Satgas Kota Bogor Evakuasi 58 Warga ke Pusat Isolasi
Kluster perumahan Bubulak, Bogor, bertambah menjadi total 60 kasus positif. Warga yang positif pun dievakuasi ke pusat isolasi untuk mendapatkan perawatan intensif.
Oleh
AGUIDO ADRI
·3 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Satuan Tugas Covid-19 Kota Bogor, Jawa Barat, mengevakuasi 57 warga yang terkonfirmasi positif ke pusat isolasi di Pusat Diklat Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan, Ciawi. Satu warga lainnya dibawa ke Rumah Sakit Karya Bakti Pertiwi. Dengan penambahan hingga hari ini, total kluster perumahan Bubulak mencapai 60 kasus.
Dengan pakaian alat pelindung diri lengkap, petugas mengarahkan warga yang terkonfirmasi positif masuk ke dalam bus dari Dinas Perhubungan dan ambulans Dinas Kesehatan Kota Bogor. Warga yang sebelumnya isolasi mandiri di rumah masing-masing secara bertahap dievakuasi ke pusat isolasi di Pusdiklat BPKP Ciawi untuk mendapatkan perawatan intensif.
”Sampai hari ini tercatat 60 warga Griya Melati terkonfirmasi positif, bertambah dari sebelumnya 46 orang pada Sabtu (22/5/2021) dan 58 orang pada Minggu (23/5/2021). Penambahan ini karena mereka sebelumnya menjalani tes antigen dan hasilnya nonreaktif, lalu saya minta kemarin kembali menjalani tes usap PCR dan hasilnya positif. Kami juga mengevakuasi warga ke pusat isolasi. Dari data, total ada 58 warga,” kata Wali Kota Bogor Bima Arya, Senin (24/5/2021).
Menurut Bima, tes ulang melalui tes usap PCR harus dilakukan agar akurasi klinis lebih akurat dari hasil tes cepat antigen. Bahkan, warga yang sudah menjalani tes usap PCR dan hasilnya negatif pun tetap perlu diperhatikan karena bisa jadi warga itu memiliki gejala klinis Covid-19. Oleh karena itu, semua proses uji klinis harus dilakukan. Hal itu tak lepas dari kekhawatiran munculnya virus varian baru.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Bogor Sri Nowo Retno mengatakan, pihaknya bersama Kementerian Kesehatan memeriksa tes usap PCR di Litbangkes Jakarta melalui proses Whole Genome Sequencing (WGS) terhadap kasus positif sebanyak 13 sampel.
”Yang di-genome sequencing adalah mereka yang PCR-nya positif dan cycle threshold value-nya (CT value) kurang dari 30,” kata Retno.
Saat ini, lanjut Bima, pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan tersebut. Sembari menunggu hasil itu, Satgas Covid-19 Kota Bogor fokus untuk memberikan layanan tes usap PCR kepada warga di posko kesehatan, memenuhi kebutuhan logistik, mengevakuasi warga ke pusat isolasi Pusdiklat Ciawi, dan jika ada yang bergejala berat akan dibawa ke rumah sakit.
”Mudah-mudahan dalam satu minggu keluar hasilnya. Melihat tingkat penyebarannya cepat dan banyak, kami antisipasi jangan sampai ini tren baru. Sementara mereka yang sehat dan dinyatakan negatif tetap diminta untuk karantina atau tidak ke mana-mana. Semua nanti disuplai dan dibantu,” kata Bima.
Yang di-genome sequencing adalah mereka yang PCR-nya positif dan cycle threshold value-nya (CT value) kurang dari 30. (Sri Nowo Retno)
Satgas Covid-19 Kota Bogor terus berupaya melakukan tracing, treatment, dan testing (3T) serta terus memastikan pengawasan ketat protokol kesehatan agar jangan sampai kluster perumahan Bubulak menyebar ke permukiman lain.
”Termasuk pendataan kontak erat siapa saja yang sempat datang ke Griya Melati agar tidak menyebar luas,” kata Bima.
Kepala Kepolisian Resor Kota Bogor Komisaris Besar Susatyo Purnomo Condro menjelaskan, petugas, pengunjung, dan masyarakat lainnya dibatasi secara ketat. Petugas pun dipastikan personelnya tidak berganti-ganti dan memakai alat pelindung diri (APD) maksimal.
Sejumlah awak media yang ingin meliput di dalam kawasan perumahan juga dibatasi dan harus menggunakan APD lengkap. Aturan itu dilakukan untuk keselamatan dan kesehatan pewarta, warga kompleks perumahan, dan masyarakat luas.
Susatyo melanjutkan, pembatasan kegiatan di perumahan Griya Melati harus ketat. Selain itu, karantina bertujuan untuk memisahkan seseorang yang terkena penyakit menular meskipun belum menunjukkan gejala atau dalam masa inkubasi guna mencegah penyebaran kepada orang lain.
Oleh karena itu, ada dua hal yang harus dilakukan, yaitu penanganan bagi yang sakit dan penanganan yang tidak sakit.
”Tugas kita berat, karena untuk penanganan yang tidak sakit, dibagi lagi masyarakat yang sedang karantina, yang sehat, petugas, dan pengunjung. Saya minta penanganan yang lima ini harus benar,” kata Susatyo.