Masyarakat Adat Cibarani Halau Petambang demi Selamatkan Hutan
Masyarakat adat yang sigap dibantu KLHK mencegah Hutan Adat Kasepuhan Cibarani di Gunung Liman, Kabupaten Lebak, Banten, dari ancaman bencana.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
Sebanyak 54 lubang tambang emas nyaris merusak hutan adat Kasepuhan Cibarani di Gunung Liman, Kabupaten Lebak, Banten, yang menjadi sumber kehidupan warga sekitar. Tim gabungan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, TNI, Polri, Pemerintah Kabupaten Lebak, dan masyarakat bergerak menutup lubang tambang emas sekaligus menanam aneka bibit pohon di wilayah hutan adat.
Warga pertama kali mengetahui aktivitas tambang emas ilegal itu pada Februari 2021. Mereka langsung melaporkannya kepada pemangku kepentingan terkait supaya sesegera mungkin ditindaklanjuti.
Namun, para petambang terlebih dulu meningalkan lokasi sebelum datang tim gabungan. Hingga saat ini tim masih berupaya mencari para pelaku.
”Warga resah karena ada aktivitas tambang. Ekosistem rusak, pohon-pohon ditebang dan roboh karena galian. Otomatis fungsi hutan terganggu dan mengancam sumber mata air utama warga sekitar,” ucap Kasubdit Pencegahan dan Pengamanan Hutan Jawa dan Bali Direktorat Jenderal Penegakan Hukum KLHK Taqiuddin dalam operasi gabungan, Kamis (27/5/2021).
Lubang-lubang tambang itu tersebar di dua lokasi pada lereng gunung. Di lokasi pertama terdapat 44 lubang dan 10 lubang lain di lokasi kedua. Rata-rata lubang berdiameter 1-3 meter dengan kedalaman mencapai 4 meter.
Untuk itu, tim gabungan bersama warga menutup lubang dengan tanah bekas galian serta menanam pohon. Total ada 1.200 bibit pohon yang ditanam. Bibit pohon endemik itu antara lain nirmala, puspa, petai, dan jengkol.
Mereka juga memasang setidaknya lima plang di akses masuk dan sekitar lereng gunung. Plang berisi informasi larangan merusak hutan atau menambang di dalam kawasan hutan adat.
Warga tidak berani merusak hutan secara turun-temurun. Kalau rusak dampaknya luar biasa. Sumber kehidupan kami hilang. (Dulhani)
Ketua Adat Kasepuhan Cibarani Dulhani berharap pemulihan dan penghijauan hulu Cibarani yang rusak oleh aktivitas tambang bisa berjalan dengan lancar. Ke depannya tidak ada lagi altivitas tambang karena hutan tersebut sakral bagi kelangsungan hidup warga sekitar.
”Warga tidak berani merusak hutan secara turun-temurun. Kalau rusak dampaknya luar biasa. Sumber kehidupan kami hilang,” ujarnya.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Lebak Nana Sunjana menambahkan, pihaknya terus memantau lahan kritis dan kialitas air di wilayah Lebak. Perlu peningkatan koordinasi seperti yang dilakukan tim gabungan supaya hutan terlindungi.
”Lebak merupakan daerah tangkapan air sehingga hutan harus dijaga dan dilindungi,” katanya.
Sumber kehidupan
Warga desa tampak antusian terlibat dalam operasi gabungan. Sejak pagi, mereka sudah berkumpul di balai desa dengan membawa serta pacul, linggis, dan serokan.
Mereka, dominan lelaki, tidak ingin ketinggalan untuk memulihkan lingkungannya. Apalagi, sebagian besar warga menggantungkan hidup dari hasil kebun dan hutan.
Argadi (50), petani sekaligus penyadap nira, tidak ingin Gunung Liman rusak. Dalam kepercayaan masyarakat setempat, gunung itu merupakan titipan Sang Khalik yang memberikan sumber kehidupan sehingga harus dilestarikan.
”Sumber mata air dari sini, hasil hutan juga. Kalau rusak, kami yang susah,” ujarnya.
Warga lain, Rodum (72), yang bertani, khawatir lubang-lubang galian menimbulkan bencana longsor. Kondisi itu membahayakan warga dan bisa menghilangkan sumber pangan.
”Kalau dibiarkan saja nanti bisa longsor. Sumber pangan kami hilang,” katanya.