90 Persen Tenaga Pendidik di Kota Bogor Sudah Menerima Vaksin
Sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo, Kota Bogor mendapat prioritas penambahan vaksin karena rendahnya target sasaran di ”Kota Hujan” itu.
Oleh
AGUIDO ADRI
·5 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Pemerintah Kota Bogor, Jawa Barat, akan segera menuntaskan target sasaran vaksinasi bagi tenaga pendidik sebanyak 13.425 orang sebelum pembelajaran tatap muka atau PTM pada Juli mendatang. Pemkot Bogor juga akan fokus pada target sasaran petugas publik dan orang lanjut usia setelah pemerintah pusat menambah dosis vaksin untuk Kota Bogor.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno mengatakan, dari target 13.425 tenaga pendidik tingkat taman kanak-kanak (TK) hingga perguruan tinggi, 12.088 orang sudah menerima vaksin. Pihaknya akan fokus menuntaskan pemberian vaksin kepada para pendidik, khususnya sekolah dasar dan sekolah menengah atas.
”Sebanyak 12.088 orang sudah menerima vaksin. Sudah 90 persen target sasaran. Program vaksinasi akan selesai bersamaan dengan dimulainya PTM nanti,” kata Retno, Rabu (2/6/2021).
Retno menjelaskan, selain kesiapan penerapan protokol kesehatan di sekolah, salah satu syarat terlaksananya PTM adalah semua guru hingga tenaga pendukung di sekolah harus sudah divaksin. Langkah verifikasi protokol kesehatan dan vaksinasi untuk tenaga pendidik agar memberikan rasa aman saat PTM Juli berlangsung. Potensi penularan Covid-19 harus diminimalkan.
Selain tenaga pendidik, kata Retno, Dinkes Kota Bogor juga akan fokus pada target sasaran petuugas pelayanan publik dan orang lanjut usia (lansia). Apalagi Kota Bogor menjadi kota prioritas untuk penambahan dosis vaksin berdasarkan arahan Presiden Joko Widodo.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, saat berkunjung ke Kota Bogor, Selasa (1/6/2021), mengatakan, pihaknya akan segera mendistribusikan langsung penambahan dosis vaksin. Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, Jabodetabek menjadi target percepatan sasaran vaksinasi. Khusus Kota Bogor, suplai vaksinasi saat ini masih jauh dari target sasaran.
”Di DKI Jakarta itu sudah 40 persen cakupan vaksinasi dari total target. Bogor vaksinnya masih jauh. Oleh karena itu, kami akan memberikan vaksin di Kota Bogor supaya lebih banyak menerima dan cakupan targetnya tinggi. Bogor tidak bisa dilihat sebagai satu daerah yang berbeda. Ini satu kluster di Jabodetabek,” tutur Budi.
Cakupan rendah
Wali Kota Bogor Bima Arya menambahkan, target penerima vaksin di Kota Bogor mencapai 800.000 orang. Saat ini warga yang sudah menerima vaksin 150.000 orang. Rendahnya target cakupan penerima vaksin membuat Pemkot Bogor meminta Kemenkes mengalokasikan vaksin tambahan untuk warga Bogor.
Menurut Bima, ada kelemahan distribusi vaksin ke sejumlah daerah. Bantuan vaksin dari pemerintah pusat harus melalui atau dikirim ke Provinsi Bandung. Setelah itu, baru didistribusikan ke sejumlah kota dengan jatah dosis yang sama.
”Rantai distribusi vaksin harus dipotong. Jadi, tidak ke Bandung dulu lalu dikirim ke Bogor. Itu lama. Pak Menteri sudah minta dievaluasi dan menginstruksikan menambah jatah vaksin di Kota Bogor. Ini juga sesuai arahan Presiden. Beliau menekankan Jabodetabek menjadi prioritas utama karena Bogor sebagai daerah penyangga Jakarta sehingga rawan,” kata Bima.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kota Bogor, jumlah stok vaksin Covid-19 per 27 Mei 2021 ada 1.000 vial vaksin untuk 5.000 orang. Dinkes Kota Bogor sudah mengajukan permintaan kepada Kementerian Kesehatan sebanyak 16.000 vial vaksin untuk memenuhi kebutuhan vaksin bagi petugas pelayanan publik dan orang lanjut usia. Namun, pada Rabu (2/6/2021) siang, Dinkes Kota Bogor menerima tambahan vaksin dari Kemenkes sebanyak 1.000 vial. Penambahan dosis vaksin masih akan terus berjalan.
Budi meminta warga untuk tidak takut menerima vaksin agar meningkatkan kekebalan komunal dan menekan potensi penularan Covid-19 lebih luas. Selain itu, perlu juga dibarengi dengan kepatuhan protokol kesehatan, seperti tidak dalam kerumunan, menjaga jarak, menggunakan masker yang benar, dan sering mencuci tangan.
Edukasi kepatuhan protokol kesehatan, kata Budi, masih harus terus digencarkan dan tidak boleh berhenti. Hal ini tak lepas dari peningkatan tren kasus secara nasional karena larangan mudik dan pembatasan mobilitas tidak sepenuhnya dipatuhi warga. Berdasarkan prediksi, puncak kasus terjadi pada akhir Juni atau awal Juli.
”Konfirmasi kasus naik, tetapi kapasitas rumah sakit masih di bawah. Secara nasional kita ada 72.000 tempat tidur, kemarin sudah terisi 20.000 dan naik 24.000. Oleh karena itu, 3T harus maksimal. Protokol kesehatan ketat. Ini agar penanganan di rumah sakit maksimal. Jika rumah sakit penuh, berdampak pada penanganan pasien,” tuturnya.
Kluster perumahan
Bima melanjutkan, dari kunjungan vaksinasi untuk orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), Selasa kemarin, Menkes juga meminta warga Perumahan Griya Melati di Bubulak, Kota Bogor, untuk diprioritaskan disuntik vaksin Covid-19. ”Sudah dicek, sebagian ada yang sudah sebagian belum,” katanya.
Terkait perkembangan kasus di kluster perumahan Bubulak, Retno menambahkan, hingga Senin (31/5/2021), dari 650 warga yang menjalani tes usap PCR, total ada 95 kasus positif Covid-19. Dari pembaruan data terbaru belum ada penambahan kasus konfirmasi lagi.
”Dari 95 kasus itu, konfirmasi masih sakit ada 47 orang dan selesai isolasi atau sembuh ada 48 orang. Dari 47 orang itu, yang isolasi di rumah ada 2 orang, 43 orang isolasi di Pusdiklat Ciawi, dan 1 orang di Rumah Sakit Salak. Adapun 1 orang isolasi di Jakarta,” jelas Retno.
Bima mengimbau warga yang sudah sembuh dan diizinkan kembali ke rumah untuk tetap menjalankan protokol kesehatan ketat dan harus isolasi selama lima hari. Hingga saat ini, Satgas Penanganan Covid-19 Kota Bogor masih menaruh perhatian besar di Griya Melati. Oleh karena itu, status kejadian luar biasa (KLB) masih berlaku dan belum akan dicabut.
”Meski sudah ada banyak penambahan pasien sembuh, hingga saat ini KLB belum dicabut, kami masih full atensi,” ujarnya.