Bekasi mudah dilintasi dengan berbagai moda transportasi, baik itu kereta api, kendaraan pribadi, maupun angkutan umum. Daerah ini menjadi tantangan pemerintah dalam membatasi aktivitas warga pada mudik Lebaran 2021.
Oleh
STEFANUS ATO
·5 menit baca
Daerah Bekasi, Jawa Barat, secara geografis berada dalam posisi strategis yang mudah dilintasi dari Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi menuju Pulau Jawa dengan berbagai jenis moda transportasi. Daerah ini akan menjadi saksi sukses atau gagalnya pemangku kepentingan dalam menerapkan kebijakan pembatasan aktivitas orang selama masa larangan mudik Lebaran 2021.
Larangan mudik baru akan berlaku pada 6 Mei 2021. Namun, calon pemudik menuju Jawa sudah bersiasat sejak jauh hari. Mereka yakin kebijakan larangan mudik dengan menyiagakan petugas berjaga di jalur-jalur yang dilintasi pemudik terutama jalur sepeda motor bercelah.
Salah satunya seperti yang dilakukan Randy (30), warga yang tinggal di daerah Cisalak, Depok. Ia memutuskan untuk mengambil cuti dua hari dari tempatnya bekerja dan kembali ke kampungnya di Brebes, Jawa Tengah, menggunakan bus antarkota antarprovinsi (AKAP) dari Terminal Induk Bekasi, Kamis (22/4/2021).
”Saya tidak mudik, ini hanya mau pulang kampung. Besok balik lagi pakai sepeda motor. Saya masih tunggu teman, untuk gantian (mengendarai sepeda motor),” kata pekerja di salah satu perusahaan logistik tersebut, Kamis siang, di Terminal Induk Bekasi, Kota Bekasi.
Warga disebut kembali ke kampung untuk mengambil kendaraan bermotor yang bakal digunakan sebagai sarana transportasi mudik saat larangan mudik berlaku.
Randy bersama temannya nekat kembali ke kampung untuk mengambil sepeda motor lantaran cara itu efektif mengelabui petugas saat mudik Lebaran 2020. Polisi disebut kerap membiarkan pengendara sepeda motor dengan pelat nomor polisi luar Jabodetabek melintas tanpa diperiksa.
Fenomena warga pulang ke kampung untuk mengambil kendaraan bermotor dan kembali lagi ke Jabodetabek sebenarnya sudah terjadi sejak awal puasa. Sejumlah sopir bus AKAP yang ditemui selama dua hari dari Rabu (21/4/2021) hingga Kamis di Terminal Induk Bekasi, mengakui, ada peningkatan penumpang secara signifikan selama masa awal puasa. Warga disebut kembali ke kampung untuk mengambil kendaraan bermotor yang bakal digunakan sebagai sarana transportasi mudik saat larangan mudik berlaku.
Menurut Mulyadi, komandan regu Perusahaan Otobus (PO) Prima Jasa Terminal Induk Bekasi, ada lonjakan penumpang secara signifikan dari Terminal Induk Bekasi pada 13 dan 14 April 2021. Selama dua hari itu, jumlah penumpang meningkat tajam hingga dua kali lipat dibandingkan dengan hari normal.
”Awal puasa penumpang naik 100 persen. Biasanya satu unit bus 10 penumpang, kemarin itu sampai 30 penumpang sesuai batasan kapasitas protokol kesehatan,” katanya.
Dengan adanya peningkatan penumpang itu, PO Prima Jasa kemudian menambah jumlah bus. Jumlah bus ditambah dari semula 20 bus menjadi 40 bus. Tujuan favorit warga saat itu didominasi wilayah Jawa Barat dan Jawa Tengah.
Wilayah Bekasi merupakan daerah lintasan menuju jalur pantai utara Jawa yang setiap tahun menjadi jalur favorit pemudik sepeda motor. Pada 2019, Kementerian Perhubungan memprediksi 942.621 pemudik sepeda motor dari Jabodetabek akan melintasi pantura, (Kompas, 31/4/2019).
