Pemkot Bogor Benahi Antrean dan Kerumunan Penerima Bantuan Langsung Tunai
Tidak adanya pengaturan sistem antrean dan pengawasan membuat warga yang ingin mencairkan BLT di GOR Pajajaran menimbulkan kerumunan. Setelah ada pengaturan antrean dan pembagian waktu, tidak terjadi lagi kerumunan.
Oleh
AGUIDO ADRI
·5 menit baca
BOGOR, KOMPAS — Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Bogor, Satgas Covid-19 Kota Bogor, dan Satuan Polisi Pamong Praja Kota Bogor turun tangan membantu membenahi antrean panjang dan kerumunan warga penerima bantuan langsung tunai di GOR Pajajaran, Kota Bogor, Jawa Barat, yang terjadi pekan lalu. Pembenahan dilakukan agar protokol kesehatan tetap berjalan ketat demi mencegah penyebaran Covid-19.
Sejak pukul 08.00 hingga sekitar pukul 12.00, silih berganti warga mengantre mencairkan bantuan langsung tunai (BLT) di GOR Pajajaran. Antrean kali ini cukup rapi, menjaga jarak, dan tidak terjadi kerumunan seperti pekan lalu.
Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga Bogor Herry Karnadi di Bogor, Selasa (27/4/2021), mengatakan, peserta penerima BLT tahun 2021 dari program Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM) Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah gelombang kedua sebanyak 77.911 UMKM. Banyaknya jumlah penerima BLT ini menjadi salah satu penyebab membeludaknya warga yang mencairkan bantuan senilai Rp 1,2 juta.
Selain faktor jumlah penerima, kata Herry, ada faktor tempat atau lokasi. Pihak BRI tidak bisa melayani sepenuhnya penerima BLT di kantor mereka karena ada pelayanan lainnya di luar BLT yang harus tetap berjalan. Akhirnya GOR Pajajaran dipilih sebagai tempat warga Kota Bogor dan Kabupaten Bogor mencairkan BLT.
”Jumlah penerima kali ini lebih besar dibandingkan tahun lalu, jadi dipilih GOR untuk bisa menampung banyak warga. Meski dibatasi sehari 400-500 orang, ternyata tetap membeludak, mengular, bahkan sampai menginap, ketika memasuki pekan kedua program BLT. Itu terjadi karena tidak ada pengaturan sistem antrean ditambah momen mendekati Lebaran. Kami dari awal sudah berpesan agar program BLT berjalan sesuai protokol kesehatan,” kata Herry.
Herry mengatakan, antrean panjang berlangsung sekitar enam hari dan tidak kunjung ada perbaikan sistem, padahal satu pekan program BLT berjalan tidak terjadi antrean panjang dan kerumunan. Akhirnya, Selasa (20/4/2021), ia bersama pihak Polresta Bogor, yang mewakili Satgas Covid-19 Kota Bogor, mendatangi kantor BRI karena semakin hari warga semakin memebludak.
Herry meminta pihak BRI membereskan kerumunan dengan membuat sistem antrean yang mengatur pembagian hari dan waktu (shift). Selain itu, petugas keamanan BRI juga harus datang pada pukul 03.00, dari sebelumnya pukul 7.30, untuk membantu menulis daftar pembagian jadwal hari dan waktu pencairan BLT. Herry juga berkoordinasi dengan Satpol PP Kota Bogor untuk menurunkan personel membantu mengawasi ketertiban antrean dan protokol kesehatan.
”Kerumunan itu mengkhawatirkan, tidak ada jaga jarak, dan masker tidak digunakan secara benar. Protokol kesehatan tidak ketat. Kami ultimatum dan diskusi dengan pihak BRI agar segera dibereskan. Nah, kami bikin sistem antrean, dalam sehari penerima BLT dibagi tiga shift agar tidak terjadi kerumunan. Misalnya, antrean 1-150 dapat shift pertama pukul 07.00-10.00, dan seterusnya. Warga yang telanjur datang tetap didaftarkan untuk kembali lagi pada keesokan harinya. Cara itu, dalam beberapa hari ini berhasil mengurai antrean,” jelas Herry.
