Pasar takjil tak begitu ramai oleh pembeli karena hujan yang mengguyur Jakarta beberapa waktu belakangan ini.
Oleh
FRANSISKUS WISNU WARDHANA DANY
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Takjil laris manis masih sebatas harapan bagi para pedagang. Hujan yang kerap turun di Jakarta kala sore hari belakangan ini menyebabkan tempat para penjual takjil berdagang tak begitu ramai dikunjungi pelanggan.
Seperti ditemukan di Pasar Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis (15/4/2021). Pedagang takjil tengah menggelar lapak di areal parkir dan trotoar pasar itu ketika hujan perlahan turun.
Hardianto (40), penjual aneka makanan dan minuman, bergegas membuka payung berukuran besar sambil melayani seorang wanita separuh baya membeli dua bungkus lauk pauk dan empat gelas minuman. Payung itu untuk melindungi penganan yang sudah tergelar di meja. Sore itu dia baru mengantongi Rp 35.000.
Sekarang jualan (takjil) melempem (tidak laku) karena sering hujan. Istri juga tidak masak banyak-banyak supaya tidak mubazir. (Hardianto).
Menurut dia, hujan yang turun sepanjang awal bulan Ramadhan ini membuat pasar tak begitu ramai. Barang dagangan pun tak sampai ludes terjual. ”Sekarang jualan (takjil) melempem (tidak laku) karena sering hujan. Istri juga tidak masak banyak-banyak supaya tidak mubazir,” ujar Hardianto.
Hardianto berjualan sejak sore hingga menjelang shalat Tarawih. Makanan dan minuman yang tersisa kerap dibagikan kepada sesama pedagang atau warga di masjid.
Cendol dagangan Rizal Pratama (20) di Pasar Rawamangun juga jarang ludes karena sering turun hujan belakangan ini. Porsi dagangannya pun dikurangi, dari tiga termos menjadi satu termos supaya tak banyak tersisa.
”Tahun lalu lebih ramai karena tidak hujan. Sehari bisa laku dua atau tiga termos. Sekarang bawa satu (termos). Itu juga tidak habis karena hujan terus,” kata Rizal.
Biasanya, menurut Rizal, sisa dagangan dibawa pulang untuk dijual lagi keesokan harinya. Terkadang juga dibagikan kepada tetangganya untuk buka puasa bersama.
Baraya (40), penjual cincau, juga mengalami hal serupa. Cincau dagangannya lebih sering dibagikan kepada kenalan di Pasar Rawamangun karena sepi pembeli. ”Saya bawa satu termos saja. Kalau bawa lebih, ujung-ujungnya akan dibagi-bagikan juga ke teman-teman di sekitar sini karena tidak laku,” ucap Baraya.
Menurut dia, dagangan bakal laris manis kalau tidak sering turun hujan. Apalagi jalanan mulai ramai oleh warga yang lalu-lalang.
Situasi serupa juga ditemukan di kalangan pedagang takjil di Gelora, Tanah Abang, Jakarta Pusat. Hujan yang turun belakangan ini membuat jumlah pembeli berkurang.
Dedy (30), pedagang es buah, pada bulan puasa tahun lalu bisa menjual hingga 80 gelas. Namun, tiga hari di awal puasa tahun ini paling banyak terjual 50 gelas.
Menurut dia, minat beli warga tahun ini sama seperti tahun lalu. Hanya saja di awal Ramadhan tahun ini lebih sering turun hujan sehingga pembeli mengurangi kegiatan di luar rumah.
Setiap hari dagangan yang tersisa ia bagikan kepada pemuda masjid untuk buka puasa bersama. Dengan begitu tidak ada dagangan yang mubazir.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika dalam laman resminya memperingatkan potensi hujan di wilayah Jakarta pada Kamis (15/4), Jumat (16/4), dan Sabtu (17/4). Warga diminta mewaspadai potensi hujan yang dapat disertai kilat/petir dan angin kencang dengan durasi singkat.
Para pedagang berharap hujan tak sering turun supaya dagangannya laris manis. Dengan begitu mereka bisa semakin semringah menyambut Lebaran.