan perjalanan luar negeri, 3 kasus transmisi lokal di luar Jakarta karena bukan domisili Jakarta hanya saja melakukan pemeriksaan di Jakarta. Lalu, ada 5 kasus yang transmisi lokal di Jakarta dan kelimanya varian Delta,” kata Dwi.
Adapun 33 VoC tersebut terdiri dari 12 varian Alpha (B.117), 3 varian Beta (B.1.351), dan 18 varian Delta (B.1617.2). Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti mengatakan, ketiga varian Alfa, Beta, dan Delta tersebut memang telah ditemukan di Jakarta.
Untuk pelacakan kontak erat secara keseluruhan, rasio lacak DKI selama Juni sebesar 7,9. Artinya, 1 kasus positif dilacak minimal 8 kontak eratnya. ”Testing pun kita tingkatkan. Pada 16 Juni sudah 10,8 kali dari standar minimal yang ditentukan WHO untuk Jakarta,” kata Widyastuti.
Peningkatan juga dilakukan pada aspek perawatan. Hingga 17 Juni, jumlah tempat tidur yang disiapkan di 139 rumah sakit rujukan Covid-19 total 8.524 tempat tidur isolasi yang saat ini terisi 84 persen dan 1.186 tempat tidur ICU yang kini terisi 74 persen.
Sampai pukul 21.00
Kota Bogor, Jawa Barat, juga mencatat angka tertinggi kasus positif harian. ”Kondisi Kota Bogor dalam keadaan genting dan harus disikapi serius. Hari ini ada 204 kasus positif, tertinggi selama pandemi. Sebelumnya tertinggi pada Febuari lalu sekitar 180 kasus. Angka keterisian tempat tidur sudah di atas 60 persen, di atas ambang batas. Kita semua harus siaga,” kata Wali Kota Bogor Bima Arya, Kamis.
Selain menambah fasilitas kesehatan, Bima memutuskan tepat pukul 21.00 kini tidak ada lagi aktivitas terkait jam operasional (kafe dan restoran) atau aktivitas yang berpotensi menimbulkan kerumunan. Pemkot, TNI, Polri dan satgas akan bertindak tegas jika ada pelanggaran.
Di Kota Tangerang, Banten, upaya serupa dilakukan dengan melaksanakan Operasi Aman Bersama mulai 15 Juni hingga 28 Juni. Hal ini dilatari fakta bahwa keterisian tempat tidur per Kamis mencapai 89,43 persen untuk ICU dan tempat tidur isolasi 85,18 persen.
Operasi Aman Bersama menyiagakan pegawai dari kelurahan hingga organisasi perangkat daerah di 104 kelurahan, khususnya pusat keramaian untuk menegakkan protokol kesehatan.