Buntut tunggakan pembayaran tagihan hotel oleh BNPB, tempat isolasi pasien dan tempat istirahat tenaga kesehatan di Jakarta dipindahkan ke sejumlah fasilitas milik pemerintah.
Oleh
helena f nababan/Fransiskus Wisnu Wardhana Dhany
·5 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta memastikan, per 8 Juni 2021, sudah tidak ada pasien tanpa gejala yang menjalani isolasi mandiri di hotel-hotel di DKI Jakarta. Hal itu berkaitan dengan penghentian sementara pendanaan bagi hotel-hotel yang dipakai sebagai lokasi isolasi mandiri pasien Covid-19 tanpa gejala dan penginapan tenaga kesehatan oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana.
Rus Suharto, Kepala Suku Dinas Parekraf Jakarta Timur yang juga Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Hotel Isolasi Orang Tanpa Gejala (OTG) dan Tenaga Kesehatan Dana Siap Pakai BNPB, Kamis (10/6/2021), membenarkan, dengan adanya penghentian pembiayaan itu, dari hasil rapat antara Disparekraf dan BNPB, mulai 8 Juni 2021 setiap hotel di DKI Jakarta diarahkan untuk tidak menerima pasien isolasi mandiri.
Berdasarkan data Disparekraf, hotel di wilayah DKI Jakarta yang dipakai sebagai tempat isolasi mandiri pasien OTG 16 hotel yang terdiri dari 11 hotel dan 6 homestay. Sementara hotel yang dipakai sebagai tempat penginapan tenaga kesehatan sebanyak 15 hotel.
”Kami sudah memberitahukan kepada setiap hotel yang menjadi lokasi isolasi mandiri pasien OTG untuk tidak menerima pasien sejak 20 Mei 2021. Jadi (pasien dan tenaga kesehatan), tidak tiba-tiba dipindahkan,” kata Rus.
Penghentian pembiayaan itu terjadi karena BNPB kehabisan dana. BNPB pun menunggak pembayaran atas hotel-hotel itu. Berdasarkan data Disparekraf, tunggakan pembayaran atas penggunaan hotel-hotel itu Rp 195 miliar. Adapun pembiayaan yang sudah dibayar BNPB sebelum rapat penghentian sebesar Rp 60 miliar yang dibayarkan dalam dua tahap pembayaran masing-masing Rp 30 miliar.
Namun, untuk kepastian besaran tunggakan masih akan ada pembahasan kembali antara Disparekraf DKI Jakarta dan Dinas Kesehatan DKI Jakarta bersama BNPB. Hal itu karena data Disparekraf DKI menyebutkan tunggakan Rp 196 miliar, sedangkan data milik BNPB menyebutkan tunggakan pembayaran Rp 140 miliar. ”Minggu depan kami akan mengadakan rapat membahas itu,” kata Rus.
Data Disparekraf DKI menyebutkan tunggakan Rp 196 miliar, sedangkan data milik BNPB menyebutkan tunggakan pembayaran Rp 140 miliar.
Sambil menunggu pembahasan itu, menurut Rus, untuk penempatan pasien Covid-19, Pemprov DKI masih menggunakan Wisma Atlet di Kemayoran, Jakarta Pusat dan di Pademangan, Jakarta Utara. Selain itu, disiapkan juga sejumlah lokasi.
Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes DKI Jakarta Dwi Oktavia mengatakan, pemerintah tidak menerima pasien baru pada H-10 menjelang masa kontrak habis. Contohnya, jika kontrak hotel isolasi selesai pada 31 Mei, pemerintah tak lagi menerima pasien baru sejak 20 Mei. ”Jadi, tinggal menghabiskan orang yang melanjutkan masa isolasi saja,” kata Dwi.
Dengan penghentian itu, para tenaga kesehatan yang masih menggunakan hotel mulai dipindahkan. Kepala Bidang Sarana Prasarana Dinas Pendidikan DKI Jakarta Budiono menjelaskan, ada dua gedung sekolah yang dipakai sebagai tempat penginapan baru bagi tenaga kesehatan, yaitu SMK 57 dan SMK 24, yang merupakan sekolah kejuruan perhotelan. Pada Rabu (9/6), para tenaga kesehatan mulai menghuni kedua SMK itu.
