Pemerintah Siapkan Skenario Penanganan Gelombang Kedua Covid-19 di Jakarta
Perkembangan kasus Covid-19 di Jakarta sampai pertengahan Juni semakin mengkhawatirkan. Indikasi adanya gelombang kedua pun terlihat dengan semakin naiknya kasus harian dan penuhnya tempat perawatan pasien.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
Humas Pemprov DKI Jakarta
Data kasus harian Covid-19 di DKI Jakarta, Minggu (13/6/2021).
JAKARTA, KOMPAS — Perkembangan kasus positif Covid-19 di Jakarta sampai pertengahan Juni 2021 semakin mengkhawatirkan. Indikasi adanya gelombang kedua pun terlihat dengan semakin naiknya kasus aktif harian dan penuhnya tempat perawatan pasien.
Minggu (13/6/2021), kasus positif Covid-19 di Jakarta sampai pukul 10.00 bertambah 2.769 kasus. Dengan demikian, kasus positif secara keseluruhan adalah 448.071 kasus. Kasus positif harian di Jakarta meningkat lebih dari 100 persen dari hanya 1.019 kasus pada pekan lalu.
Adapun penambahan angka pasien meninggal cenderung stagnan, dengan hanya 14 orang yang meninggal hari ini dibandingkan 15 orang pada pekan lalu.
Sosiolog bencana Nanyang Technological University (NTU) Singapura, Sulfikar Amin, dalam konferensi virtual di Jakarta, Minggu, mengamati, tren kenaikan kasus positif yang juga terjadi di banyak daerah pasca-Lebaran mengindikasikan gelombang kedua Covid-19.
”Masyarakat seperti sudah lelah menjalankan protokol kesehatan. Oleh karena itu, hal paling krusial adalah mengakselerasi program vaksinasi. Namun, pemerintah jangan hanya fokus pada ketersediaan vaksin, tapi kesediaan masyarakat untuk divaksin. Peran masyarakat sangat krusial. Pemerintah juga perlu paham perilaku masyarakat,” ujarnya.
Berdasarkan data pada Minggu, 2,88 juta warga Jakarta telah mendapat vaksin dosis pertama dan lebih dari 1,86 juta orang telah mendapatkan vaksinasi Covid-19 kedua dari total target 3 juta orang. Meski DKI Jakarta menduduki peringkat kedua sebagai provinsi dengan cakupan vaksinasi terbanyak setelah Bali, vaksinasi baru menjangkau sekitar 18 persen penduduk Jakarta.
KOMPAS/AGUS SUSANTO
Warga mendaftar untuk mendapat vaksinasi Covid-19 di Puskesmas Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur, Minggu (13/6/2021). Vaksinasi menggunakan AstraZeneca tersebut kolaborasi Puskesmas Kecamatan Kramat Jati dengan organisasi profesi kesehatan se-Jakarta Timur dan diikuti oleh 200 warga. Warga yang memenuhi syarat, antara lain telah berusia 18 tahun keatas, menunjukkan surat domisili dari RT setempat atau surat keterangan bekerja di DKI Jakarta, bisa mendapatkan vaksinasi secara gratis. Secara nasional, vaksinasi Covid-19 mulai dilakukan pada awal 2021 dengan target tenaga kesehatan, kaum lanjut usia (lansia), dan petugas publik. Total ada 40,35 juta jiwa yang menjadi prioritas penerima vaksin. Dalam perkembangannya per 7 Juni 2021, vaksin dosis pertama telah diterima 44,15 persen dari total target.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dwi Oktavia, pada kesempatan sama, mengamini perlunya dukungan masyarakat dan pemerintah dalam meningkatkan penerimaan vaksinasi. Di sisi lain, upaya pelacakan, pemeriksaan, dan perawatan (3T) juga akan terus digencarkan.
”Jakarta sudah mengantisipasi hal ini sejak gelombang Covid-19 melanda di Januari. Kini, kita sudah seperti kembali ke siklus yang lalu. Untuk itu, kami terus berupaya untuk memutus rantai penularan dengan mengingatkan agar protokol kesehatan terus dijalankan. Lalu, meningkatkan kapasitas layanan kesehatan,” kata dokter yang biasa disapa Lies tersebut.
Ia menyebut, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta masih menjaga konsistensi jumlah tes mingguan sampai 6 kali lipat dari standar pengetesan minimal yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 1.000 penduduk per minggu. Pelacakan orang yang berkontak dengan pasien positif juga sudah ditingkatkan bersama satuan dari kepolisian dan TNI.
TANGKAPAN layar Laporcovid19
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Dwi Oktavia.
Lies juga memastikan, pasien positif yang membutuhkan perawatan di Jakarta tidak telantar. Saat ini, DKI Jakarta menyediakan 13 rumah sakit yang beroperasi penuh untuk pelayanan Covid-19.
”Kami juga sudah siapkan tiga skenario untuk antisipasi kebutuhan isolasi terkendali pada pasien positif yang tidak bergejala,” imbuhnya.
Rencana itu dinantikan pengelola Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma (RSDC) Atlet Kemayoran di Jakarta Pusat. Rumah sakit tersebut pada hari ini menampung hampir 5.000 pasien positif Covid-19.
Sampai pukul 20.00 hari ini, RSDC Wisma Atlet Kemayoran menerima tambahan pasien 389 orang, menjadi 4.896 orang. Dengan demikian, tingkat keterisian kamar inap di menara 4, 5, 6, dan 7 mencapai 80 persen dari total 5.994 kamar inap.
Letnan Kolonel Laut M Arifin dari Humas RSDC Wisma Atlet Kemayoran menyampaikan, sementara menunggu keputusan Pemprov DKI Jakarta terkait penyediaan tempat isolasi pasien tidak bergejala, mereka juga memastikan akan menambah kapasitas ruang inap.
”Alternatif yang pertama, kita akan memanfaatkan kasur yang ada. Jadi, di setiap kamar akan difungsikan tiga kasur, dari biasanya hanya dua kasur yang dipakai. Dengan ini, kita akan naikkan okupansi 30 persen jadi sekitar 7.900. Alternatif kedua, kita pakai Tower 8 di Pademangan untuk merawat sekitar 1.600 pasien,” tutur Arifin.
KOMPAS/TOTOK WIJAYANTO
Ambulans tiba di Rumah Sakit Darurat Covid-19 Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta, untuk mengantarkan pasien Covid-19, Jumat (11/6/2021). Berdasarkan data, hingga Jumat (11/6/2021) pukul 08.00, jumlah pasien positif Covid-19 di RSDC Wisma Atlet Kemayoran 4.019 orang. Dengan jumlah tersebut, keterisian kamar inap di menara 4, 5, 6, dan 7 yang berjumlah 5.994 kamar sudah mencapai 67 persen.
Pria berjuluk Kobra, ini, menyebut pasien yang dirujuk ke RSDC Wisma Atlet Kemayoran masih didominasi warga DKI Jakarta. Walaupun pasien kluster keluarga dari Jakarta Timur sempat mendominasi pasca-Lebaran, ia menyebut kini pasien yang mayoritas bergejala ringan datang dari berbagai wilayah, seperti Priok, Koja, Grogol Petamburan, Cilincing, Pasar Minggu, Tebet.
”Masyarakat lebih bagus kalau enggak perlu jangan pergi ke luar, ke tempat hiburan malam, tempat rekreasi, atau kerja kalau masih bisa kerja dari rumah. Tahan diri 14 hari ke depan, sampai landai lagi kasusnya. Kalau enggak begitu bisa kolaps daerah,” pesannya.