Kewaspadaan Tinggi Penularan Korona Merata di Jabodetabek
Tingkat keterisian tempat tidur di fasilitas kesehatan di DKI dan sekitarnya sudah lebih dari 60 persen. Perlu strategi membendung gelombang kedua wabah korona di Jabodetabek.
Oleh
helena f nababan/aguido adri/stefanus ato/Fransiskus Wisnu Wardhana Dhany
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Kenaikan kasus Covid-19 di DKI Jakarta membuat lokasi isolasi terkendali yang disiapkan pada tahap 1 mulai terisi. Epidemiolog mengingatkan pentingnya memperluas mikro karantina supaya pengendalian penyebaran kasus efektif.
Kepala Unit Pengelola Anjungan dan Graha Wisata Dinas Pariwisata dan Ekonomis Kreatif (Disparekraf) DKI Jakarta Yayang Kustiyawan, Senin (14/6/2021), menjelaskan, untuk fasilitas isolasi di Graha Wisata Ragunan dari kapasitas 200 orang, pasien Covid-19 yang sudah masuk dan tengah dirawat di Graha Wisata Ragunan ada 113 orang. Untuk Graha Wisata TMII, dari kapasitas 100 orang, juga sudah mulai menampung pasien.
Tempat isolasi yang dikelola pemerintah ini mulai aktif setelah Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menerbitkan Keputusan Gubernur Nomor 675 Tahun 2021 tentang perubahan atas Keputusan Gubernur Nomor 979 Tahun 2020 tentang lokasi isolasi terkendali milik Pemprov DKI Jakarta dalam rangka penanganan Covid-19. Melalui keputusan gubernur itu, Pemprov DKI menyiapkan 37 lokasi, sebanyak 31 lokasi menjadi lokasi isolasi terkendali pasien Covid-19 dan 6 lokasi menjadi lokasi penginapan tenaga kesehatan.
Kenaikan kasus terjadi lantaran kendurnya penerapan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Jajaran harus ketatkan lagi penegakan protokol kesehatan yang dibarengi dengan tes, lacak, dan perawatan. (Arief R Wismansyah)
Penggunaan tempat milik pemerintah ini dilakukan setelah kerja sama dengan hotel-hotel untuk isolasi mandiri dihentikan. Untuk lokasi isolasi, dalam keputusan gubernur itu diatur penempatan pasien ada tiga tahap. Tahap pertama ada 5 lokasi berkapasitas 607 orang; tahap kedua ada 7 lokasi berkapasitas 6.648 orang; dan tahap ketiga ada 19 lokasi berkapasitas 994 orang.
Untuk tahap pertama ada lima lokasi isolasi terkendali yang dipakai, yaitu Graha Wisata TMII, Graha Wisata Ragunan, Hotel Grand Mansion Menteng, Pusdiklat Gulkarmat Ciracas, dan Masjid Raya KH Hasyim Ashari.
Sesuai rencana, begitu lokasi isolasi tahap 1 penuh, pasien baru ditempatkan di lokasi-lokasi isolasi tahap selanjutnya.
Selain fasilitas isolasi milik pemerintah seperti disebut di atas, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dalam acara di Palang Merah Indonesia (PMI) menyatakan, DKI saat ini masih menggunakan fasilitas di Wisma Atlet. ”Kita akan konsentrasikan di situ. Apabila nanti dibutuhkan penambahan, kita juga sudah siapkan rumah susun di Nagrak untuk bisa digunakan. Di sana ada lebih dari 2.500 tempat tidur yang bisa dipakai,” katanya.
Anies melanjutkan, penyiapan lokasi isolasi dilakukan sebagai antisipasi lonjakan kasus. Saat ini, di Indonesia, termasuk di Jakarta, ada gelombang baru yang tidak boleh dianggap enteng, yaitu lonjakan pertambahan kasus yang banyak.
Data Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyebutkan, pada 13 Juni terdapat 2.769 kasus positif. Angka tambahan kasus harian di atas 2.000 ini sudah terjadi sejak 9 Juni.
Tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit di DKI Jakarta saat ini sudah mencapai 75 persen dengan 27 persen pasien yang menggunakannya adalah warga non-Jakarta.
Anies mengajak masyarakat tetap tinggal di rumah kecuali untuk kebutuhan yang mendesak, untuk kebutuhan yang mendasar. Selebihnya, warga tinggal di rumah. Untuk para pelaku usaha dan ekonomi, sosial, budaya, agama diminta tetap menaati protokol kesehatan ditaati.
Serempak naik
Kewaspadaan juga menghinggapi tetangga-tetangga Ibu Kota. Wali Kota Tangerang Arief R Wismansyah dalam rapat koordinasi dengan camat dan lurah se-Kota Tangerang, Banten, menyampaikan terjadi lonjakan keterisian tempat tidur isolasi dan perawatan di wilayahnya. Keterisian tempat tidur di rumah sakit mencapai 77,65 persen, intensive care unit (ICU) sebesar 75,40 persen, dan rumah isolasi terkonsentrasi sebanyak 97,59 persen.
”Kenaikan kasus terjadi lantaran kendurnya penerapan protokol kesehatan pencegahan Covid-19. Jajaran harus ketatkan lagi penegakan protokol kesehatan yang dibarengi dengan tes, lacak, dan perawatan,” ucapnya seusai rapat secara daring, kemarin.
Di Kota Bogor, Jawa Barat, tingkat keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan dan pusat isolasi pasien Covid-19 juga meningkat rata-rata 62 persen. Begitu pula di Kota Depok yang sudah mencapai 65 persen. Tinggi angka kasus dua kota itu tidak hanya berdampak pada semakin penuhnya rumah sakit, tetapi juga mengancam terlaksananya pembelajaran tatap muka Juli mendatang.
”Ada tren kenaikan kasus. Keterisian tempat tidur di rumah sakit rujukan dan pusat isolasi sebelumnya rendah sekali di bawah 20 persen. Namun, sekarang rata-rata di atas 60 persen,” kata Wali Kota Bogor Bima Arya.
Wakil Wali Kota Depok Imam Budi Hartono mengingatkan warga untuk mematuhi protokol kesehatan dan peraturan pemerintah agar penularan Covid-19 tidak semakin menyebar.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Bekasi Dezy Syukrawati, menambahkan, di Kota Bekasi mulai ada kenaikan kasus Covid-19. Namun, daerah itu masih berstatus zona oranye. ”Artinya masih dalam posisi yang bisa dikendalikan. Kami meminta masyarakat taat protokol kesehatan,” kata Dezy.
Epidemiolog Tri Yunis Miko Wahyono menegaskan, dengan lonjakan kasus seperti di DKI, Pemprov DKI seharusnya memperluas mikro karantina. Artinya bila dalam satu RT terdapat lebih dari 10 kasus terkonfirmasi, seharusnya mikro karantina tidak hanya dilakukan di RT itu, tetapi di seluruh area dalam satu RW yang menaungi RT tersebut.
Gembong Warsono, anggota DPRD DKI Jakarta, juga menekankan perlunya penanganan terinci di tingkat wilayah terkecil. ”Itu sebabnya pemetaan wilayah sangat menentukan untuk mengatasi kasus Covid-19,” kata Gembong.