Ramadhan 2021, Harapan Pedagang Kurma Lunasi Utang Paceklik Tahun Lalu
Pedagang kurma kembali kebanjiran permintaan pada Ramadhan 1442 Hijriah ini. Beberapa berharap dapat menutup utang yang urung dibayar pada masa paceklik tahun lalu.
Oleh
FAJAR RAMADHAN
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pedagang kurma kembali kebanjiran permintaan pada Ramadhan 1442 Hijriah ini. Beberapa berharap dapat menutup utang yang urung dibayar pada masa paceklik tahun lalu.
Puluhan pedagang kurma kembali memadati Jalan KH Mas Manshur di sekitar Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, Kamis (15/4/2021) siang. Beberapa pedagang terlihat sibuk melayani pembeli di hari ketiga puasa Ramadhan 1442 Hijriah ini.
Sadewa (50), salah satu pedagang kurma di Jalan KH Mas Manshur, mengaku kebanjiran pesanan sejak sepekan sebelum Ramadhan. Rata-rata dia bisa membawa pulang uang hingga Rp 2 juta per hari semenjak itu.
”Tahun lalu saya jualan juga di sini. Walaupun dilarang, tetap nekat jualan. Enggak ada orang. Bengong aja saya,” katanya saat ditemui.
Ramadhan tahun lalu Sadewa menghadapi masa paceklik akibat pandemi Covid-19. Dia mencatat pendapatan terbesar yang pernah dia dapatkan dalam sehari hanya Rp 300.000. Bahkan beberapa kali dia gagal membawa pulang uang sepeser pun.
”Beda banget. Tahun lalu kendaraan enggak ada yang lewat. Sekarang aja sampai macet-macet gini,” katanya.
Akibatnya, Sadewa masih menyisakan utang Rp 25 juta untuk modal usaha Ramadhan tahun lalu. Harapannya, jika pendapatannya tahun ini membaik, dia ingin segera melunasi utang tersebut.
”Tahun kemarin banyak yang enggak laku karena ibadah haji juga dilarang. Utang aja yang ada,” ungkapnya.
Tahun ini, Sadewa kembali melayani permintaan kurma dalam jumlah besar dari para pelanggannya. Sejak awal Ramadhan ini misalnya, dia rutin mengirim 2 kilogram kurma medjool setiap hari kepada salah satu perusahaan untuk keperluan buka puasa bersama.
Sebelumnya juga ada pengurus masjid yang memborong 10 kilogram kurma Mesir di toko Sadewa. ”Tahun lalu benar-benar enggak ada. Pelanggan sama sekali enggak pesan karena, kan, buka puasa bersama dilarang,” ungkapnya.
Sementara itu, Agus (35), pedagang kurma di Kalideres, Jakarta Barat, tahun ini hanya memasarkan kurmanya melalui daring. Sebelumnya, Agus sempat berjualan kurma di kawasan Pasar Tanah Abang. Tahun lalu, dia terpaksa keluar dari kios karena tidak sanggup membayar biaya sewa yang mencapai Rp 25 juta per bulan.
”Karena pandemi jadi sepi, saya enggak bisa bayar sewa. Lagian tidak ada keringanan juga,” katanya.
Agus mengaku mengalami penurunan pandapatan hingga 70 persen pada Ramadhan tahun lalu. Permintaan yang biasanya datang dari restoran, hotel, perkantoran, dan masjid seketika lenyap saat itu.
”Dari sepekan sebelum Ramadhan sudah kelihatan nge-drop. Pembeli enggak ada yang datang. Bagi-bagi takjil saat itu juga dilarang, kan,” ungkapnya.
Saat ini, Agus bisa melayani rata-rata 300 kilogram kurma dalam sehari sejak sepekan sebelum Ramadhan. Pembeli kurma di tokonya masih didominasi dari kalangan perseorangan. Sementara permintaan dari pengurus masjid, hotel, dan restoran belum terlalu banyak dia dapatkan.
”Hampir sama kayak sebelum pandemi. Bedanya, dulu permintaan banyak dari masjid-masjid,” ujarnya.
Tahun lalu juga menjadi masa kelam bagi Okta (40), pedagang kurma asal Depok, Jawa Barat. Selain permintaan berkurang, tahun lalu kurma yang masuk ke dalam negeri juga terbatas. Alternatifnya, dia harus membeli dengan harga tinggi.
”Teman saya sudah ambil mahal-mahal, ternyata permintaan turun tajam pas Ramadhan dan musim haji,” ungkapnya.
Menurut dia, kurma yang tidak terjual pada Ramadhan tahun lalu banyak harus disimpan menggunakan lemari pendingin khusus. Kurma-kurma tersebut kemudian banyak yang dijual kembali pada Ramadhan tahun ini. Untuk kurma kering, menurut dia, tidak masalah, tapi untuk kurma basah kualitasnya akan cenderung menurun.
”Kalau kurma kering lumayan tahan lama. Tapi, kalau kurma basah enggak bisa lama. Harus disimpan khusus. Nambah lagi biayanya. Kemarin ada pelanggan cerita, dia dapat kurma dari tahun lalu. Kualitasnya sudah enggak bagus,” katanya.
Pada Ramadhan tahun ini, Okta rutin mendapatkan pesanan kurma setiap hari. Dua hari lalu, dia baru saja melayani pembelian 30 kilogram kurma dari pengurus masjid dekat rumahnya.
”Ramadhan tahun lalu berkurang hampir 50 persen. Tapi itu masih mending. Tahun lalu benar-benar turun karena ibadah haji tidak ada. Jadinya banyak kurma yang kematangan,” tambahnya.
Sekretaris Masjid At-Taqwa Kompleks Pajak Kemanggisan, Jakarta Barat, Rahmat Hidayah mengatakan, tahun ini pihaknya akan membagikan kudapan untuk buka puasa bersama. Tahun lalu, kudapan tersebut tidak diberikan karena masjid ditutup untuk umum.
”Tahun ini kami cuma kasih makanan ringan. Salah satunya kurma,” katanya.