DKI Jakarta Bersiap Antisipasi Lonjakan Covid-19 Seusai Mudik
Pengetatan masuk DKI Jakarta dari luar Jabodetabek ada dua langkah, yakni pemeriksaan sebelum masuk dan sebelum sampai di tempat tinggal.
Oleh
Helena F Nababan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Unsur pimpinan daerah di wilayah DKI Jakarta sama-sama siaga menghadapi arus balik Lebaran 2021, mengantisipasi lonjakan kasus Covid-19. Penapisan dilakukan dengan memperketat dan memantau pergerakan penduduk yang masuk wilayah Jakarta secara berlapis.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan seusai rapat koordinasi Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) yang juga dihadiri Pangdam Jaya Mayor Jenderal TNI Dudung Abdurachman dan Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal (Irjen) Fadil Imran, Jumat (14/5/2021), di Balai Kota DKI Jakarta menjelaskan, langkah pengetatan arus balik perlu dilakukan karena setiap ada pergerakan penduduk yang cukup besar, pekan-pekan sesudahnya terjadi kenaikan kasus Covid-19. Untuk itu, setiap pergerakan masuk akan dipantau berlapis.
Pertama adalah dengan melakukan screening atau pemeriksaan di pintu masuk Jakarta dan Jabodetabek. Untuk kendaraan pribadi, akan dilakukan pemeriksaan acak bagi mereka yang masuk.
Bagi masyarakat yang masuk Jakarta dengan menggunakan kendaraan umum, seperti pesawat, kapal laut, ataupun kereta api, sudah dilakukan pemeriksaan antigen sebelum berangkat. Dengan begitu, dilakukan pendeteksian yang lebih baik untuk warga yang masuk kawasan Jakarta dan bergejala atau berpotensi membawa Covid-19.
Langkah kedua adalah komunitas. Gugus tugas di RT dan RW berkoordinasi dengan jajaran camat, lurah, dan Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas) akan bersama-sama melakukan pendataan atas warga yang masuk ke wilayah itu.
”Jadi, ketua RT, RW, dan gugus tugasnya akan melakukan monitoring sehingga seluruh warga yang datang akan dilakukan pemantauan, dicek kondisinya, dipastikan bahwa yang bersangkutan sehat, tidak bergejala, dan akan dilakukan pengetesan rapid antigen,” ujar Anies.
Dengan begitu, pengetatan masuk DKI Jakarta dari luar Jabodetabek ada dua langkah. Pertama, pemeriksaan sebelum masuk dan yang kedua sebelum sampai di tempat tinggal.
”Nanti kita akan ada aplikasi khusus yang akan digunakan ketua RT dan ketua RW untuk mereka yang melakukan pelaporan dua kali sehari atas kondisi di wilayahnya,” ujar Anies.
Kapolda Metro Jaya Irjen Fadil Imran di Balai Kota DKI Jakarta menjelaskan, langkah-langkah antisipasi yang diambil Forkopimda DKI Jakarta adalah berdasarkan data pergerakan orang keluar masuk Jabodetabek sebelum masa pelarangan mudik berlaku 6-17 Mei 2021. Data Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya mencatat ada satu juta orang keluar masuk Jabodetabek sebelum periode larangan mudik.
”Jumlah kendaraan yang keluar-masuk di Gerbang Tol Cikupa dan Cikarang Barat itu sekitar 700.000. Kemudian data penumpang melalui kereta api dan udara sekitar 300.000,” kata Fadil.
Selain masyarakat yang mudik menggunakan kendaraan roda empat, kereta api, dan pesawat, jelas Fadil, juga banyak masyarakat yang menggunakan sepeda motor menuju wilayah lain di Pulau Jawa. Para pemudik sepeda motor disebut melintas dari wilayah Kedungwaringin menuju ke arah Jawa Tengah dan Jawa Timur. ”Ada sekitar 100.000 hingga 200.000 masyarakat yang tetap nekad pulang kampung,” ujarnya.
Meskipun ada 1 juta pergerakan warga keluar Jakarta sebelum pelarangan mudik, Fadil mengklaim, penyekatan mudik 2021 efektif mengurangi pergerakan keluar masuk DKI Jakarta hingga 50 persen. ”Dengan pencegahan di basis komunitas, kita harap bisa diantisipasi lebih dini, bisa dijaga bersama,” kata Anies.
Anies menambahkan, untuk screening berlapis di basis komunitas, segera akan ada pertemuan khusus melibatkan seluruh ketua RT dan RW, camat, lurah, dan Bhabinkamtibmas. Tujuannya supaya bisa bekerja secara sinkron sampai ke bawah.