”Fly Over” Cakung Beroperasi dengan Disertai Sistem Satu Arah
Jalan layang Cakung beroperasi sejak 18 Mei 2021 dan diperhitungkan bisa mengurangi kemacetan hingga 20 persen di kawasan tersebut.
Oleh
Helena F Nababan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Dinas Bina Marga dan Dinas Perhubungan DKI Jakarta memastikan fly over atau jalan layang Cakung, Jakarta Timur, sudah beroperasi secara permanen sejak 18 Mei 2021. Pengoperasian jalan layang itu didukung dengan rekayasa sistem satu arah dan diperkirakan dapat mengurangi kemacetan hingga 20 persen.
Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho, Kamis (20/5/2021), menjelaskan, jalan layang Cakung sudah dilakukan dua kali uji coba. Uji coba pertama dilaksanakan pada 19-20 April 2021. Dari evaluasi uji coba pertama, perlu adanya penambahan marka dan rambu jalan. Setelah penambahan marka dan rambu, jalan layang Cakung diuji coba lagi pada 11-17 Mei lalu.
”Dari uji coba tahap kedua itulah diputuskan, 18 Mei jalan layang Cakung beroperasi permanen. Pengoperasian didukung rekayasa lalu lintas sistem satu arah di kawasan sekitar fly over,” kata Hari.
Untuk pelaksanaan sistem satu arah, tambah Hari, Bina Marga DKI Jakarta berkoordinasi dengan Satlantas Jakarta Timur dan Suku Dinas Perhubungan Jakarta Timur.
Sistem satu arah juga bertujuan mencegah kemacetan dan mengurangi potensi kecelakaan. (Benhard Hutajulu)
Kepala Suku Dinas Perhubungan Jakarta Timur Benhard Hutajulu secara terpisah menjelaskan, rekayasa lalu lintas sistem satu arah dipilih karena sistem itu yang terbaik, baik dari sisi ketertiban, keamanan, maupun kelancaran. ”Sistem satu arah juga bertujuan mencegah kemacetan dan mengurangi potensi kecelakaan,” kata Hutajulu.
Keberadaan fly over Cakung memudahkan warga yang hendak menuju arah Bekasi. Warga yang hendak ke Bekasi dengan melewati jalan layang Penggilingan akan bergeser dengan menggunakan jalan layang Cakung sehingga kemacetan di Penggilingan bisa terurai.
Dengan sistem satu arah, menurut Hutajulu, ada perubahan rute pergerakan kendaraan di kawasan Cakung. Kendaraan dari arah Jalan I Gusti Ngurah Rai menuju Jalan Raya Pulogebang, setelah melalui jalan layang Cakung, mesti belok kiri ke arah Jalan Cakung Cilincing Barat kemudian berputar balik di jalan layang Sentra Primer, lalu menuju Jalan Raya Pulogebang.
Kendaraan dari arah Jalan I Gusti Ngurah Rai menuju Jalan Gardenia setelah melalui fly over Cakung, berbelok kiri ke arah Jalan Cakung Cilincing Barat, lalu berputar balik di kupingan jalan layang Sentra Primer. Selanjutnya kendaraan diarahkan menuju Jalan Sentra Primer Timur (Terminal Pulogebang) lalu berbelok kiri ke Jalan Cakung Cilincing Timur.
Untuk kendaraan dari arah Jalan I Gusti Ngurah Rai menuju Wali Kota Jakarta Timur melalui jalan layang Cakung, diarahkan berbelok ke kiri ke Jalan Cakung Cilincing Barat lalu menuju ke arah Jalan Sumarno.
Kendaraan yang ingin memasuki ruas tol dari arah Jalan I Gusti Ngurah Rai, setelah melalui jalan layang Cakung, diarahkan berbelok ke kiri ke arah Jalan Cakung Cilincing Barat untuk berputar balik di kupingan jalan layang Sentra Primer. Setelah berputar balik, kendaraan bisa melaju menuju Jalan Sentra Primer Timur (Terminal Pulogebang), lalu berbelok ke kiri ke Jalan Cakung Cilincing Timur atau pintu masuk tol.
Kendaraan yang ingin memasuki ruas jalan tol dari arah Jalan Gardenia, Jalan Raya Pulogebang, dan Jalan Warga Bhakti, diarahkan melalui Jalan Cakung Cilincing Timur, kemudian putar arah ke Jalan Cakung Cilincing Barat. Di kupingan jalan layang Sentra Primer, kendaraan berputar balik untuk menuju Jalan Sentra Primer Timur (Terminal Pulogebang), kemudian berbelok ke kiri ke Jalan Cakung Cilincing Timur atau pintu masuk tol.
Sementara kendaraan yang melaju dari arah Jalan Raya Pulogebang menuju Jalan I Gusti Ngurah Rai diarahkan melalui Jalan Sentra Primer Timur (Terminal Pulogebang), kemudian berbelok ke kiri ke Jalan Cakung Cilincing Timur dan berputar arah ke Jalan Cakung Cilincing Barat. Setelahnya belok kiri ke jalan layang Cakung.
Hutajulu menambahkan, dengan penerapan sistem satu arah, kemacetan bisa dikurangi hingga 20 persen. ”Saat ini memang kemacetan di Sumaro itu baru sewaktu-waktu saja karena perkantoran masih WFH, sekolah Al Azhar di situ sedang off. Nah, perkiraan kami, kemacetan sekitar 20 persen bisa terurai,” tuturnya.
Di samping mengurangi kemacetan, keamanan juga diharapkan terwujud. Itu karena di Jalan Cakung Cilincing sisi barat yang keluar tol, jalan sempit dua arah. Kemudian warga banyak yang berputar balik di area itu, melawan arus, langsung putar balik ke Stasiun Cakung. Akibatnya, pada pagi hari, orang sering ”bersenggolan”, terjadi tabrakan di kawasan itu.
Dengan beroperasinya jalan layang Cakung, Hutajulu melanjutkan, lalu lintas menjadi lebih lancar dan lebih tertib. ”Saat ini memang masih ada warga yang memotong jalan, bandel. Namun, seiring sosialisasi terus-menerus, warga diharapkan sadar demi kelancaran, ketertiban, arus lalu lintas secara keseluruhan, serta mengurangi kemacaten dan tabrakan senggolan pagi-pagi,” kata Hutajulu.
Menurut Hari Nugroho, beroperasinya jalan layang Cakung mempermudah warga melintas atau bergerak dari barat ke utara atau sebaliknya. Selanjutnya, setelah pengoperasian di Cakung, Bina Marga DKI belum akan melakukan pembangunan jalan layang ataupun terowongan (underpass) lain yang diperlukan.
”Belum, masih melihat skala prioritas dan anggaran kalau tersedia. Jadi, masih dalam kajian untuk program selanjutnya,” katanya.
Infrastruktur jalan layang Cakung merupakan satu dari empat infrastruktur yang diselesaikan Dinas Bina Marga DKI Jakarta dengan dana pinjaman pemulihan ekonomi nasional senilai Rp 835 miliar yang cair pada 2020 dan 2021. Dana itu digunakan untuk membangun enam infrastruktur, di antaranya jalan layang Cakung, jalan layang Lenteng Agung, jalan layang Tanjung Barat, dan terowongan Senen.