Survei terhadap 47.505 responden di seluruh kelurahan di DKI Jakarta menunjukkan, sepertiga responden masih memiliki kekhawatiran terhadap vaksin Covid-19.
Oleh
ERIKA KURNIA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sepertiga masyarakat Jakarta masih mengkhawatirkan program vaksinasi Covid-19 yang terus digencarkan pemerintah. Vaksinasi, yang baru menyasar kurang dari 20 persen penduduk Jakarta, perlu dipercepat untuk menekan keparahan dan penyebaran virus SARS-CoV-2 yang terus bermutasi.
Temuan ini mengacu pada studi berbasis survei yang dilakukan LaporCovid-19, Lab Intervensi Sosial dan Krisis Fakultas Psikologi Universitas Indonesia (UI), serta Social Resilience Lab Nanyang Technological University (NTU) Singapura, pada 30 April-15 Mei 2021.
Survei yang dikerjakan 47.505 responden di seluruh kelurahan di DKI Jakarta menunjukkan, rata-rata sepertiga responden masih memiliki kekhawatiran terhadap vaksin Covid-19. Kekhawatiran berkisar pada tiga hal, yaitu kehalalan (22 persen), kemanjuran (34 persen), dan kejadian ikutan pascavaksinasi (32 persen).
”Kekhawatiran ini masih ada kendati mayoritas responden bersedia divaksin,” kata pemimpin studi sekaligus dosen psikologi sosial UI Dicky Pelupessy, dalam konferensi pers virtual, Minggu (13/6/2021).
Sebanyak 70 persen warga Jakarta relatif tidak memiliki hambatan yang berarti dalam mendapatkan informasi seputar pendaftaran, lokasi vaksinasi, serta transportasi.
Dalam suvei, responden yang bersedia divaksin terdiri dari 83,15 persen responden yang belum divaksin dan 98,81 persen responden yang sudah divaksin. Adapun responden yang menyatakan tidak bersedia divaksin hanya 8 persen.
Sulfikar Amin, sosiolog bencana dari NTU, menyebut, kekhawatiran masyarakat berkorelasi dengan tingkat pendidikan. Dari seluruh responden yang ada, lebih dari 50 persen berlatar belakang SMA atau sederajat. Disusul, responden dengan gelar sarjana (13,63 persen) dan SMP atau sederajat (13,54 persen).
Masyarakat dengan tingkat pendidikan lebih tinggi memiliki tingkat persepsi risiko yang lebih baik, karena tingginya rasa keingintahuan. ”Sehingga mereka mendapat pemahaman yang lebih akurat mengenai efek dan kemanjuran vaksinasi,”ujarnya.
Berdasarkan survei, 70 persen warga Jakarta relatif tidak memiliki hambatan yang berarti dalam mendapatkan informasi seputar pendaftaran, lokasi vaksinasi, serta transportasi.
Hanya sebagian kecil responden (13,4 persen) yang mengaku kesulitan dalam mengakses informasi tentang vaksinasi. Lalu, sepertiga dari responden lansia, yang hanya berjumlah 18,7 persen, ketergantungan pada orang lain untuk mendaftar dan berangkat ke tempat vaksinasi.
Edukasi dan sosialisasi
Dicky menilai, pemerintah dan pihak terkait perlu mengintensifkan edukasi dan sosialisasi kepada kelompok warga DKI Jakarta yang masih memiliki kekhawatiran cukup tinggi pada vaksinasi. Upaya tersebut perlu lebih spesifik menyasar wilayah dan kelompok warga.
Upaya ini penting untuk menyampaikan pesan kunci mengenai efektivitas dan manfaat vaksinasi, rendahnya risiko kejadian ikutan pascaimunisasi dan kesiapan tata laksana penanganannya, serta kehalalan vaksin.
”Pesan kunci perlu disampaikan menggunakan bahasa, medium pesan, dan penyampai pesan yang sesuai dengan wilayah dan kelompok warga yang disasar,” imbuhnya.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dwi Oktavia, pada kesempatan sama, optimistis, sebagian masyarakat yang memiliki keraguan masih dapat diarahkan agar lebih yakin. Upaya mengubah keraguan ini, menurut dia, juga bisa dibantu oleh dua pertiga masyarakat yang mendukung vaksinasi.
”Kita mungkin perlu mencari tokoh kearifan lokal agar pendekatan sesuai dengan kelompok dan wilayah masyarakat. Sementara itu, kami juga memastikan layanan vaksinasi diatur agar dapat lebih cepat, lebih mudah, dan terjangkau untuk semua,” tuturnya.
Berdasarkan data hari ini sampai pukul 10.00, sebanyak 2,88 juta warga Jakarta telah mendapat vaksin dosis pertama dan lebih dari 1,86 juta orang telah mendapatkan vaksinasi Covid-19 kedua. Meski DKI Jakarta menduduki peringkat kedua sebagai provinsi dengan cakupan vaksinasi terbanyak setelah Bali, vaksinasi baru menjangkau sekitar 18 persen penduduk Jakarta.
Perempuan yang biasa disapa dokter Lies itu mengimbau agar masyarakat yang belum divaksin agar segera mendaftarkan diri, apalagi saat ini vaksinasi sudah bisa dimanfaatkan warga usia mulai dari 18 tahun. Vaksinasi diharapkan bisa membantu menangkal virus yang terus bermutasi dan sebagian besar sudah masuk ke Indonesia. Selain itu, juga untuk menekan keparahan penyakit yang semakin melonjak.