Sepanjang 2021, sedikitnya tiga pasar tradisional di Jakarta terbakar. Jumlah itu menggenapkan kejadian serupa di 39 pasar di seluruh Indonesia.
Oleh
ERIKA KURNIA
·5 menit baca
Abdulrahman tidak bisa berbuat apa-apa pada seluruh buku dagangannya yang basah dan terbakar setelah upaya pemadaman kebakaran pada Senin (18/5/2021). Malam itu, sekitar pukul 21.30, api melibas belasan kios pedagang di sekitar Terminal Senen dan Blok 6 Pasar Senen, Jakarta Pusat, tanpa korban jiwa.
Pedagang buku, termasuk dirinya, yang sudah menutup lapak sejak pukul 18.00 tidak sempat menyelamatkan kios dari kobaran api yang harus dijinakkan dengan 18 mobil pemadam kebakaran.
”Ini buku religi Hidup Sesudah Mati karya Bey Arifin. Saya sudah baca dua bukunya, satu lagi judulnya Hidup Sebelum Mati. Yang menulis ini orang Padang, tetapi tinggal di Surabaya,” ucapnya sambil mengambil satu buku tebal dengan kertas kekuningan yang lembab, dari salah satu rak dalam kios berukuran sekitar 4 meter persegi, Selasa (19/5/2021) siang.
Ini pertama kalinya saya jadi korban kebakaran. Mau enggak mau harus mulai dari nol lagi. (Abdulrahman)
Pria 66 tahun tersebut mengaku telah membaca hampir semua buku yang ia jual. Sejak tahun 80-an, ia berjualan buku sebagai bentuk penyaluran hobi membacanya. Selama ini buku-buku yang yang ia jual, untuk membantu penghidupan ia dan keluarga, selalu mengisi hari-harinya.
”Sekarang habis semua bukunya. Ini pertama kalinya saya jadi korban kebakaran. Mau enggak mau harus mulai dari nol lagi,” ujarnya yang baru sempat sehari membuka kios bukunya setelah seminggu libur Lebaran.
Tidak hanya buku-buku di dalam deretan belasan kios berbahan seng tersebut, barang dagangan lain dari lima lapak pedagang kecil di pinggir Jalan Pasar Senen ludes terbakar. Lapak tersebut menyempil di pinggir lahan kosong yang sepengetahuan pedagang akan dipakai untuk proyek pembangunan pasar baru.
Meski hanya mengisi area seluas kurang dari 250 meter persegi, lapak-lapak di lokasi strategis tersebut telah puluhan tahun menjadi sumber penghidupan pedagang lainnya. Namun, kerugian akibat kebakaran semakin menambah tekanan di tengah belum pulihnya aktivitas perdagangan karena pandemi Covid-19.
Farhan, asisten pedagang di kios sepatu yang ludes terbakar, masih sedikit trauma dengan peristiwa ia saksikan dengan mata kepalanya. ”Awalnya saya sedang main catur dengan teman saya yang punya kios. Tiba-tiba ada orang yang bilang ada api di belakang kios-kios ini. Apinya ternyata sudah tinggi dan langsung merambat ke pinggir jalan, panas banget,” tutur Farhan.
Sambil berjongkok menatap puing-puing kios dan barang yang terbakar, ia menuturkan, sejumlah pedagang dan warga yang ada di sekitar lokasi kebakaran mencoba menjinakkan api dengan air seadanya, termasuk dari air toilet di Pasar Senen Blok VI. Ia dan yang lainnya tidak menggunakan alat pemadam kebakaran seperti hidran yang memang tidak terlihat di sekitar.
Pria beruban itu pun mengaku tidak pernah mendapat sosialisasi untuk memitigasi bencana kebakaran. ”Enggak tahu, ya, kalau buat pedagang di sini. Kalau sosialisasi buat pedagang di pasar yang ada blok-bloknya setahu saya suka ada sesekali,” kata ujarnya.
