Warga Kembali Cemaskan Penularan Covid-19 meski Telah Divaksinasi
Warga yang telah divaksinasi mencemaskan tren penambahan kasus Covid-19 di Jakarta menjelang Lebaran kali ini. Kecemasan makin menjadi-jadi lantaran sebagian orang tetap terpapar Covid-19 setelah divaksinasi.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sejumlah warga yang telah menjalani vaksinasi mencemaskan tren penambahan kasus Covid-19 di Jakarta menjelang libur Lebaran. Mereka semakin waspada lantaran paparan virus korona tetap mengancam sebagian orang yang sudah divaksinasi.
Kecemasan warga itu muncul saat penularan Covid-19 di kluster perkantoran Jakarta sempat meningkat beberapa pekan terakhir. Pada periode 5-11 April 2021, terdapat 157 kasus positif Covid-19 di 78 kantor. Lalu, pada periode 12-18 April, ada 425 kasus positif di 177 kantor. Meski begitu, pada periode 19-25 April, kasus positif menurun menjadi 68 kasus di 27 kantor.
Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Widyastuti sebelumnya menyatakan ada kejanggalan banyak kasus kluster penularan terjadi di perkantoran yang pegawainya sudah divaksinasi. Dalam keterangan tertulis, Rabu (28/4/2021), Widyastuti menekankan kembali bahwa vaksinasi bukan berarti sudah bebas 100 persen dari Covid-19.
Tetap adanya potensi tertular Covid-19 meski telah divaksinasi membuat sejumlah warga tambah waspada saat berkegiatan.
Tetap adanya potensi tertular Covid-19 meski telah divaksinasi membuat sejumlah warga tambah waspada saat berkegiatan. Agus Julianto (40), warga Jakarta Selatan, yang ditemui Kamis (29/4/2021), kembali mengenakan masker saat bersepeda menuju kantornya di kawasan Lapangan Banteng, Jakarta Pusat. Padahal, setelah divaksin beberapa waktu lalu, dia sempat tidak memakai masker saat bersepeda.
Pegawai Kementerian Keuangan ini mencermati instruksi terbaru dari kantor terkait kewaspadaan penularan Covid-19 di kluster perkantoran. Karena bertambahnya kasus belakangan, Agus yang sudah menjalani vaksinasi pada akhir Maret lalu pun jadi kembali mengenakan masker saat beraktivitas.
”Belakangan saya diwanti-wanti kantor agar waspada dengan kluster perkantoran. Meskipun sudah vaksinasi, ternyata ada kabar beberapa rekan masih terpapar juga. Saya ingin lebih jaga-jaga karena kelihatannya kasus Covid-19 menunjukkan penambahan lagi,” jelasnya, Kamis siang.
Deetje (70), warga Grogol Petamburan, Jakarta Barat, juga mewaspadai paparan Covid-19 pada orang yang telah menjalani vaksinasi baru-baru ini. Pekan lalu, dia melihat pemberitaan di televisi bahwa istri Gubernur Jawa Barat, Atalia Praratya, positif Covid-19 meski telah mendapat dosis vaksin lengkap.
Dari pemberitaan itu, Deetje belajar untuk berhati-hati saat berkegiatan di luar rumah. Dalam beberapa kesempatan, Rabu kemarin, ia mengetatkan lagi penggunaan masker serta pelindung wajah. Deetje yang telah divaksinasi pada awal April masih khawatir terkena Covid-19.
”Saya cuma lihat berita, ada yang sudah divaksinasi, tetapi tetap positif Covid-19. Makanya, saya disiplinkan lagi protokol kesehatan di rumah bersama suami. Apalagi kami berdua kalangan lansia yang tergolong rentan terpapar virus itu,” tuturnya.
Heryati (59), warga Jakarta Barat, juga mengetatkan protokol kesehatan karena imbauan pengurus di tingkat kelurahan. Hal itu juga sebagai kewaspadaan kembali mengingat warga lansia masih rentan terpapar Covid-19.
”Beberapa hari ini sosialisasi protokol kesehatan gencar lagi karena ada orang yang kena (Covid-19) walau sudah divaksin. Saya coba ikuti karena ancaman kesehatan dari Covid-19 itu nyata dan sempat ada anggota keluarga yang tertular,” ungkapnya.
Belum sepenuhnya
Ketua Pengurus Daerah Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) DKI Jakarta Baequni menjelaskan, vaksinasi yang berjalan kini memang belum bisa melindungi seseorang secara 100 persen. Hal ini mengacu pada tingkat efikasi atau kemanjuran sejumlah produk vaksin Covid-19 yang masih berkisar 60 persen.
Pada vaksin Covid-19 Sinovac, misalnya, diketahui tingkat efikasinya 65 persen. Hal ini berarti setelah dua dosis vaksinasi, risiko untuk terinfeksi Covid-19 turun dibandingkan orang yang tidak divaksinasi.
”Dengan kondisi itu, berarti masih ada potensi paparan bagi orang yang telah divaksinasi. Namun, itu bukan berarti vaksin tidak berguna. Vaksin tetap memberi perlindungan, hanya efeknya mungkin beragam pada setiap orang,” tuturnya.
Baequni menambahkan, vaksinasi berguna untuk meningkatkan sistem imun dalam menangkal SARS-CoV-2 yang kadarnya bisa berbeda pada setiap orang. Hal ini bisa dipengaruhi oleh genetik, usia, faktor gizi dan nutrisi, hingga penyakit komorbiditas.
Karena efek vaksin yang mungkin berbeda pada tiap orang, protokol kesehatan masih menjadi senjata utama penangkal Covid-19. Protokol memakai masker, mencuci tangan, serta menjaga jarak sedikitnya mencegah penularan virus yang berasal dari percikan saat batuk dan bersin. (Baequni)
Karena efek vaksin yang mungkin berbeda pada tiap orang, Baequni menekankan protokol kesehatan masih menjadi senjata utama penangkal Covid-19. Protokol memakai masker, mencuci tangan, serta menjaga jarak sedikitnya mencegah penularan virus yang berasal dari droplet atau percikan saat batuk dan bersin.
Secara terpisah, Juru Bicara untuk Vaksinasi dari Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi menyebut ada potensi kendurnya protokol kesehatan di perkantoran. Kendati sudah vaksinasi, kepadatan mobilitas serta kendurnya protokol kesehatan meningkatkan risiko orang terpapar Covid-19.
”Saya melihat protokol kesehatan cenderung kendur, terutama di perkantoran. Dalam kondisi itu, ada kemungkinan juga efek vaksin belum bekerja bagi sebagian orang yang baru saja mendapat dosis kedua. Saya mengingatkan bagi mereka yang sudah divaksinasi sebaiknya jangan lantas merasa kebal dan tidak patuh protokol kesehatan,” katanya.