Penempatan tenaga kesehatan di gedung sekolah itu sesuai dengan keputusan gubernur terbaru tentang lokasi isolasi mandiri dan lokasi penginapan tenaga kesehatan terkait penghentian pembiayaan oleh BNPB.
Dwi melanjutkan, penempatan tersebut merupakan bagian dari skenario mitigasi untuk pasien Covid-19 yang harus diisolasi ketika hotel sudah tidak bisa dipergunakan. Skenario pertama adalah menyiapkan sejumlah tempat isolasi terkendali berdasarkan tingkat kebutuhan. Jika skenario pertama tidak mencukupi, ada skenario kedua dan ketiga dengan menambah jumlah lokasi isolasi bagi pasien tanpa gejala.
Tembus 2.096 kasus
Dwi menambahkan, kemarin, Dinas Kesehatan DKI melakukan tes PCR kepada 12.304 orang dengan 15.775 spesimen. Hasilnya, 2.096 kasus positif dan 10.208 kasus negatif. Sebanyak 51 persen dari kasus positif itu adalah hasil penelusuran puskesmas yang mayoritas dilakukan di lingkungan RT yang melakukan karantina wilayah mikro. Adapun1.026 kasus positif ditemukan di fasilitas kesehatan.
”Kami terus memasifkan 3T. Namun, bisa kita lihat kenaikan kasus memang terjadi setelah libur Lebaran,” katanya.
Tetangga DKI, Pemerintah Kota Tangerang di Banten, juga kembali menggencarkan pelacakan kasus Covid-19. Hasilnya, jumlah kasus terkonfirmasi positif dalam kluster Gerendeng bertambah 50 kasus sehingga total menjadi 80 kasus hingga kemarin.
Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Kelurahan Gerendeng menemukan tambahan 50 kasus ini dalam pelacakan terhadap 250 warga di RW 011, Rabu (9/6/2021). Mereka telah menjalani perawatan di rumah isolasi terkonsentrasi.
”Kami punya 300 alat tes antigen yang akan digunakan untuk pelacakan kontak erat. Kami sasar keluarga atau tetangga dari warga yang terkonfirmasi positif Covid-19,” kata Lurah Gerendeng Nasron A Mufti.
Awalnya 30 warga RT 003 RW 011 terkonfirmasi positif Covid-19 pada Senin (7/6/2021). Untuk mencegah penyebaran virus SARS-CoV-2, RT 003 RW 011 ditutup untuk sementara waktu.
Kluster Gerendeng ini menambah panjang daftar kluster Covid-19 seusai libur Lebaran. Sebelumnya, 47 warga Kelurahan Gandasari, Kecamatan Jatiuwung, terkonfirmasi positif Covid-19. Mereka yang sebagian besar berprofesi sebagai buruh pabrik masih dirawat di rumah sakit, rumah isolasi terkonsentrasi, dan isolasi mandiri di rumah masing-masing.
Pekan lalu, 63 warga RT 007 RW 006 Kelurahan Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, juga terkonfirmasi Covid-19.
Kluster Covid-19 yang bermunculan membuat Pemerintah Kota Tangerang melakukan tes acak di keramaian atau operasi aman bersama. Salah satunya oleh Puskesmas Kunciran, Kecamatan Pinang, di Pasar Blok K Kunciran Indah, Kamis. Petugas menyasar puluhan pedagang dengan tes antigen. Hasilnya dua orang positif Covid-19 sehingga dibawa ke Puskesmas Batusari sesuai domisili mereka.
Kepala Puskesmas Kunciran Darsono menyebutkan, dua pedagang tersebut langsung menjalani tes PCR dan isolasi mandiri di Rumah Isolasi Terkonsentrasi Puskesmas Batusari. ”Kami sudah berkoordinasi dengan Puskesmas Batusari untuk pelacakan di tempat tinggal kedua pedagang agar kasus dapat tertangani lebih cepat,” katanya.
Tes usap antigen secara acak oleh Puskesmas Kunciran berlangsung hingga pekan depan. Pasar menjadi sasaran utama tes karena interaksi warga sangat tinggi.