Kasus Covid-19 Bertambah, Warga Kembali Selektif Pilih Destinasi Liburan Lebaran
Kewaspadaan warga meningkat seiring adanya tren penambahan kasus Covid-19, terutama di perkantoran Jakarta. Hal ini membuat orang lebih selektif memilih lokasi bepergian untuk berlibur.
Oleh
ADITYA DIVERANTA
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Warga kembali mewaspadai penularan Covid-19 dalam memilih lokasi tujuan wisata untuk liburan Lebaran di Jakarta, akibat terjadi tren penambahan kasus Covid-19 secara nasional dan lokal. Mereka berupaya lebih selektif memilih lokasi liburan yang menerapkan protokol kesehatan ketat.
Tim Satgas Covid-19 mencatat tren penambahan kasus di sejumlah daerah secara serentak per 27 April 2021, yakni diperoleh penambahan 4.656 kasus. Untuk wilayah zona risiko tinggi atau zona merah bertambah 13 wilayah menjadi 19 kabupaten/kota dan zona risiko sedang atau zona oranye bertambah 18 wilayah menjadi 340 kabupaten/kota.
Di Jakarta, sempat terjadi kenaikan kasus Covid-19 untuk kluster perkantoran. Pada periode 5-11 April 2021 terdapat 157 kasus positif Covid-19 di 78 perkantoran. Lalu, periode 12-18 April 2021, ada 425 kasus positif di 177 perkantoran.
Warga di Jakarta mewaspadai tren penambahan kasus Covid-19 itu seiring dengan sejumlah rencana kegiatan jelang Lebaran, Rabu (28/4/2021). Hal itu membuat Rizal Rifani (31), warga Kebon Jeruk, Jakarta Barat, berpikir ulang akan sejumlah rencana liburan ke lokasi yang berpotensi menimbulkan kerumunan.
Rizal bersama keluarga pada mulanya merencanakan liburan ke mal terdekat dan wahana rekreasi Ancol. Namun, karena ada peningkatan kasus Covid-19 belakangan ini, mereka khawatir ada potensi paparan Covid-19 saat berkerumun di tempat umum.
Rizal bersama keluarga pada mulanya merencanakan liburan ke mal terdekat dan wahana rekreasi Ancol. Namun, karena ada peningkatan kasus Covid-19 belakangan ini, mereka khawatir ada potensi paparan Covid-19 saat berkerumun di tempat umum.
”Dengan ada kluster kantor belakangan ini, saya khawatir makin banyak orang tanpa gejala (OTG) yang berkeliaran. Kalau saja OTG itu papasan sama keluarga saya di tempat kerumunan, bisa-bisa keluarga saya ikut ketularan,” kata Rizal, Rabu siang.
Henston (38), warga Mangga Besar, Jakarta Pusat, pun menimbang ulang rencana liburan di hotel (staycation). Dia mulanya akan mengajak keluarga menginap di hotel kawasan Menteng, Jakarta Pusat, agar lebih dekat menuju pusat perbelanjaan Plaza Indonesia dan Grand Indonesia. Apabila kondisi di mal ramai, dia mungkin akan membatalkan rencananya itu.
Henston juga mencemaskan kondisi hotel yang ramai saat periode libur Lebaran. Maka itu, dia berencana menghindari fasilitas yang digunakan secara kolektif di hotel. Misalnya, dia tidak akan menggunakan kolam renang di hotel.
”Saya masih lihat situasi di tempat saya menginap. Sejauh ini, saya percaya dengan protokol kesehatan yang diterapkan oleh pengelola hotel. Tapi, pastinya, prinsip saya adalah menghindari bahaya penularan (virus) itu,” ucapnya.
Karena adanya peningkatan kasus Covid-19 di Jakarta, Nisa Amtsalina (42), warga Bogor, Jawa Barat, juga mempertimbangkan kembali rencana bepergian ke wilayah Jakarta. Sebab, kerabatnya yang akan dikunjungi di Jakarta tergolong warga lansia, kelompok rentan terhadap penularan virus korona.
”Melihat kondisi baru-baru ini, keluarga sepertinya memutuskan untuk tidak mampir ke rumah orang tua dulu. Takutnya, nanti kami yang muda-muda ini ternyata malah membawa paparan virus ke yang tua,” ujarnya.
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra menuturkan, tren kenaikan kasus pada kluster perkantoran di Jakarta perlu diwaspadai untuk seluruh kluster. Hal ini terutama karena situasi Covid-19 di Jakarta sudah sulit dikendalikan.
Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra menuturkan, tren kenaikan kasus pada kluster perkantoran di Jakarta perlu diwaspadai untuk seluruh kluster. Hal ini terutama karena situasi Covid-19 di Jakarta sudah sulit dikendalikan.
Hermawan menilai konsep zonasi risiko penularan tidak lagi relevan. Sebab, di Jakarta, seluruh wilayah telah menjadi zona yang berisiko. Ditambah dengan minimnya pembatasan mobilitas, seseorang yang positif Covid-19 tanpa gejala bisa bepergian tanpa diketahui dengan pasti.
Hermawan menyarankan pencarian kasus secara aktif (active case finding) harus terus berjalan. Dengan cara itu, pelacakan dan tes bisa berjalan lebih intens. Selain itu, inisiatif tersebut juga harus dibarengi dengan penegakan protokol kesehatan.
”Saat ini, sepertinya pemerintah hanya punya pilihan untuk memperketat protokol kesehatan serta menggiatkan pelacakan, tes, dan vaksinasi. Karena dalam waktu dekat mungkin kekebalan komunitas belum akan terbentuk, maka kita mesti bertahan dengan protokol kesehatan yang berlaku,” ujarnya.
Hermawan pun mengingatkan risiko kenaikan kasus selepas periode libur panjang. Menurut catatan Kompas, periode libur panjang pertengahan Agustus 2020 memicu lonjakan dengan kasus 3.000 pasien per hari pada September 2020. Periode libur panjang akhir Oktober juga memicu lonjakan kasus pada level 4.000 pasien per hari. Sementara angka kasus harian meningkat hingga 5.828 pasien pada 27 November 2020.
Berdasarkan data Satgas Covid-19 selama 2020, kasus Covid-19 selalu meningkat tajam pascalibur panjang. Pascalibur panjang Idul Fitri, kasus positif naik 69-93 persen pada 28 Juni. Pascalibur panjang perayaan hari kemerdekaan, kasus positif meroket 58-118 persen pada pekan pertama dan ketiga September. Adapun pascalibur panjang 28 Oktober hingga 1 November, kasus positif meningkat 17-22 persen pada 8-22 November.
Menanggapi naiknya kasus Covid-19 belakangan ini, Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) wilayah DKI Jakarta Ellen Hidayat menyampaikan, pengelola mal di Jakarta berupaya mematuhi protokol kesehatan untuk mencegah paparan Covid-19. Dia meyakini 85 mal di Jakarta punya lokasi yang memadai untuk jaga jarak fisik.
Ellen menyebutkan, pengelola mal berkomitmen menjaga kuota kunjungan berada di kisaran 50 persen kunjungan normal. Jumlah itu berkisar 30.000-50.000 kunjungan orang per hari.
”Kami mensyaratkan protokol kesehatan ketat untuk tenant yang beroperasi selama pandemi. Kami harap pengunjung juga menjaga diri dengan taat protokol yang ada,” ujarnya.