Empat Hari Jelang Lebaran, Masih Banyak Warga yang Nekat Mudik
Pada empat hari jelang hari raya Idul Fitri 1442 Hijriah, masih banyak warga Jakarta dan sekitarnya yang hendak mudik. Situasi ini terpantau di berbagai jalur transportasi.
Oleh
ERIKA KURNIA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pada empat hari jelang hari raya Idul Fitri 1442 Hijriah, yang diproyeksikan jatuh pada 13 Mei 2021, masih banyak masyarakat dari wilayah Jakarta yang hendak mudik. Situasi ini tergambar dari data penyekatan di berbagai jalur transportasi.
Sejak hari pertama larangan mudik, Kamis (6/5) hingga Minggu (9/5), personel gabungan Operasi Ketupat di wilayah Jakarta Raya memutarbalikkan 13.101 kendaraan, dari total 29.943 kendaraan yang diperiksa di wilayah hukum Polda Metro Jaya. Jumlah itu meningkat signifikan dari akumulasi kendaraan yang diputarbalikkan selama tiga hari pemberlakuan larangan mudik, yaitu sebesar 7.876 kendaraan.
”Kendaraan itu diminta balik di 21 titik penyekatan dan 21 titik pengecekan,” kata Direktur Lalu Lintas Kepolisian Daerah Metro Jaya Komisaris Besar Sambodo Purnomo Yogo dalam keterangannya, Senin (10/5/2021).
Motor menjadi jenis kendaraan yang paling banyak diputarbalikkan dengan total sampai 7.525 unit. Menyusul mobil pribadi yang mencapai 4.510 unit, angkutan penumpang 887 unit, dan kendaraan jenis roda empat barang sebanyak 179 unit.
Di jalur perairan, Direktorat Jenderal Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan juga menggagalkan rombongan masyarakat yang hendak mudik melalui Teluk Jakarta, dalam hari pertama patroli laut, kemarin. Para pemudik tersebut juga diberi sanksi berupa teguran dan diwajibkan untuk putar balik.
Direktur Kesatuan Penjagaan Laut dan Pantai (KPLP) Ahmad, yang turun langsung ke lapangan menyebut, patroli laut dilakukan dalam rangka pengawasan pelaksanaan pengendalian transportasi laut Idul Fitri 1442 H, sesuai Surat Edaran Satgas Covid-19 dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 13 Tahun 2021.
”Kami mendapati sekelompok masyarakat yang melakukan upaya mudik menggunakan kapal service boat dari wilayah pesisir Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta,” kata Ahmad dalam keterangan tertulis kemarin.
Service boat merupakan kapal penunjang bagi kapal-kapal yang berlabuh jangkar yang berfungsi melayani kebutuhan kapal. Namun, belakangan, sejumlah kapal yang beroperasi di sepanjang pesisir Teluk Jawa dilaporkan digunakan untuk mengangkut penumpang, bahkan tanpa alat perlindungan, seperti baju pelampung.
Kami mendapati sekelompok masyarakat yang melakukan upaya mudik menggunakan kapal service boat dari wilayah pesisir Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta.
”Kami menemukan tiga kapal service boat yang mengangkut warga ke wilayah Cirebon dan sekitarnya. Kapal-kapal ini telah kami hentikan dan penumpangnya kami berikan penjelasan dan pengertian agar mereka kembali ke tempat semula,” tuturnya.
Syahbandar Tanjung Priok, Distrik Navigasi Tanjung Priok, Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Sunda Kelapa dan Pangkalan Penjagaan Laut dan Pantai (PLP) Tanjung Priok pun memperketat pengawasan terhadap kapal-kapal tersebut, baik yang berada di pesisir maupun yang melintas di Teluk Jakarta.
Direktur Kenavigasian Hengki Angkasawan mengatakan, kapal negara kenavigasian diterjunkan untuk membantu pengawasan di perairan Teluk Jakarta. Hengki memastikan Vessel Traffic Services (VTS) Tanjung Priok terus memonitor pergerakan kapal di wilayah Tanjung Priok dan sekitarnya serta memastikan penerimaan dan pengiriman pesan melalui radio kapal terlaksana dengan baik untuk terwujudnya keselamatan pelayaran.
”Patroli laut juga bertujuan untuk mengamankan perairan Teluk Jakarta dari para pendatang ilegal selama masa larangan mudik tahun 2021. Sementara kapal penumpang atau kapal niaga yang resmi masuk Pelabuhan Tanjung Priok akan diperlakukan persyaratan dan pemeriksaan ketat sesuai Surat Edaran Kemenkes RI dan Satuan Tugas Covid-19,” tuturnya.
Nonmudik
Adapun masyarakat Jakarta yang perlu melakukan kegiatan perjalanan yang dikecualikan selama masa larangan mudik banyak memanfaatkan layanan kereta api jarak jauh. Pada periode sama, PT Kereta Api Indonesia (KAI) Persero telah memberangkatkan lebih dari 5.000 penumpang yang dikecualikan atau berkebutuhan khusus dari wilayah DKI Jakarta.
Kepala Humas PT KAI Daop I Jakarta Eva Chairunisa menyampaikan, pada hari Minggu kemarin tercatat ada 1.200 penumpang yang diizinkan melakukan perjalanan dengan kereta jarak jauh. Jumlah itu menggenapkan 4.000 penumpang yang telah pergi dengan pengecualian selama periode 6-8 Mei 2021.
Vice President Public Relations KAI Joni Martinus mengatakan, sejauh ini pemberangkatan kereta api jarak jauh (KAJJ) berjalan lancar, serta pelayanan di stasiun yang juga terkendali. Hal itu karena hanya penumpang yang memenuhi persyaratan yang diperkenankan naik dan itu pun terbatas.
”Kepentingan perjalanan sejauh ini didominasi oleh perjalanan dinas atau bekerja,” kata Joni yang dihubungi di Jakarta.
Di seluruh wilayah operasional PT KAI, sebanyak 16.971 penumpang yang dikecualikan menggunakan kereta jarak jauh diberangkatkan sejak 6-9 Mei 2021. Selama periode itu, sebanyak 1.426 orang tidak diizinkan naik karena tidak memenuhi syarat perizinan.
”Mereka yang tidak diizinkan naik kereta, misalnya, karena tanda tangan surat izin bukan dari setingkat lurah atau kepala desa, tetapi RT/RW. Kemudian, ada yang tidak memiliki surat tugas,” kata Joni.
Ia mengingatkan, calon penumpang yang berkasnya sudah lengkap tidak datang terlalu dekat dengan jadwal keberangkatan kereta karena ada proses verifikasi berkas terlebih dahulu. Jika keberangkatan di malam hari, calon penumpang sudah bisa melakukan verifikasi dari siang hari kepada petugas verifikasi yang sudah berjaga. ”Tujuannya agar tidak tertinggal jadwal keretanya,” ujarnya.