Peristiwa kebakaran memang sering terjadi di Pasar Senen. Harian ini telah memberitakan kebakaran di kawasan tersebut sejak tahun 1972. Kebakaran melanda berbagai pertokoan pedagang, seperti onderdil kendaraan, konfeksi, pakaian, hingga buku. Puluhan hingga ribuan pedagang pernah menjadi korban di setiap kejadian.
Sebagian pedagang yang pernah menjadi korban beruntung karena direlokasi ke tempat usaha baru. Seperti 1.500 pedagang korban kebakaran Blok 1 dan 2 Pasar Senen Jaya tahun 2017, yang diprioritaskan untuk pindah ke lokasi sama yang direvitalisasi dan dijanjikan selesai pada 2022 (Kompas, 21/11/2019).
Proyek yang berlokasi di dekat perempatan Senen dan seberang Stasiun Pasar Senen ini dikerjakan secara bertahap oleh PT Jaya Real Property Tbk. Pengerjaan memakan biaya Rp 900 miliar.
Terus mengancam
Meski demikian, kebakaran masih terus mengancam para pedagang pasar di Jakarta. Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI) mencatat, sepanjang kalender berjalan 2021, sebanyak tiga pasar di Jakarta alami kebakaran.
Selain Pasar Senen, musibah sama terjadi di Pasar Inpres, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, pada 12 April dan Pasar Lontar di Tanah Abang, Jakarta Pusat, pada 8 April. Jumlah itu menggenapkan kejadian di 39 pasar seluruh Indonesia.
Ketua Bidang Informasi dan Komunikasi DPP IKAPPI Muhammad Ainun Najib menyebutkan, penyebab kebakaran beragam, mulai dari arus pendek listrik atau korsleting, pembakaran sampah, hingga puntung rokok. Adapun tren saat ini disebabkan korsleting arus listrik.
Percepat pembenahan
Dengan maraknya peristiwa kebakaran pasar di Jakarta belakangan ini, dia mengatakan, ini membuktikan bahwa Pemerintah DKI Jakarta kurang peduli terhadap pasar tradisional.
”Hingga saat ini belum ada langkah konkret, selain hanya sekadar wacana untuk melindungi pasar dari bahaya kebakaran, seperti upaya menyiapkan hidran dan air, juga APAR (alat pemadam api ringan) di sudut-sudut pasar,” kata Ainun.
Senada, ahli kebakaran dan dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, Fatma Lestari, mengatakan, sistem perlindungan kebakaran di pasar harus diperketat. Sistem itu mulai dari sistem peringatan dini seperti alarm, sistem pemadaman seperti APAR dan sprinkle, serta edukasi untuk pedagang dan pengunjung pasar terkait pencegahan hingga penanggulangan.
”Seberapa pun kecilnya kios pedagang, omzetnya, kan, lumayan, jadi perlu perlindungan ketat. Ketika sudah ada sistem perlindungan pun perlu terus dipastikan apa sistemnya berfungsi dan bisa difungsikan oleh penghuni pasar,” katanya.
Terkait faktor kelistrikan sebagai penyebab kebakaran, Fatma mengingatkan, agar pemilik kios cermat dalam menggunakan barang elektronik. Penggunaan MCB (miniature circuit breaker), untuk pengamanan dengan memutus arus saat ada kelebihan beban listrik, perlu juga dimiliki setiap kios.
Penataan pasar, termasuk dari pedagang liar, juga dinilai penting untuk menghindari bencana kebakaran. Namun, penataan harus dilakukan dengan menghindari risiko-risiko yang dapat membahayakan penghuni pasar dan masyarakat sekitar. ”Jadi, memang banyak hal yang perlu dibenahi,” ujarnya.
Bagaimanapun, sebagai pusat perputaran ekonomi daerah, di mana banyak orang yang menggantungkan hidupnya, pasar perlu dijaga keamanannya dari risiko kebakaran oleh semua pihak. Hal ini tidak terkecuali dengan kawasan Pasar Senen yang terus menata diri.