Warga Setu Tangerang Selatan Menjaring ”Cuan” di Rawa-rawa
Warga Setu, Tangerang Selatan, memanfaatkan rawa-rawa untuk sejahtera. Lahan yang bertahun-tahun tidur kini menjadi tempat budidaya ikan dan udang galah yang menjanjikan.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·4 menit baca
Sudah setahun terakhir, sebagian warga dan Karang Taruna Kelurahan Setu lebih sering berada di Rawa Samira. Rawa-rawa seluas 2,7 hektar itu berlokasi di sekitar permukiman warga, dekat Kantor Kelurahan Setu, Tangerang Selatan, Banten.
Di area rawa-rawa yang dulu sawah itu terhampar belasan keramba jaring apung. Ukurannya bervariasi, mulai dari 3 meter x 4 meter hingga 5 meter x 4 meter. Setiap keramba berisi 300-500 ekor ikan. Ada mujair, nila merah, dan nila hitam. Ikan-ikan itu merupakan sisa panen warga pada awal tahun 2021.
Selasa (25/5/2021) siang, Hendra (43) tengah memeriksa kondisi air di kolam terpal pembiakan. Dia menjaring benih-benih ikan untuk melihat ukurannya sebelum memberi mereka makan pelet.
Lelaki yang saban hari disapa Ompong ini sudah enam bulan banting setir dari sebelumnya bekerja di perusahaan kargo menjadi pembudidaya ikan. Ia terkena pemutusan hubungan kerja karena kondisi keuangan perusahaan tak kunjung membaik selama setahun pagebluk.
”Sempat nganggur terus bingung mau ngapain. Umur sudah segini susah cari kerja. Untungnya teman-teman karang taruna ajak gabung budidaya ikan. Alhamdulillah, sudah dua kali panen. Terakhir dapat 120 kilogram, lumayan hasilnya Rp 2,2 juta,” ucapnya.
Udang galah bisa hidup di media kolam terpal, semen, dan tanah. Tidak butuh lahan puluhan hektar. (Didi Sukandi)
Uang pesangon digunakannya sebagai modal usaha. Uang itu menghasilkan dua keramba jaring apung dan ribuan benih ikan yang dibeli dari Parung Panjang, Bogor, Jawa Barat.
Ompong dibantu oleh karang taruna dalam proses pembuatan keramba jaring apung hingga pemeliharaan ikan. Mereka secara otodidak belajar dan mempraktikkan cara membesarkan ikan, memeriksa kondisi air, menangani hama, dan lainnya.
Otodidak
Pertengahan tahun 2020, karang taruna mulai mengajak warga yang tengah menganggur untuk membudidayakan ikan. Mereka mengumpulkan uang Rp 500.000 untuk merakit satu keramba jaring apung dan Rp 250.000 hingga Rp 500.000 untuk membeli benih ikan.
Karang Taruna Kelurahan Setu ingin usaha keramba yang ada sejak program kampung jaga kesehatan warga, aman, religius, dan sejahtera atau Jawara tetap eksis sekaligus berkembang. Adapun kampung Jawara diinisiasi kepolisian dan pemkot untuk menekan laju penyebaran Covid-19.
”Kami ingin berdayakan warga, khususnya yang tidak punya pekerjaan. Kecamatan dan kelurahan mendukung supaya keramba terus berlanjut. Alhamdulillah sudah jalan dan sudah bisa panen,” kata Ade Aulia Rahman, pengurus Karang Taruna Kelurahan Setu.
Menurut lelaki 37 tahun ini, karang taruna dan warga belajar secara otodidak karena belum ada pelatihan yang spesifik. Sejauh ini baru ada satu pelatihan dari kelurahan tentang gambaran umum budidaya ikan.
Awalnya mereka tidak tahu bahwa ada beragam risiko dalam budidaya ikan. Misalnya, serangan hama biawak dan ular serta naiknya permukaan air di rawa-rawa yang bisa meluapkan ikan dari keramba. Belum lagi kondisi air hujan yang mengandung asam bisa menghambat pertumbuhan ikan.
”Kami berproses sampai tahu bahwa keramba jaring apung lebih aman dari luapan air. Sebulan sekali harus kontrol kondisi jaring, ada bolong atau tidak karena biawak dan ular merusak jaring dari bagian bawah. Ikan juga harus dipisah sesuai ukuran supaya pertumbuhannya optimal,” tuturnya.
Saat ini, karang taruna sudah mempunyai lima keramba jaring apung. Setiap keramba dikelola tiga sampai empat warga. Mereka berbagi tugas memberi makan ikan sebanyak 2-3 kali sehari berupa pelet, sayur, dan remah roti serta memastikan kondisi air dan jaring.
Setidaknya sudah berlangsung lima kali panen dengan hasil minimal 30 kilogram. Ikan dijual kepada warga sekitar di kisaran harga Rp 30.000 per kilogram.
Karang taruna berencana menguatkan pengelolaan keramba. Bakal ada manajemen satu pintu melalui karang taruna, pelatihan dari profesional, dan menambah sepuluh keramba jaring apung.
Coba-coba
Warga dan karang taruna dari Kecamatan Setu juga tengah membudidayakan udang galah sejak awal tahun 2021. Benih-benih udang dari Balai Besar Perikanan Budidaya Air Tawar Sukabumi di Jawa Barat itu dikembangbiakkan di kolam terpal dekat rawa-rawa.
Didi Sukandi (35) merupakan pionirnya. Salah satu pengurus Karang Taruna Kecamatan Setu ini awalnya coba-coba membudidayakan udang galah di akuarium. Upayanya berhasil sehingga beralih ke kolam terpal ukuran 2x1 meter dan 3x3 meter di dekat rawa-rawa.
”Udang galah bisa hidup di media kolam terpal, semen, dan tanah. Tidak butuh lahan puluhan hektar. Intinya atur kadar oksigen pakai mesin atau kincir, air tidak dikuras habis karena kadar amoniak sedikit, dan sebulan sekali bersihkan kotoran,” katanya.
Total ada 15.000 benih ukuran 1-3 cm yang telah disebar di kolam terpal dekat Rawa Samira dan di Kelurahan Muncul sejak awal tahun. Pekan lalu, warga uji coba panen dengan hasil rata-rata per kilogram mencapai 50 ekor udang galah. Harga jual per kilogram sebesar Rp 150.000.
Unggahan hasil panen di Facebook memantik minat pembeli dari luar Jawa, yakni Riau dan Kalimantan. Karena itu, warga menargetkan panen perdana pada pertengahan Juni nanti.
”Nilai ekonomisnya tinggi. Kami harus perluas budidaya dengan merangkul warga yang memang antusias dan mau,” ujarnya.
Peluang untuk produktif terhampar di depan mata warga Setu. Persoalannya ialah melek atau punya kemauan untuk memanfaatkannya. Dengan begitu, mereka bisa sejahtera di tengah hantaman pagebluk.