Jumlah Pasien Covid-19 di RSDC Wisma Atlet Kembali Naik
Kenaikan tingkat hunian pasien Covid-19 menjadi pengingat bagi warga bahwa pandemi belum usai. Warga diharapkan bersedia kembali menunda mudik Lebaran tahun ini.
Oleh
I GUSTI AGUNG BAGUS ANGGA PUTRA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sempat melandai pada awal April 2021, tingkat hunian Rumah Sakit Darurat Covid-19 (RSDC) Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat, dilaporkan kembali meningkat, Jumat (23/4/2021). Libur panjang diikuti mobilitas tinggi masyarakat dituding penyebab peningkatan jumlah pasien. Untuk itu, masyarakat diminta mengikuti imbauan pemerintah menunda mudik.
Data pekan ketiga April 2021, tingkat hunian di RSDC Wisma Atlet masih pada kisaran 21 persen atau sekitar 1.200 orang. RSDC total memiliki 5.994 tempat tidur untuk pasien positif Covid-19 yang dirujuk ke sana.
Koordinator Humas RSDC Wisma Atlet Letnan Kolonel (Laut) dokter gigi M Arifin mengungkapkan, dalam dua-tiga hari terakhir, ada tren peningkatan jumlah pasien dirujuk ke RSDC Wisma Atlet. Saat ini, jumlah pasien dirawat dan menjalani isolasi di sana mencapai 1.600 orang atau naik 400 pasien hanya dalam beberapa hari terakhir.
Sejumlah puskesmas yang sebelumnya mulai jarang merujuk pasien ke RSDC Wisma Atlet, kini merujuk lagi hingga 10 atau 60 pasien dalam sehari. Mayoritas pasien Covid-19 yang dirujuk bergejala ringan. Sisanya orang tanpa gejala (OTG) dan bergejala sedang.
”Itu efek dari dua minggu lalu ada libur Paskah. Semua berbondong-bondong pergi ke luar kota. Terbukti libur panjang dan mobilitas warga bisa meningkatkan jumlah kasus positif Covid-19,” kata Arifin dalam sesi bincang-bincang secara daring.
Dengan kenaikan itu, tingkah hunian di RSDC Wisma Atlet kini menyentuh 26,34 persen. Arifin berharap selama sepekan mendatang jumlah pasien tidak meningkat. Oleh karena itu, ia meminta masyarakat mengikuti arahan pemerintah untuk menunda mudik demi menekan penularan virus.
”Ikuti pemerintah. Jangan korbankan keluarga di kampung halaman. Sementara silaturahmi secara virtual dulu saja,” ucapnya.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Subbidang Komunikasi Publik Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Troy Pantouw menyebut, masyarakat mulai lengah dan abai terhadap protokol kesehatan. Angka kesembuhan yang tinggi, tingkat hunian rumah sakit yang sempat melandai, serta upaya vaksinasi yang tengah berlangsung dinilai membuat masyarakat mengira Covid-19 sudah berakhir.
Troy menegaskan Covid-19 masih mewabah. Oleh karena itu, masyarakat diminta tetap waspada dan tetap disiplin menerapkan protokol kesehatan. ”Kalau masih abai terhadap protokol kesehatan, apalagi masih ngotot mau mudik, tentu saja jumlah penularan wabah ini bisa kembali meningkat,” ujarnya.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang juga mantan Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Asia Tenggara Tjandra Yoga Aditama mengatakan, Indonesia bisa berkaca dari India yang mengalami lonjakan kasus Covid-19.
Penerapan protokol kesehatan di India, kata Yoga, mulai mengendur. Selain itu, pasar-pasar kembali ramai, bioskop sudah dibuka dan mulai penuh, serta transportasi umum penuh. Padahal, sebelumnya India berhasil menurunkan kasus sampai 10 kali lipat dengan 3M dan 3T (testing, tracing, treatment) yang diperkuat saat vaksinasi belum berjalan.
”India juga sudah memvaksinasi lebih dari 120 juta orang, tetapi peningkatan kasus baru juga tetap terjadi, bahkan melonjak. Mungkin ini terjadi karena orang-orang merasa kebal setelah divaksinasi. Padahal, penularan masih bisa terjadi jika tidak taat protokol kesehatan. Hal ini juga diperberat dengan adanya sejumlah mutasi virus di negara tersebut,” katanya, (Kompas, 22/4/2021).