Di Kabupaten Bekasi, jalur favorit warga yang bakal mudik menggunakan sepeda motor adalah jalur arteri Kedungwaringin (perbatasan Kabupaten Bekasi-Karawang) dan Cibarusah (perbatasan Kabupaten Bekasi-Kabupaten Bogor). Dua jalur alternatif lainnya adalah Pebayuran (perbatasan utara Kabupaten Bekasi-Karawang) dan Cipayung Kalimalang (perbatasan selatan Kabupaten Bekasi-Karawang).
Banyak celah
Celah menyiasati larangan mudik dengan bersepeda motor hanya salah satu dari berbagai celah lain yang bakal digunakan masyarakat saat larangan mudik dimulai. Ini karena Bekasi juga dilalui Tol Jakarta-Cikampek. Selain itu, Bekasi juga merupakan daerah lintasan menuju Jawa dengan infrastruktur penunjang transportasi berbasis rel (kereta api), transportasi umum bus antarkota antarprovinsi (AKAP) atau travel. Bahkan, akses ke luar Bekasi terutama ke Karawang juga bisa digapai melalui jalur sungai, yakni Sungai Citarum Hilir.
Sebagai contoh, pada Lebaran 2020, hanya dalam waktu satu hari atau pada 20 Mei 2020, Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya menyita 95 kendaraan bermotor yang dimanfaatkan sebagai tavel gelap untuk mengangkut warga yang hendak mudik. Total ada 719 warga dicegah mudik ke luar Jabodetabek. Sementara di Jalan Tol Jakarta Cikampek, PT Jasa Marga (Persero) Tbk mencatat 4.003 kendaraan dipaksa putar balik ke Jakarta (Kompas, 21/5/2021).
Mudahnya akses ke Jawa melalui Bekasi yang dapat ditempuh dengan berbagai moda transportasi bakal menjadi tantangan bagi pemerintah dan personel kepolisian dalam mengecek dan menyekat calon pemudik saat larangan mudik berlaku pada 6 Mei sampai 17 Mei 2021. Korlantas Polri pun sudah menyiapkan 333 titik penyekatan sepanjang jalur mudik Lampung hingga Bali.
Salah satu tumpuan titik penyekatan polisi berada di jalur arteri dan jalan tol di Jawa Barat yang menjadi daerah lintasan dari Jakarta ke Jawa. Dari hasil identifikasi Polri, ada 14 titik rawan pemudik, termasuk jalur tikus, mulai dari Bekasi hingga Cirebon.
Jangan tanggung
Menurut pengamat transportasi dari Universitas Katolik Soegijapranata, Djoko Setijowarno, pada mudik Lebaran 2020, sebanyak 1,2 juta pemudik masuk Jawa Tengah menggunakan sepeda motor. Cara itu diperkirakan akan kembali digunakan warga pada Lebaran 2021.
Dari data tersebut dan melihat fenomena yang terjadi di Terminal Induk Bekasi, pada 2021, jumlah pemudik sepeda motor diprediksi tetap tinggi. Antisipasi pemudik sepeda motor hanya berhasil jika titik penyekatan yang sudah disiapkan polisi dijaga dan disekat ketat selama 24 jam.
”Jadi, pemerintah menyekat jangan tanggung-tanggung. Sebanyak 333 titik penyekatan itu benar-benar (disekat) 24 jam karena kalau tidak, situasinya akan sama seperti tahun lalu,” kata Djoko. Cara lain yang dinilai efektif adalah memperkuat tes, pelacakan, dan pengawasan yang melibatkan RT dan RW di daerah tujuan pemudik.
Memang dibutuhkan upaya besar dengan berbagai strategi agar larangan mudik berhasil mencapai tujuannya, yakni membatasi mobilitas warga dan menekan penularan Covid-19. Sudah siapkah pemerintah pusat dan daerah mengerahkan daya upaya dan tidak tanggung-tanggung?