Tetap sulit
Neneng Haryati (46), warga Bojong Jengkol, Ciampea, Kabupaten Bogor, mengatakan, ia sudah tiba di GOR Pajajaran sekitar pukul 05.00. Ia bersyukur bisa langsung mendapat nomor antrean dan tidak terlalu lama mengantre apalagi harus sampai menginap.
”Saya dapat informasi beberapa hari lalu antrean panjang bahkan ada warga yang menginap. Ini saya datang masih dapat nomor antrean. Saya pikir bakal lancar, tetapi saat melengkapi berkas ternyata ada yang kurang saya harus pulang lagi ke rumah, padahal jauh, hampir satu jam perjalanan, lalu balik lagi ke sini. Urus lagi, tetapi bingung saya tidak bisa mencairkan BLT. Kan, persyaratan sudah lengkap,” kata Neneng sambil meneteskan air mata.
Kepada Kompas, Neneng menunjukkan buku tabungannya yang ia terima dari pihak BRI. Dalam buku tabungan itu, sudah tercetak nominal Rp 1,2 juta. Neneng bertanya-tanya kenapa buku tabungan itu sudah tercetak, padahal ia belum menerima sepersen pun.
”Saat mau mencairkan, petugas bank bilang saya tidak bisa menerima karena buku tabungan sudah tercetak. Lah, gimana bisa? Saya baru dapat buku tabungannya dan belum dapat uangnya. Kenapa jadi sulit begini,” kata penjual kue itu.
Neneng bukan satu-satunya yang tidak bisa penerima BLT UMKM. Saat ditelusuri Kompas, ada lima orang memiliki kasus serupa. Salah satunya Kayah (50), warga Bojong Jengkol, Ciampea, Kabupaten Bogor. Oleh petugas, Kayah justru diminta ke kantor cabang sekitar rumahnya.
”Saya datang ke sini justru ingin mencairkan BLT karena tidak bisa di kantor cabang sana. Kenapa justru disuruh cek ke kantor cabang dekat tempat tinggal. Ini bingung harus gimana,” kata Kayah.
Hingga pukul 11.30, Neneng dan Kayah masih mondar-mandir mendatangi petugas meminta penjelasan.
Tidak seperti Neneng dan Kayah, wajah Yatmi (53), warga Bubulak, Bogor Barat, tampak lega setelah menerima BLT. Butuh dua hari bagi ibu empat anak yang berjualan barang kebutuhan pokok itu untuk mencairkan BLT.
”Saya datang kemarin, tapi kuota sudah penuh. Lalu saya daftar saja untuk hari ini pukul 10.00. Kemarin saya datang langsung tanya persyaratannya. Jadi, datang ke sini langsung urus. Memang ini agak repot, ya, seharusnya pencairan BLT dibuat banyak tempat, tidak satu tempat saja. Bagus lagi jika banyak bank,” kata Yatmi.
Pasar untuk UMKM
Pemerintah Kota Bogor akan mengaktifkan Pasar Bogor Center Point (BCP) untuk meningkatkan perekonomian kerakyatan di Kecamatan Bogor Barat. Pandemi Covid-19 berdampak besar bagi ekonomi warga sehingga perlu ada langkah agar perekonomian perlahan tumbuh.
”Pasar itu bisa menampung 300-400 pedagang. Kios-kios diprioritaskan untuk UMKM. Jika pasar ini aktif pada tahun ini, maka di Kecamatan Bogor Barat dengan 16 kelurahan memiliki dua pasar, yaitu Pasar Gunung Batu dan Pasar BCP. Saat aktif nanti, masyarakat di lingkungan wilayah Yasmin, Semplak, Semeru, Bubulak, atau Sindangbarang bisa ke Pasar BCP,” kata Wakil Wali Kota Bogor Dedie A Rachim.
Saat ini, kata Dedie, pihaknya dan Perumda Pasar Pakuan Jaya sedang mempersiapkan fasilitas penunjang, seperti tempat parkir, pengelolaan sampah, saluran pembuangan air, hingga penyediaan air bersih untuk cuci tangan.