Kolaborasi BUMN dan BUMD Kelola Kota Tua-Sunda Kelapa Jadi Obyek Wisata Kelas Dunia
Untuk mengelola Kota Tua-Sunda Kelapa, Pemprov DKI berkolaborasi dengan pemerintah pusat melalui perusahaan modal bersama antara BUMD dan BUMN. Kawasan Kota Tua dan Sunda Kelapa cukup populer di Jakarta.
Oleh
Helena F Nababan
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Untuk mempercepat pengembangan kawasan Kota Tua-Sunda Kelapa sebagai destinasi wisata kelas dunia di utara Jakarta, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan pemerintah pusat. Kerja sama melalui badan usaha milik daerah Pemprov DKI Jakarta dan badan usaha milik negara itu direncanakan membentuk usaha patungan atau joint venture sebagai pengelola pengembangan kawasan tersebut.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan di halaman Museum Fatahillah, Kota Tua, Jakarta Barat, Rabu (28/4/2021), pada acara penandatanganan head of agreement (HOA) antara Jakarta Experience Board/PT Jakarta Tourisindo (JXB), PT Pengembangan Pariwisata Indonesia (Persero) atau dikenal
sebagai Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC), dan PT Moda Integrasi Transportasi Jabodetabek (MITJ), mengatakan, transformasi kawasan Kota Tua-Sunda Kelapa sudah pernah dicanangkan sejak masa Gubernur Ali Sadikin. Namun, kali ini dilaksanakan dengan cara baru.
Cara baru tersebut adalah kolaboratif, masif, dan terstruktur. Kolaboratif adalah melibatkan banyak pihak, pusat, daerah, swasta, UKM, dan pakar. Lalu, masif karena yang dikelola bukan hanya sejumlah bangunan saja, melainkan kawasan seluas 240 hektar dari Sunda Kelapa hingga Kota Tua. Kemudian, terstruktur karena penataan akan melalui pembentukan usaha patungan atau joint venture (JV) di antara tiga entitas bisnis dari BUMD dan BUMN yang diberi banyak fleksibilitas dan otoritas untuk mengelola.
Untuk mewujudkan penataan yang terstruktur itulah penandatanganan dokumen perjanjian pokok (HOA) oleh ketiga entitas bisnis itu dilakukan. Penandatanganan dokumen dilakukan oleh Direktur Utama JXB Novita Dewi, Direktur Utama ITDC Abdulbar M Mansoer, dan Direktur Utama PT MITJ Tuhiyat.
Kolaborasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah (BUMN dan BUMD) dalam merevitalisasi Kota Tua dan Sunda Kelapa melalui joint venture ini bertujuan membangkitkan kawasan Kota Tua-Sunda Kelapa menjadi destinasi wisata kelas dunia. Pembentukan perusahaan sebagai pengelola kawasan juga diharapkan menjadi angin segar bagi percepatan perkembangan kawasan Kota Tua-Sunda Kelapa sebagai destinasi wisata yang ramah pejalan kaki di utara Jakarta.
Tidak hanya mendongkrak sektor pariwisata, pengelolaan kawasan juga diharapkan memberikan kontribusi dengan menggerakkan roda perekonomian dan meningkatkan kesejahteraan warga sekitar kawasan Kota Tua-Sunda Kelapa. Salah satu tujuannya yaitu memulihkan sektor pariwisata yang sempat terpuruk selama pandemi Covid-19.
Direktur Utama JXB Novita Dewi mendukung langkah kolaborasi antara pusat dan daerah melalui JV ini. JXB menilai kawasan Kota Tua memiliki potensi sebagai kawasan wisata kelas dunia.
”Selama ini banyak sekali stakeholders yang terkait dengan Kota Tua, tetapi tidak ada sistem yang menghubungkan antar-stakeholders. Dengan kolaborasi, kita dapat melakukan pengelolaan yang efisien untuk mewujudkan Kota Tua sebagai magnet baru pariwisata Jakarta, bahkan Indonesia,” jelas Novita.
Keterlibatan ITDC sebagai BUMN pariwisata dalam pengembangan Kota Tua-Sunda Kelapa ini juga merupakan langkah yang tepat. Ini mengingat daya tarik di kedua lokasi tersebut berupa bangunan dan fasilitas yang mayoritas merupakan aset milik BUMN, seperti Pelabuhan Sunda Kelapa (Pelindo 2), Stasiun Kota/BEOS (KAI), dan Museum Bank Mandiri (Bank Mandiri).
Dengan pengalaman yang dimiliki ITDC dalam mengembangkan kawasan pariwisata kelas dunia, diyakini akan mampu memaksimalkan nilai bangunan-bangunan tua milik BUMN di kawasan tersebut menjadi sebuah aset pariwisata sekaligus memberikan nilai tambah untuk dikembangkan menjadi aset properti yang prospektif di kawasan heritage.
Dalam JV itu, ketiga entitas bisnis tersebut akan saling bersinergi dalam pengelolaan, sesuai rekam jejak dan reputasi yang baik di bidang masing-masing. ITDC yang berpengalaman dalam pengembangan dan pengelolaan kawasan pariwisata kelas dunia akan mendorong tersedianya fasilitas sekelas bintang lima atau kelas dunia.
JXB yang berpengalaman sebagai operator dan penyelenggara event dapat memastikan terselenggaranya event berskala internasional. Sementara MITJ akan memastikan integrasi transportasi, baik di dalam maupun luar kawasan.
Direktur Utama PT MITJ Tuhiyat mengatakan, dalam aspek pengintegrasian transportasi publik, kawasan ini nantinya akan terhubung melalui stasiun commuterline eksisting, yaitu Stasiun Beos (Kota Tua) dan stasiun MRT yang terintegrasi secara underground yang kini telah masuk dalam pembangunan MRT Fase 2A (CP203) yang ditargetkan selesai pada 2027.
”Ditambah lagi tersedianya jalur BRT Transjakarta kian memudahkan perjalanan bagi warga yang akan berkunjung ke kawasan ini hingga menunjang aksesibilitas kawasan yang tinggi. Kota Tua-Sunda Kelapa juga diproyeksikan menjadi Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN),” ujar Tuhiyat.
Acara penandatanganan HOA yang berlangsung di area Taman Fatahillah itu juga dihadiri Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Direktur Utama PT KAI (Persero) Didiek Hartantyo, serta Direktur Utama PT MRT Jakarta (Perseroda) William P Sabandar.